Translate

Selasa, 06 Oktober 2020

Jika Nudisme dikaitkan dengan spiritual

Sebenarnya kaum nudis yang juga disebut kaum naturisme itu tidak serta merta suka hidup tanpa busana. Ada langkah-langkah yang dilakukan sebelum akhirnya menjadi kaum nudis.  Menurut kaum nudis ada beberapa keuntungan menjalani hidup sebagai seorang nudis, antara lain adalah kenikmatan merasakan hangatnya mentari di sekujur tubuh, tidak perlu mengkhawatirkan garis kecoklatan, berbaring telanjang di pantai, atau di bawah pohon, dan percaya diri bahwa kaum nudis itu lebih sehat.

Banyak orang yang sudah siap mempraktekkan nudisme tetapi tidak tahu dimana tempat untuk memulainya. Menurut mereka, semua orang terlahir telanjang dan itu adalah bentuk dasar dari diri seseorang.

Kaum Nudis paham bahwa telanjang tidak selamanya berkaitan dengan masalah selangkangan. Yaitu orang-orang melakukan hubungan seks sambil telanjang, dan telanjang itu tidak mesti dalam konteks seksual.

Bagi kebanyakan naturis, semua itu adalah soal bebas dan natural, bukan untuk mesum. Menjadi seorang naturis bukan mengenai aktifitas seks di depan publik.

Kelompok Nudis Indonesia sebenarnya juga sudah lama ada; awalnya jumlah anggota sedikit. Mungkin sekarang sudah bertambah banyak. Di Jakarta, awalnya kelompok Nudis Indonesia hanya berjumlah puluhan orang, yang terdiri dari perempuan dan laki-laki. Kini, mungkin sudah mencapai ratusan orang.

Wartawan BBC mewancarai Aditya, salah seorang yang menyapa diri sebagai 'Nudis Indonesia,’ dan menjadi anggota sejak tahun 2007. Saat wawancara, Aditya tidak mengenakan pakaian; menurutnya, "Saya menjadi anggota sejak 2007, setelah mendapat informasi melalui Internet, saat membacanya, saya merasa sepertinya hal ini adalah jalan hidup saya."

Tampilan polos seperti itu, dimaknai sebagai 'penyatuan diri dengan alam' dan bentuk kebebasan aktualisasi diri. Pada konteks itu, karena sudah terbiasa, tak ada lagi rasa sungkan dan malu; semuanya biasa-biasa saja.

Seorang sosiolog, ketika diminta pendapatnya mengenai perkembangan Kelompok Nudis Indonesia; ia menyatakan sebagai 'trend kekininian' yang bersifat melawan pakem keterikatan.

Kelompok Nudis Indonesia memang telah ada dan berkembang, namun sulit untuk mendeksi 'siapa-siapa mereka;' sebab harus melalui hubungan yang dekat, dan rekomendasi anggota, atau sesama anggota Kelompok Nudis. Atau karena pertimbangan tertentu, mereka lah yang mengajak kita.

Kaum nudis itu ada di hampir semua negara dengan macam-macam latar belakangnya sehingga terbentuklah kaum nudis di negara-negara tersebut. Negara yang memiliki kaum Nudis, diantaranya adalah Turki, Ceko, Irlandia, Perancis, Spanyol, Italia, Kroasia, Inggris, Yunani, Portugal, Kanada, Brazil, Amerika Serikat termasuk Hawaii, Australia, Jerman dan lain-lain. Ada banyak pantai di dunia ini bagi kaum Nudis, yaitu antara lain adalah : pantai Playa de los Muertos Spanyol, Spiaggia Italia, Kordovan Kroasia, Valalta Kroasia, Wild Pear Inggris, Red Beach Yunani, Paradise Beach Yunani, Adegas Portugal, Wreck Beach Kanada, Praia do Pinho Brazil, Little Beac Hawaii, Lady Bay Beac Australia, Black’s Beach California, Cap d’Agde Beach Perancis.

Cap d'Adengane adalah salah satu kota dengan Penduduk Kaum Nudis. Entah apa yang ada dipikiran pemerintah Prancis ketika berencana mengembangkan potensi wisata dari kota tersebut. Kini, kota pelabuhan yang terletak di selatan Prancis tersebut telah beranjak menjadi kawasan paling bebas di dunia. Soalnya, wisatawan akan menjumpai pemandangan yang tidak biasa. Ragam fasilitas kota seperti restoran, toko, salon, hotel, mini market, bar, bank, hingga kantor pos di Cap d'Adengane akan dilayani oleh pegawai tanpa busana. Bahkan aturan serupa dapat berlaku pada seluruh penduduk kota dan wisatawan.

Anggapan tidak wajar akan disematkan pada mereka yang memilih berpakaian lengkap. Maka tidak heran jika toko yang menjual pakaian tidak begitu diminati pembeli.

Walau dipenuhi dengan orang telanjang, tidak kemudian membuat perilaku bersifat asusila menjadi legal. Segala tindakan asusila akan diganjar dengan sanksi tegas berupa hukuman penjara serta denda sebesar Rp 288 juta.

Namun, belakangan ketegangan di Cap d'Agde meningkat lantaran hadir dua pemahaman berbeda antara kaum nudis tradisional dengan para pendatang yang disebut libertines.

Kaum nudis tradisional yang mayoritas diisi oleh penduduk asli menganggap bahwa kebiasan telanjang tanpa pakaian merupakan bagian dari penyatuan dengan alam. Sementara para kaum libertines gemar melakukan seks bebas bahkan di tempat umum. Bahkan mereka kerap bertukar pasangan seks atau swingers.

Hal tersebut membuat kaum nudis tradisional merasa terganggu dan beberapa kali melakukan serangan fisik. Mereka menganggap bahwa perilaku para libertines berdampak buruk pada pendidikan anak dan remaja.

Adapun sejarah mengenai kenapa Cap d'Agde menjadi rumah bagi kaum nudis berawal pasca Perang Dunia II. Ketika itu, keluarga Oltra yang memiliki lahan di dekat garis pantai meresmikan peraturan bebas telanjang bagi para wisatawan. Tujuannya tentu agar dapat menarik banyak wisatawan dan keuntungan.

Namun baru pada tahun 1970, pemerintah Prancis mulai memanfaatkan potensi tersebut dengan memperbolehkan wisatawan untuk telanjang yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah. Alasannya, karena dulu Cap d'Agde merupakan daerah yang sangat miskin. 

Selain itu ada lagi, adalah Pantai FKK. FKK merupakan singkatan dari freikörperkultur dalam bahasa Jerman, yang mengacu pada gerakan nudisme. FKK adalah istilah untuk pantai-pantai di Jerman, di mana orang harus bertelanjang bulat di sana. Peraturan untuk tidak mengenakan pakaian apapun di pantai FKK berlaku bagi setiap pengunjungnya. Petugas yang berpatroli di sekeliling pantai bekerja untuk memastikan kondisi tersebut. Pengunjung pantai yang melanggar akan mendapat teguran petugas dan diberi pilihan untuk menanggalkan pakaian atau meninggalkan pantai. Pantai FKK yang pertama kali dibuka di Jerman adalah pantai Kampen di pulau Sylt, pulau yang terletak di utara Jerman, pada tahun 1920.

Kaum nudis di Jerman juga mempunyai anggapan bahwa nudisme atau naturisme tidak ada hubungannya dengan seksualitas. Dalam hal ini kaum nudis memiliki aturan di antara sesama mereka untuk tidak mengambil gambar tanpa izin dan melakukan aktivitas seksual di depan umum. Selain di beberapa pantai di Jerman, tanda "FKK" juga diberikan pemerintah di lokasi publik lain seperti di beberapa kebun, taman, serta area sekitar sungai.

Demikianlah tadi sekilas tentang nudis atau naturisme, yang tujuannya adalah menyatu dengan alam, atau hidup secara alamiah, bukan untuk tujuan sex bebas atau free sex.

Nudis itu jika dikaitkan dengan agama, sudah barang tentu tidak dibenarkan, tidak ada agama yang mengijinkan orang tanpa busana bisa bebas berkeliaran, kecuali ketika tanpa busana itu beradanya di ruang privat atau di ruang pribadi seperti di kamar mandi atau di kamar tidur.  Oleh karena itu yang bisa dikaitkan adalah Nudis dengan spiritual.

Jika Nudis dikaitkan dengan spiritual, maka yang perlu dibahas adalah tentang perilaku, karena spiritual itu sendiri adalah persoalan perilaku. Perilaku spiritualis yang baik dan benar, yang menjadi pokok bahasan disini adalah perilaku yang dapat memupuk batin menjadi bersih, atau dapat juga dikatakan sebagai perilaku yang sedikit demi sedikit bisa mengikis kekotoran batin hingga akhirnya batin menjadi bersih. Bukan spiritual seperti yang dipahami oleh banyak orang, yaitu yang identik dengan majic, identik dengan ilmu hitam maupun ilmu putih, yang biasanya menggunakan bantuan makhluk halus.

Kaum Nudis jika dikaitkan dengan spiritual, sepanjang kaum nudis itu sendiri mempunyai budaya perilaku yang tidak menyimpang dari azas-azas budi pekerti yang baik, maka tidak ada masalah, sehingga yang membedakan hanyalah melekatnya budaya tanpa busana itu saja. Bagi kaum Nudis orang yang berpakaian itu justru terlihat aneh dan tidak biasa, jadi dalam persoalan ini bedakan antara budaya tanpa busana dengan perilaku kejahatan, atau perilaku sex bebas, yang tentu saja sangat bertentangan dengan ajaran spiritual yang dimaksudkan disini. Yaitu spiritual yang baik dan benar, yang mepertimbangkan banyak hal, termasuk perlunya memakai busana, yang tidak ekstrim seperti kaum Jainisme yang para rahibnya juga tidak memakai busana, sehingga gak ada bedanya dengan kaum nudis. Hal ini bisa terjadi karena saking ekstrimnya para rahib Jainisme meninggalkan keduniawian, termasuk meninggalkan harta benda.

Akan tetapi spiritualis yang baik dan benar itu menempuh jalan tengah, tidak ekstrim, dengan kata lain kondisinya seimbang. Sehingga para rahib praktisi spiritual yang benar itu tidak tanpa busana, tetapi juga tidak memakai busana yang bagus-bagus dan mewah, melainkan memakai busana seperlunya saja, yang sangat sederhana yaitu berupa jubah yang tidak dijahit. Karena mereka juga berjuang untuk mampu meninggalkan keduniawian dengan sempurna, dengan cara yang tidak ekstrim yaitu mengambil jalan tengah, seimbang tidak ekstrim dan juga tidak longgar, demi tercapainya kebahagiaan yang sejati yang bukan kebahagiaan inderawi.

Praktisi spiritual yang baik dan benar yang telah mencapai tingkat lanjut yang biasanya adalah para rahib, mereka itu mempunyai batin yang seimbang, yang tidak terpengaruh oleh kabahagiaan dan kesedihan duniawi melalui pancaindera dan pikiran. Kebahagiaan dan kesedihan duniawi tidak mempengaruhi batin mereka, kedua-duanya dirasakan sebagai hal yang biasa, yang wajar. Yang mereka miliki adalah ketenangan dan kebahagiaan yang sebenarnya, tidak ada yang dirasa berat, semuanya terasa ringan.

Kembali ke masalah nudis dan spiritual. Rasanya kaum Nudis itu tidak mengenal spiritual yang benar. Karena spiritualis yang benar itu mempertimbangkan banyak hal demi kebaikan universal, termasuk perlunya berbusana, meskipun mungkin busananya sederhana, termasuk busana yang sangat sederhana berupa jubah tanpa jahitan yang dikenakan oleh para rahib dari golongan spiritualis yang benar, yang berjuang meninggalkan keduniawian demi tercapainya kebahagiaan yang sejati, bukan kebahagiaan semu, kebahgiaan inderawi atau kebahagiaan duniawi belaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar