2. Ketika Bhikkhu Ānanda menangis karena tahu akan kehilangan Guru tercintanya, Sang Buddha menasihatinya dengan tegas : “Ānanda, apakah Aku tidak pernah mengatakan bahwa segala sesuatu yang kita cintai, yang kita senangi, pada akhirnya akan terpisah, berpisah, dan berubah?” Sebelum Parinibbāna, Sang Buddha bersabda : Segala yang terkondisi pasti hancur, capailah tujuanmu dengan kewaspadaan yang tinggi.
3. Buddha juga bersabda : Dhamma dan Vinaya yang telah Aku ajarkan akan menjadi Guru kalian setelah Aku tiada. Kita tidak bisa lagi melihat Buddha secara jasmani, tetapi kita masih bisa "melihat" Beliau melalui praktik Dhamma yang sejati. Warisan sejati Sang Buddha bukan abu kremasi, bukan hanya patung atau relik, melainkan ajaran yang membebaskan.
4. Atthamipuja bukan hanya ritual, tetapi undangan batin untuk mempraktikkan Dhamma.
Jika hidup kita belum lurus, luruskanlah dengan sila. Jika batin masih goyah, teguhkanlah dengan samādhi. Jika kita belum memahami kehidupan, terangi dengan paññā.
Mari gunakan kesempatan hidup ini untuk berjalan di jalan yang telah ditunjukkan Sang Buddha. Karena : Sukar memperoleh kelahiran sebagai manusia, sukar mendengar Dhamma sejati.
Semoga peringatan Atthamipuja itu tidak hanya menjadi perenungan sesaat, tetapi menjadi titik balik dan penyemangat untuk mendalami Dhamma. Karena hanya dengan praktik, seseorang benar-benar mewarisi Buddha - bukan jasmaninya, tetapi kebijaksanaan dan welas asih-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar