Translate

Senin, 13 Desember 2021

Agama, Sensitif atau Damai?

Bagaimana cara meyakini kebenaran agama kita masing-masing dengan baik diantara agama-agama lain yang berbeda-beda itu tanpa menimbulkan gesekan atau bentrokan antar umat beragama; melainkan justru bisa mewujudkan kerukunan berbangsa dan bernegara yang sejati dan tidak semu? Pertama-tama tentu kita harus sadar betul bahwa pemeluk agama lainpun seperti kita juga, mereka meyakini sepenuhnya kebenaran agama mereka. Jadi dalam hal ini tentu masing-masing kita harus bisa memaklumi keyakinan masing-masing, dan bisa menjaga hubungan baik antar sesama yang berbeda agama. Katakanlah Tuhan berkenan atas perbedaan-perbedaan tersebut. Buktinya perbedaan-perbedaan itu selalu ada. Tuhan itu maha kuasa, jadi jika Tuhan tidak berkenan atas perbedaan-perbedaan tersebut, maka tentunya hanya akan ada satu agama saja di dunia ini. Jika Tuhan saja berkenan dengan perbedaan-perbedaan, mengapa kita yang manusia justru risih atau tidak nyaman dengan adanya perbedaan tersebut? yang mana terbukti sering timbul gesekan antar umat beragama, menyalahkan agama lain, ketersinggungan, sensitif tidak pada tempatnya dan sebagainya.

Di dunia ini akan terasa nyaman, menjadi baik, benar dan berkah jika tercipta kerukunan antar sesama manusia. Mengamalkan ajaran agama yang baik itu adalah jika bisa menciptakan kerukunan tersebut, meskipun mungkin saja agak bertentangan atau tidak selaras dengan suatu ayat yang tertulis dalam kitab suci kita, tapi yakinlah jika di telaah lebih lanjut maka maksud yang terkandung dalam ayat tersebut jika dikaitkan dengan semua ayat-ayat yang ada pastilah ayat tersebut sebenarnya menuntun kita bagi kebaikan dan kerukunan umat manusia, tidak ada kan satu ayatpun yang mengajarkan permusuhan maupun kebencian? Kalau ada ayat yang seperti itu jangan kita telan mentah-mentah, tapi carilah makna sesungguhnya yang tersirat dalam ayat tersebut. Ajaran agama itu menunjukkan kepada kita jalan keselamatan di dunia dan di akhirat. Saat ini dimana kita sedang hidup di dunia; keselamatan dunia itu adalah jika tercipta kebaikan di dunia, tercipta kerukunan di dunia. Untuk masalah keselamatan di akhirat, pada umumnya orang mengatakan bahwa masing-masing kita belum pernah mengalami di akhirat itu seperti apa, maka agamalah yang menunjukkan jalan keselamatannya. 

Terkait dengan agama yang berbeda-beda itu, maka pemilihan jalan keselamatan tersebut sepenuhnya diserahkan kepada kita masing-masing, jalan mana yang kita yakini menyelamatkan. Masalah keselamatan di akhirat itu menjadi urusan kita masing-masing, menjadi resiko kita masing-masing. Tidak boleh memaksa orang lain untuk mengikuti jalan yang kita tempuh, kalau cuma memberitahu ya silahkan. Sebaiknya memberitahu melalui tulisan atau video, tidak ada paksaan harus membaca atau menonton video. Sekali lagi masing-masing kita ini katakan belum pernah mengalami berada di akhirat, sehingga dengan demikian persoalan keselamatan di akhirat itu, jalan yang akan kita tempuh kita pilih yang kita anggap terbaik, yang sesuai dengan penalaran kita. Cepat lambatnya sampai ke tujuan melalui jalan yang kita pilih menjadi resiko kita masing-masing.

Sebagai tambahan, jika kita berperilaku baik di dunia ini sebagai pengejawentahan, sebagai wujud nyata dari pengamalan ajaran agama kita, maka di akhirat nanti sebagai kelanjutan dari hidup kita di dunia ini, maka kita akan memperoleh keselamatan di akhirat sana, yang mana adalah sesuai dengan hukum Yang Maha Kuasa, berupa hukum tabur-tuai, hukum sebab-akibat atau hukum karma yang berlaku dan yang bekerja secara otomatis. Sekali lagi agama itu adalah penunjuk jalan keselamatan dunia akhirat, terserah masing-masing kita akan melalui, memilih atau menempuh jalan yang mana. Hal ini selaras dengan yang sudah disebutkan tadi bahwa Tuhan atau Yang Maha Kuasa itu "berkenan" atas adanya banyak agama, atas adanya banyak jalan keselamatan. Yang membedakan dari jalan-jalan yang ada tersebut hanyalah cepat lambatnya sampai ke tujuan. Kalau dalam hidup ini kita banyak berbuat kejahatan, ibaratnya kita menempuh jalan dengan cara merangkak, tidak sampai-sampai ke tujuan, dan tidak menutup kemungkinan mampir dulu ke rumah sakit, artinya mampir ke neraka dulu. Mengapa hanya mampir? Karena masuk neraka itu tidak selamanya. Meski mungkin sangat lama tapi ada akhirnya. Ada kesempatan untuk memperbaiki diri kalau semua sudah terbayar lunas. Sadis itu ada batasnya. Semua ada batasnya. Kalau demikian, apakah alam semesta ini ada batasnya? Pertanyaan spekulatif ini tidak perlu dibahas. Yang menganggap ada batasnya silahkan, dan yang menganggap tidak ada batasnya silahkan juga. Kedua-duanya tidak terkait dengan upaya mewujudkan keselamatan dunia akhirat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar