Sebenarnya kaum nudis yang juga disebut kaum
naturisme itu tidak serta merta suka hidup tanpa busana. Ada langkah-langkah
yang dilakukan sebelum akhirnya menjadi kaum nudis.
Menurut kaum nudis ada beberapa keuntungan
menjalani hidup sebagai seorang nudis, antara lain adalah kenikmatan merasakan
hangatnya mentari di sekujur tubuh, tidak perlu mengkhawatirkan garis
kecoklatan, berbaring telanjang di pantai, atau di bawah pohon, dan percaya
diri bahwa kaum nudis itu lebih sehat.
Banyak orang yang sudah siap mempraktekkan nudisme
tetapi tidak tahu dimana tempat untuk memulainya. Menurut mereka, semua orang
terlahir telanjang dan itu adalah bentuk dasar dari diri seseorang.
Kaum Nudis paham bahwa telanjang tidak selamanya
berkaitan dengan masalah selangkangan. Yaitu orang-orang melakukan hubungan
seks sambil telanjang, dan telanjang itu tidak mesti dalam konteks seksual.
Bagi kebanyakan naturis, semua itu adalah soal bebas
dan natural, bukan untuk mesum. Menjadi seorang naturis bukan mengenai
aktifitas seks di depan publik.
Kelompok Nudis Indonesia sebenarnya juga sudah lama
ada; awalnya jumlah anggota sedikit. Mungkin sekarang sudah bertambah banyak.
Di Jakarta, awalnya kelompok Nudis Indonesia hanya berjumlah puluhan orang,
yang terdiri dari perempuan dan laki-laki. Kini, mungkin sudah mencapai ratusan
orang.
Wartawan BBC mewancarai Aditya, salah seorang yang
menyapa diri sebagai 'Nudis Indonesia,’ dan menjadi anggota sejak tahun 2007.
Saat wawancara, Aditya tidak mengenakan pakaian; menurutnya, "Saya menjadi
anggota sejak 2007, setelah mendapat informasi melalui Internet, saat
membacanya, saya merasa sepertinya hal ini adalah jalan hidup saya."
Tampilan polos seperti itu, dimaknai sebagai
'penyatuan diri dengan alam' dan bentuk kebebasan aktualisasi diri. Pada
konteks itu, karena sudah terbiasa, tak ada lagi rasa sungkan dan malu;
semuanya biasa-biasa saja.
Seorang sosiolog, ketika diminta pendapatnya mengenai
perkembangan Kelompok Nudis Indonesia; ia menyatakan sebagai 'trend kekininian'
yang bersifat melawan pakem keterikatan.
Kelompok Nudis Indonesia memang telah ada dan
berkembang, namun sulit untuk mendeksi 'siapa-siapa mereka;' sebab harus
melalui hubungan yang dekat, dan rekomendasi anggota, atau sesama anggota
Kelompok Nudis. Atau karena pertimbangan tertentu, mereka lah yang mengajak
kita.
Kaum nudis itu ada di hampir semua negara dengan
macam-macam latar belakangnya sehingga terbentuklah kaum nudis di negara-negara
tersebut. Negara yang memiliki kaum Nudis, diantaranya adalah Turki, Ceko,
Irlandia, Perancis, Spanyol, Italia, Kroasia, Inggris, Yunani, Portugal,
Kanada, Brazil, Amerika Serikat termasuk Hawaii, Australia, Jerman dan
lain-lain. Ada banyak pantai di dunia ini bagi kaum Nudis, yaitu antara lain
adalah : pantai Playa de los Muertos Spanyol, Spiaggia Italia, Kordovan
Kroasia, Valalta Kroasia, Wild Pear Inggris, Red Beach Yunani, Paradise Beach
Yunani, Adegas Portugal, Wreck Beach Kanada, Praia do Pinho Brazil, Little Beac
Hawaii, Lady Bay Beac Australia, Black’s Beach California, Cap d’Agde Beach
Perancis.
Cap d'Adengane adalah salah satu kota dengan Penduduk
Kaum Nudis. Entah apa yang ada dipikiran pemerintah Prancis ketika berencana
mengembangkan potensi wisata dari kota tersebut. Kini, kota pelabuhan yang
terletak di selatan Prancis tersebut telah beranjak menjadi kawasan paling
bebas di dunia. Soalnya, wisatawan akan menjumpai pemandangan yang tidak biasa.
Ragam fasilitas kota seperti restoran, toko, salon, hotel, mini market, bar,
bank, hingga kantor pos di Cap d'Adengane akan dilayani oleh pegawai tanpa
busana. Bahkan aturan serupa dapat berlaku pada seluruh penduduk kota dan
wisatawan.
Anggapan tidak wajar akan disematkan pada mereka yang
memilih berpakaian lengkap. Maka tidak heran jika toko yang menjual pakaian
tidak begitu diminati pembeli.
Walau dipenuhi dengan orang telanjang, tidak kemudian
membuat perilaku bersifat asusila menjadi legal. Segala tindakan asusila akan
diganjar dengan sanksi tegas berupa hukuman penjara serta denda sebesar Rp 288
juta.
Namun, belakangan ketegangan di Cap d'Agde meningkat
lantaran hadir dua pemahaman berbeda antara kaum nudis tradisional dengan para
pendatang yang disebut libertines.
Kaum nudis tradisional yang mayoritas diisi oleh
penduduk asli menganggap bahwa kebiasan telanjang tanpa pakaian merupakan
bagian dari penyatuan dengan alam. Sementara para kaum libertines gemar
melakukan seks bebas bahkan di tempat umum. Bahkan mereka kerap bertukar
pasangan seks atau swingers.
Hal tersebut membuat kaum nudis tradisional merasa
terganggu dan beberapa kali melakukan serangan fisik. Mereka menganggap bahwa
perilaku para libertines berdampak buruk pada pendidikan anak dan remaja.
Adapun sejarah mengenai kenapa Cap d'Agde menjadi
rumah bagi kaum nudis berawal pasca Perang Dunia II. Ketika itu, keluarga Oltra
yang memiliki lahan di dekat garis pantai meresmikan peraturan bebas telanjang
bagi para wisatawan. Tujuannya tentu agar dapat menarik banyak wisatawan dan
keuntungan.
Namun baru pada tahun 1970, pemerintah Prancis mulai
memanfaatkan potensi tersebut dengan memperbolehkan wisatawan untuk telanjang
yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah. Alasannya, karena dulu
Cap d'Agde merupakan daerah yang sangat miskin.
Selain itu ada lagi, adalah Pantai FKK. FKK merupakan
singkatan dari freikörperkultur dalam bahasa Jerman, yang mengacu pada gerakan
nudisme. FKK adalah istilah untuk pantai-pantai di Jerman, di mana orang harus
bertelanjang bulat di sana. Peraturan untuk tidak mengenakan pakaian apapun di
pantai FKK berlaku bagi setiap pengunjungnya. Petugas yang berpatroli di
sekeliling pantai bekerja untuk memastikan kondisi tersebut. Pengunjung pantai
yang melanggar akan mendapat teguran petugas dan diberi pilihan untuk
menanggalkan pakaian atau meninggalkan pantai. Pantai FKK yang pertama kali
dibuka di Jerman adalah pantai Kampen di pulau Sylt, pulau yang terletak di
utara Jerman, pada tahun 1920.
Kaum nudis di Jerman juga mempunyai anggapan bahwa
nudisme atau naturisme tidak ada hubungannya dengan seksualitas. Dalam hal ini
kaum nudis memiliki aturan di antara sesama mereka untuk tidak mengambil gambar
tanpa izin dan melakukan aktivitas seksual di depan umum. Selain di beberapa
pantai di Jerman, tanda "FKK" juga diberikan pemerintah di lokasi
publik lain seperti di beberapa kebun, taman, serta area sekitar sungai.
Demikianlah tadi sekilas tentang nudis atau
naturisme, yang tujuannya adalah menyatu dengan alam, atau hidup secara
alamiah, bukan untuk tujuan sex bebas atau free sex.
Nudis itu jika dikaitkan dengan agama, sudah barang
tentu tidak dibenarkan, tidak ada agama yang mengijinkan orang tanpa busana
bisa bebas berkeliaran, kecuali ketika tanpa busana itu beradanya di ruang
privat atau di ruang pribadi seperti di kamar mandi atau di kamar tidur. Oleh karena itu yang bisa dikaitkan adalah
Nudis dengan spiritual.
Jika Nudis dikaitkan dengan spiritual, maka yang
perlu dibahas adalah tentang perilaku, karena spiritual itu sendiri adalah
persoalan perilaku. Perilaku spiritualis yang baik dan benar, yang menjadi
pokok bahasan disini adalah perilaku yang dapat memupuk batin menjadi bersih,
atau dapat juga dikatakan sebagai perilaku yang sedikit demi sedikit bisa mengikis
kekotoran batin hingga akhirnya batin menjadi bersih. Bukan spiritual seperti
yang dipahami oleh banyak orang, yaitu yang identik dengan majic, identik
dengan ilmu hitam maupun ilmu putih, yang biasanya menggunakan bantuan makhluk
halus.
Kaum Nudis jika dikaitkan dengan spiritual, sepanjang
kaum nudis itu sendiri mempunyai budaya perilaku yang tidak menyimpang dari
azas-azas budi pekerti yang baik, maka tidak ada masalah, sehingga yang
membedakan hanyalah melekatnya budaya tanpa busana itu saja. Bagi kaum Nudis
orang yang berpakaian itu justru terlihat aneh dan tidak biasa, jadi dalam
persoalan ini bedakan antara budaya tanpa busana dengan perilaku kejahatan,
atau perilaku sex bebas, yang tentu saja sangat bertentangan dengan ajaran
spiritual yang dimaksudkan disini. Yaitu spiritual yang baik dan benar, yang
mepertimbangkan banyak hal, termasuk perlunya memakai busana, yang tidak
ekstrim seperti kaum Jainisme yang para rahibnya juga tidak memakai busana,
sehingga gak ada bedanya dengan kaum nudis. Hal ini bisa terjadi karena saking
ekstrimnya para rahib Jainisme meninggalkan keduniawian, termasuk meninggalkan
harta benda.
Akan tetapi spiritualis yang baik dan benar itu
menempuh jalan tengah, tidak ekstrim, dengan kata lain kondisinya seimbang.
Sehingga para rahib praktisi spiritual yang benar itu tidak tanpa busana,
tetapi juga tidak memakai busana yang bagus-bagus dan mewah, melainkan memakai
busana seperlunya saja, yang sangat sederhana yaitu berupa jubah yang tidak
dijahit. Karena mereka juga berjuang untuk mampu meninggalkan keduniawian
dengan sempurna, dengan cara yang tidak ekstrim yaitu mengambil jalan tengah,
seimbang tidak ekstrim dan juga tidak longgar, demi tercapainya kebahagiaan
yang sejati yang bukan kebahagiaan inderawi.
Praktisi spiritual yang baik dan benar yang telah
mencapai tingkat lanjut yang biasanya adalah para rahib, mereka itu mempunyai
batin yang seimbang, yang tidak terpengaruh oleh kabahagiaan dan kesedihan
duniawi melalui pancaindera dan pikiran. Kebahagiaan dan kesedihan duniawi
tidak mempengaruhi batin mereka, kedua-duanya dirasakan sebagai hal yang biasa,
yang wajar. Yang mereka miliki adalah ketenangan dan kebahagiaan yang
sebenarnya, tidak ada yang dirasa berat, semuanya terasa ringan.
Kembali ke masalah nudis dan spiritual. Rasanya kaum
Nudis itu tidak mengenal spiritual yang benar. Karena spiritualis yang benar
itu mempertimbangkan banyak hal demi kebaikan universal, termasuk perlunya
berbusana, meskipun mungkin busananya sederhana, termasuk busana yang sangat
sederhana berupa jubah tanpa jahitan yang dikenakan oleh para rahib dari
golongan spiritualis yang benar, yang berjuang meninggalkan keduniawian demi
tercapainya kebahagiaan yang sejati, bukan kebahagiaan semu, kebahgiaan
inderawi atau kebahagiaan duniawi belaka.