Uraian berikut ini
sekedar mengemukakan pendapat tentang meditasi Buddhis, mengapa meditasi
menempati urutan ketiga dari sepuluh karma baik. Tentu ada alasannya. Tapi sebelum
lanjut terlebih dahulu akan disinggung sedikit mengenai meditasi itu sendiri.
Meditasi itu adalah pemusatan pikiran terhadap obyek, adalah mengamati
obyek, misalnya mengamati keluar masuknya nafas di ujung kedua lubang hidung
tanpa berharap memperoleh sesuatu yang terlalu jauh, kecuali berupaya
untuk mampu menjadi tenang dan pikiran yang terpusat tidak kemana-mana. Kalau
pikiran terlepas dan memikirkan hal lain, maka harus segera dikembalikan lagi ke
pengamatan keluar masuknya nafas. Dengan hanya memusatkan pikiran mengamati
obyek meditasi tanpa berharap sesuatu yang besar diperoleh, maka secara
otomatis meditasi itu melatih batin untuk menjadi tenang dan sabar.
Jika dirinci lagi
yang lebih luas, maka meditasi itu adalah pembudayaan mental, yaitu
pengembangan batin secara luas, yang bertujuan untuk membersihkan pikiran dari
ketidakmurnian dan gangguan-gangguan, seperti nafsu keinginan, kebencian, niat
buruk, kemalasan, kecemasan, kegelisahan, keragu-raguan, serta untuk
mengembangkan kualitas-kualitas seperti konsentrasi, kesadaran yang kuat,
kecerdasan, kekuatan kemauan, kemampuan analitis yang tajam, kesukacitaan,
ketenangseimbangan serta pada puncaknya pencapaian kebijaksanaan tertinggi yang
menembus hakikat sejati kenyataan, dan merealisaikan kesunyataan mutlak
(Nibbana).
Dari uraian singkat
tentang meditasi diatas jelas bahwa meditasi itu dilatih atau dipraktekkan dalam
upaya pengembangan diri, untuk
kepentingan sendiri, bukan untuk orang lain. Namun dalam arti yang lebih luas
sebenarnya nanti pada gilirannya akan bermanfaat pula buat orang lain, karena
dengan seringnya berlatih meditasi maka kualitas batin akan meningkat, menjadi
pribadi yang lebih baik, menjadi lebih bajik dan bijaksana. Pribadi yang baik
ini tentunya dapat memberikan aura atau pengaruh baik saat bersosialisasi
dengan orang lain, misalnya dengan sahabat atau mungkin dengan bawahan.
Bersosialisasi dengan orang baik dan bijaksana akan membuat hati menjadi
tenang, sejuk dan merasakan kedamaian. Belum lagi kalau orang baik tersebut
mampu melakukan dengan baik 9 karma baik yang lain.
Posisi urutan ketiga
dari sepuluh karma baik dari meditasi tersebut kiranya dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Urutan pertama
adalah "Gemar beramal dan bermurah hati". Mengapa menempati urutan
pertama? Karena perbuatan ini langsung dapat membantu orang lain, atau membantu organisasi, sehingga yang mendapat bantuan bebannya langsung menjadi
ringan.
Urutan kedua adalah
"Hidup bersusila". Mengapa menempati urutan kedua? Karena dengan
hidup bersusila selain yang bersangkutan bisa menjadi contoh bagi orang lain,
juga yang bersangkutan tidak mengganggu atau menyusahkan orang lain. Perilaku
seperti ini baik sekali dan dibutuhkan oleh orang lain. Jika perilaku ini
manfaatnya berada dibawah urutan pertama tadi, itu benar karena tidak langsung
membantu pihak lain, sehingga pihak lain langsung memperoleh nilai tambah.
Melakukan meditasi,
dalam hal ini menempati urutan ketiga, karena mediasi utamanya bermanfaat bagi
diri sendiri terlebih dahulu sebelum pada gilirannya nanti akan bermanfaat pula
buat orang lain.
Urutan keempat
adalah "Selalu berendah hati dan hormat". Mengapa menempati urutan
keempat? Karena meski hal tersebut baik untuk orang lain, tetapi jika tidak
dilakukanpun tidak merugikan orang lain. Oleh karena itu rendah hati dan hormat
ini manfaatnya ada dibawah manfaat bermeditasi.
Urutan kelima adalah
"Berbakti". Mengapa menempati urutan kelima? Karena seseorang itu
lebih menyukai jika orang lain itu rendah hati dan menghormati orang lain yang
merupakan urutan keempat, dibandingkan orang lain yang berbakti kepadanya, misal
baktinya para bawahan kepadanya, karena hal tersebut menimbulkan hutang budi.
Kecuali jika yang berbakti itu adalah anak sendiri dan cucu-cucu misalnya, akan
tetapi tetap saja yang bersangkutan lebih menyukai jika anak atau cucu ini
rendah hati, hormat, tidak selalu mengusik melainkan tetap mengahargai orang
tua dan kakek nenek mereka.
Urutan keenam adalah
"Cenderung untuk membagi kebahagiaan kepada orang lain". Mengapa
menempati urutan keenam? Karena meskipun kecenderungan tersebut adalah sikap
yang baik, dan akan lebih baik lagi jika dipraktekan menjadi tindakan nyata
yaitu berbagi. Namun sikap cenderung ini kualitasnya masih dibawah perilaku
nyata seperti rendah hati dan hormat, yang merupakan urutan kelima.
Urutan ketujuh
adalah "Bersimpati terhadap kebahagiaan orang lain". Mengapa
menempati urutan ketujuh? Karena meskipun bersimpati itu adalah sikap yang
baik, tetapi bukan merupakan suatu tindakan, misalnya tindakan berbagi yang
didahului dengan memiliki kecenderungan untuk berbagi kebahagiaan yang
merupakan urutan keenam.
Urutan kedelapan
adalah "Sering mendengarkan Dhamma". Mengapa menempati urutan
kedelapan? Karena mendengarkan Dhamma itu hanya bermanfaat untuk diri pribadi,
belum tertuju kepada orang lain, seperti misalnya bersimpati terhadap
kebahagiaan orang lain yang merupakan urutan ketujuh. Sebagai tambahan,
mendengarkan Dhamma itu serupa dengan berlatih meditasi. Dimana mendengarkan
Dhamma adalah merupakan cikal bakal dari gemar berlatih meditasi.
Urutan kesembilan
adalah "Gemar menyebarkan Dharma". Mengapa menempati urutan
kesembilan?
Karena untuk mampu menyebarkan Dhamma itu harus menguasai
pengetahuan Dhamma itu sendiri, yang didahului dengan sering mendengarkan
Dhamma yang merupakan urutan kedelapan.
Urutan kesepuluh
adalah "Meluruskan pandangan orang lain yang keliru". Mengapa
menempati urutan kesepuluh? Karena meluruskan pandangan
orang lain yang keliru itu memerlukan pemahaman yang cukup tentang Dhamma
terlebih dahulu, sehingga mampu menyebarkan Dhamma yang merupakan urutan
kesembilan.
Sampai disini dapat
disimpulkan bahwa ternyata karma baik itu bukan saja perbuatan baik yang
dilakukan terhadap pihak lain, tetapi juga perbuatan baik yang berguna bagi
diri sendiri, contohnya adalah meditasi. Terlebih meditasi adalah satu-satunya
jalan untuk merealisasi Nibbana.
Dari uraian diatas juga dapat sedikit menambah bukti bahwa ajaran Dhamma itu memang sempurna
adanya, ucapan Tathagata selalu benar, sangat runtut dan rapi, pokoknya
sempurna, sesempurna beliau yang telah merealisasi penerangan sempurna itu
sendiri.
Sebagai tambahan,
telepas dari tujuan utama dari meditasi yang adalah pengembangan batin seperti
yang sudah disebutkan diatas tadi, maka meditasi juga mempunyai manfaat untuk
kehidupan manusia di jaman modern ini. Kebisingan, stress dan ketegangan
sebagai ciri dari era sekarang yang dapat menimbulkan banyak kerugian melalui
berbagai macam penyakit, seperti penyakit jantung, penyakit lambung, ketegangan
saraf dan susah tidur. Kebanyakan penyakit ini disebabkan oleh kecemasan,
ketegangan syaraf, tekanan ekonomi dan kegelisahan emosi. Selain itu ritme
hidup yang cepat, membuat energi manusia modern terperah habis, sehingga
menimbulkan kelelahan fisik dan rohani, manusia menjadi mudah tersinggung, konsentrasi
melemah, efisiensi menurun, dan perselisihan menjadi sering terjadi. Salah satu
cara ampuh untuk mengatasi hal ini adalah dengan meditasi.