Translate

Sabtu, 27 April 2019

Cara supaya tidak mudah tersinggung


Seseorang akan menjadi mudah tersinggung kalau yang disaksikan dengan mudahnya dibawa kedalam perasaan. Seseorang harus memiliki prinsip ini dalam hidup, apapun yang orang lain lakukan kepada saya, saya tidak akan mengizinkan dia untuk membuat saya menderita secara batin. Seseorang harus paham, kebahagiaan dan penderitaan bukan datang dari orang lain, tetapi datang dari dalam diri sendiri.
Jadi mulai dari sekarang belajar untuk tidak membiarkan orang lain membuat kita menderita secara batin. Bagaimana caranya? Jangan menggantungkan kebahagiaan kita pada orang lain. Kalau kita menggantungkan kebahagiaan kita pada orang lain, kita akan mudah dibuat menderita oleh orang lain.
Bagaimana caranya supaya bisa memiliki kepercayaan diri yang sangat kuat dalam mencari kebahagiaan dalam diri sendiri tanpa menggantung kepada orang lain? Hanya dengan Dhamma, Guru Agung mencapai kebahagiaan tertinggi karena Dhamma, para makhluk suci mencapai kebahagiaan tertinggi melalui Dhamma. Maka dari itu hanya Dhamma lah sumber kebahagiaan sejati.
Dhamma untuk melatih mendapatkan kebahagiaan dari dalam diri sendiri, adalah dengan cara berlatih meditasi Vipassana, yaitu dengan mengamati perasaan. Perasaan apa yang sedang terjadi, yang dirasakan, perasaan itu diamati saja, diperhatikan terus dan disadari. Jika perasaan itu berganti dengan perasaan lain yang baru, maka juga diamati, diperhatikan terus dan disadari. Maka lama-kelamaan dengan sering berlatih nya meditasi, maka perasaan akan menjadi bijaksana, tidak mudah tersinggung, tidak mudah bersedih, melainkan akan selalu seimbang dan bahagia. Karena perasaan menjadi terbiasa sadar, tidak mudah terpancing oleh obyek berupa apapun dari luar.
Sebagai tambahan, bagaimana jika perasaan yang timbul tersebut adalah perasaan bahagia? Tetap saja di dalam berlatih meditasi, semua perasaan termasuk perasaan bahagia juga diamati, diperhatikan dan disadari. Perasaan akan menjadi seimbang dan bahagia. Bahagia yang sejati adalah bahagia Non Inderawi, bahagia yang sebenarnya, dan bertahan lebih lama.
Demikian uraiannya, semoga bermanfaat, semoga semua makhluk berbahagia.

Sabtu, 20 April 2019

Pertanyaan Anak Jenius

Gambar terkaitAda pertanyaan-pertanyaan dari seorang anak yang genius sebagai berikut :
Mengapa Tuhan tidak pernah menampakkan diri? Supaya para pemeluk agama-agama yang berbeda yang gemar saling mengolok-olok, saling membenarkan ajaran agamanya masing-masing tidak lagi terjadi? Supaya semua pertikaian antar pemeluk agama yang berbeda bisa berakhir? Supaya dunia ini menjadi aman dan tentram? Kenapa Tuhan dalam menyampaikan perintah dan larangan tidak berterus terang, melainkan melalui perantara wahyu kepada Nabi-nabi? Seperti apakah proses turunnya wahyu Tuhan itu? Benarkah prosesnya seperti yang dikatakan orang? Kalau modelnya seperti itu, maka ada yang percaya dan ada pula yang tidak percaya dengan kebenaran agama wahyu? Kenapa tidak dilakukan misalnya dari langit Tuhan menampakkan diri dan berbicara kepada manusia menyampaikan perintah-perintah dan larangannya secara nyata? Kalau begitu kan dunia ini menjadi aman dan damai, karena banyak orang yang menyaksikan bahwa Tuhan itu ada, dan karena semua orang mengikuti perintahnya dan menjauhi larangannya sehingga semua manusia masuk surga? Mengapa tidak dilakukan oleh Tuhan? Mengapa oh mengapa? Atau benarkah bahwa wahyu Tuhan itu ada? Demikianlah pertanyaan-pertanyaannya.
Apalagi kalau turunnya wahyu itu kejadiannya sudah ribuan tahun yang lalu, dan hingga saat ini tidak ada lagi kelanjutannya yang terkait dengan hal tersebut. Dapat dikatakan saat ini Tuhan sudah tidak lagi berhubungan dengan manusia. Kenapa demikian? Herannya mengapa sampai saat ini masih banyak orang yang percaya bahwa Tuhan menurunkan kitab suci  (menurunkan firman) melalui wahyu Tuhan?
Dengan semua pertanyaan tersebut diatas mengapa tidak banyak orang yang memahami bahwa sebenarnya yang disebut Tuhan itu tidak dapat dinalar atau tidak terpikirkan? Tidak dapat digambarkan dalam bentuk apapun. Tuhan itu adalah yang mutlak. Lebih tepat kalimat Ketuhanan Yang Maha Esa bukan Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ideologi negara kita. Kalau ada yang mutlak, maka ada kemungkinan manusia bisa terbebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, atau pemunculan dari sebab yang lalu, mencapai kesempurnaan.
Mengapa tidak banyak manusia yang mencari ajaran kesunyataan yang kitab sucinya sebanyak tiga lemari, yang menjelaskan tentang seluk-beluk kehidupan manusia, bahkan kehidupan makhluk lain, tentang alam semesta ini, dan lain sebagainya yang sudah ditemukan jawabnya oleh Guru Agung kita, Guru Agung Manusia dan Dewa, yang semuanya logis dan bebas untuk didiskusikan? Bahkan bebas juga untuk tidak dipercayai kebenarannya.

Akan tetapi tidak menjadi masalah ajaran apapun itu jika pada intinya mengajarkan kebaikan, mengajarkan untuk tidak serakah, tidak membenci dan tidak dungu atau tidak delusi, karena ajaran seperti inilah yang diperlukan oleh manusia agar hidupnya selamat sampai akhir dan tidak merugi.

Kamis, 18 April 2019

Agama


Agama itu banyak, bagai pakaian, maka harus dipilih yang pas dengan mencobanya. Dirasakan di badan, enak atau kurang enak dipakai? Secara logika kalau kita memilih pakaian, memang harus dicoba, tidak cukup hanya dilihat tampilannya saja, dan dikira-kira ukurannya. Penjual pakaian yang baik jangan memaksa calon pembeli untuk membeli pakaian tanpa mencobanya.
Setelah berpakaian hendaknya menjadi bergembira dan berbahagia, harus berperilaku lebih baik ketimbang yang bertelanjang bulat, tanpa busana.

Senin, 15 April 2019

Kata-kata Bijak

Sesuatu yang hilang, sesungguhnya selama ini tidak pernah benar-benar menjadi milik kita, jadi tidak perlu kita sesali.

Disaat kita letih dan mengeluh tentang pekerjaan, pikirkan tentang pengangguran dan orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti kita.

Kalau perilaku kita baik, hidup mati kita akan aman, agama adalah jalan yang kita pilih untuk men-support hal tersebut.

Allah

Ada ajaran agama yang mengatakan begini : 
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”.
Benarkah Allah menyukai balas-membalas? Karena dikatakan juga bahwa manusia itu adalah ciptaan Allah. Maka, mengapa Allah direpotkan oleh ciptaannya sendiri yang bisa bebas menipu pihak lain?
Bukankah lebih logis kalau hukum sebab-akibat, hukum tabur-tuai atau hukum karma yang bekerja? yang membalas? 
Apakah maksud kalimat tersebut diatas adalah bahwa, hukum karma lah yang membalas atas kuasa Allah? Tapi bukan atas kehendak Allah. Kalau ini aku faham!