Translate

Rabu, 15 Desember 2021

Kesensitifan Agama

Kesensitifan agama timbul karena kemajemukan agama-agama yang ada dalam suatu negara. Pemeluknya memiliki kefanatikan yang berlebihan, tanpa dibarengi dengan kebijaksanaan yang cukup memadai. Meyakini bahwa agamanyalah yang paling benar dan sempurna tanpa kekurangan sedikitpun, dan agama lain sangatlah salah, kafir dan sesat. Tanpa berpikir seandainya dia ada di posisi pihak lain, yang dikarenakan takdir, kelahirannya telah menentukan demikian, yaitu lahir dikalangan orang-orang yang agamanya berbeda, yang juga meyakini bahwa agamanyalah yang paling benar dan sempurna.

“Kebijaksanaan” itu sangat diperlukan bagi para pemeluk agama yang hidup di negara dengan beragam agama. Bukan hanya "perlu" melainkan juga merupakan hasil dari gemblengan guru agamanya yang dapat menghasilkan murid-murid atau menghasilkan para pemeluk agama yang tahan banting, tidak mudah terprovokasi, dan tidak fanatik sempit, melainkan bijaksana, sabar, lapang dada, cerdas, bajik dan arif.

Yang kita anggap salah, kafir dan sesat itu janganlah dibenci, melainkan justru patut dikasihani,  karena dia atau mereka itu sudah tersesat. Tidak seperti orang yang tersesat di jalan bisa kita beritahu jalan yang benar. Sesat keyakinan itu tidak mudah, bahkan tidak bisa diberitahu. Kecuali jika atas kesadaran atau atas pengetahuan yang dia peroleh sendiri. Kita patut bersyukur, agama-agama yang ada di Indonesia ini semuanya mengajarkan kebaikan. Mengajarkan kebaikan itu tidak ada yang salah, hanya kebetulan saja berbeda. Yang bisa kita lakukan kepada yang kita anggap sesat hanyalah mengasihaninya saja, karena sudah tersesat. Bukan membenci, apalagi memusuhinya. Orang yang sudah jatuh janganlah kita timpakan tangga lagi. Kasian bukan? Biarlah kita masing-masing menanggung resiko masing-masing atas perilaku kita masing-masing terhadap hukum negara dan hukum “milik” Yang Maha Kuasa. Yang Maha Kuasa itu berkenan atas semua yang sudah terjadi, buktinya bisa terjadi bukan? Mengapa kita manusia justru tidak mau berdamai? Tugas kita sebagai manusia adalah menggalang kerukunan, bekerjasama, bahu-membahu mengatasi kesulitan hidup di dunia secara bersama-sama. Jangan diperberat lagi dengan urusan-urusan yang tidak jelas, yang debatable, yang spekulatif. Urusan akhirat menjadi urusan masing-masing pribadi. Binatang saja bisa kita sayangi apalagi sesama manusia, mengapa tidak bisa?

Jika ada yang menyinggung perasaan, apalagi jika tanpa sengaja, tanpa disadarinya, atau tanpa ada maksud-maksud tertentu yang lain, maka patutlah kita maafkan. Kita beritahu, atau kita tegur secara baik-baik dan sopan, supaya yang bersangkutan menyadari kesalahannya. Syukur-syukur dia mau meminta maaf. Mari kita lihat sebentar kebelakang kasus Ahok dulu, bahwa dengan hanya mengucapkan satu kalimat atau menyebutkan satu judul ayat saja, tanpa memasukkan peran elit-elit politik busuk, ternyata bisa mengobarkan kebencian, bisa mengobarkan sekian juta orang untuk membenci Ahok. Padahal lihatlah apa saja yang sudah dia perbuat untuk rakyat Jakarta, bukankah sudah banyak karya-karya membangun yang sudah dia perbuat untuk kemasalahatan masyarakat Jakarta, dan juga antara lain membantu orang-orang yang tidak mampu, yang tidak seagama dengan dia, yaitu memberangkatkan haji kepada mereka yang pengabdiannya dalam merawat tempat ibadah layak diacungi jempol. Kalau mau, kita juga bisa membandingkan dengan karya-karya pejabat penggantinya. Jangan terlalu kawatir, mudah saja menyelesaikan jika ada minoritas yang berbuat macam-macam. Yang penting Tentara Nasioal Indonesia tetap setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Janganlah setitik tuba dapat dianggap merusak susu sebelanga. Marilah kita semua tidak mudah terprovokasi oleh orang-orang yang  punya kepentingan khusus. Hendaknya kita bisa lebih baik, lebih bijaksana demi untuk kebaikan kita semua. Bukan menjadi penyebab kemungkinan rusaknya apa-apa yang sudah kita bangun bersama-sama dengan perjuangan dan susah payah. Percayalah Yang Maha Kuasa "tidak menutup mata" jika kita berperilaku baik, kemudahan akan menyertai kita  sebagaimana bayangan yang selalu mengikuti kemana saja kita pergi melangkah. Jangan macam-macam, jangan menyusahkan orang lain. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. MERDEKA.!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar