Itulah mengapa
sebagai umat Buddha kita yang berkumpul melakukan puja-bhakti di Vihara atau
berkumpul di kelas Pariyati Sasana belajar memahami kitab suci Tipitaka, kitab
komentar dan kitab sub komentar memiliki berkat. Yaitu menanam benih-benih
karma yang kuat yang akan mempunyai potensi yang kuat untuk menghasilkan buah
berupa pencapaian kondisi-kondisi yang memudahkan kita bertemu guru spiritual
yang baik, bertemu para bhante (para Phabacitta) yang bisa menuntun kita untuk
keluar dari samsara yang merupakan tujuan hidup kita. Oleh karena itu marilah
kita berbuat kebajikan yang terarah yang mempunyai kekuatan untuk membawa kita
semua keluar dari samsara ini.
Dari salah satu
kitab Abhidhamma Pitaka, kitab yang terakhir, kitab Pathana, dari 24 kondisi
ada 2 kondisi yang terkait dengan topik tulisan ini. Kedua kondisi tersebut
adalah : Upa Niseya Pacaya dan Asewana Pacaya.
Untuk Upa Niseya
Pacaya, dimana Pacaya = kondisi, Upa = kuat, Niseya = dukungan, maka Upa Niseya
Pacaya berarti satu kondisi yang menjadi topangan yang sangat kuat untuk
kemunculan dhamma-dhamma yang lain. Jika kita berbuat sesuatu sehingga tercipta
kondisi yang baik, maka kondisi tersebut menjadi topangan munculnya
kondisi-kondisi berikutnya yang kondusif bagi kita menuju tercapainya
pencerahan. Kita yang melakukan puja-bhakti, yang membaca paritta, mendengarkan
kata-kata Buddha, itu menjadi Upa Niseya Pacaya, memiliki kondisi yang sangat
kuat buat kemunculan keadaan-keadaan yang kondusif untuk pencerahan kita.
Sedangkan
Asewana Pacaya, dimana Pacaya = kondisi, Asewana = pengulangan. Maka Asewana
Pacaya artinya adalah adanya kondisi pengulangan. Kalau kita sering
mengulang-ulang mendengarkan kata-kata Buddha, maka semakin kita mengulang maka
akan semakin kuat pengetahuan dan kebijaksanaan muncul. Sama dengan ketika dulu kita Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas atau Perguruan Tinggi, ketika
kita akan ujian dan ingin menguasai satu mata pelajaran tertentu, kita harus
membaca pelajaran tersebut secara berulang-ulang. Tidak cukup hanya satu kali.
Ketika kita membaca kedua kali maka pemahaman kita pada mata kuliah tersebut
menjadi semakin kuat. Ketika membaca yang ketiga kali maka akan semakin kuat
lagi. Semakin kita mengulang-ulang topik yang sama, maka pengetahuan dan
kebijaksanaan akan semakin kuat muncul. Nah itu juga yang terjadi ketika kita
mempelajari kitab suci.
Jika kita
mempelajari kitab suci Tipitaka, kitab komentar dan kitab Sub Komentar berulang-ulang,
terjadilah Asewana Pacaya, menjadikan rasa bhakti kita kepada Buddha, Dhamma
dan Sangha semakin kuat.
Seandainya di
dunia ini ada 1 juta judul buku, maka yang bisa dipastikan akan terus ada
adalah satu paket buku yang berjudul Tipitaka, kitab komentar & sub
komentar. Selama ajaran Buddha ini eksis kita tidak akan bisa mengelak dari
satu paket buku Tipitaka. Secara tradisi diyakini ajaran Buddha ini akan
bertahan selama 5.000 tahun, sekarang sudah bertahan hampir 2.600 tahun, maka
tinggal 2.400 tahun lagi. Jika 2.000 tahun lagi kita terlahir kembali sebagai
manusia, maka pada tahun 4.022 kita akan bertemu lagi dengan kitab Tipitaka
yang sama, dan jika selama ini kita tidak pernah belajar Tipitaka maka pada
tahun 4.022 kita akan kebingungan mempelajari Tipitaka, sehingga sulit
memunculkan pengetahuan & kebijaksanaan karena tidak memiliki Asewana Pacaya,
tidak memiliki kondisi pengulangan. Oleh karena itu mari kita setiap minggu
melakukan Puja-bhakti atau dengan mengikuti kelas Pariyati Sasana, yang berarti
kita menanam kondisi-kondisi yang baik yang akan kondusif untuk pencapaian
pencerahan. Itulah mengapa pembabaran kitab suci harus disebarkan
seluas-luasnya demi manfaat siapapun yang mendengarkan supaya kelahirannya
sebagai manusia pada saat ini yang sulit didapat bisa menjadi bermanfaat. Kita
yang merupakan Puthujhana tidak seharusnya menyia-nyiakan kesempatan yang sudah
ada, karena sekali lagi memperoleh kehidupan sebagai manusia itu sangat sulit.
Ada yang berpikir kehidupannya sibuk sedang mengejar keduniawian demi
kebahagiaan. Mereka tidak paham bahwa bagi mereka yang memahami kitab suci itu
kualitas kehidupannya juga semakin meningkat, karena membuat mereka mengerti
tentang kehidupan ini dengan lebih bagus, sehingga sering mengalami kedamaian.
Kedamaian adalah tujuan hidup kita. Kedamaian itu dealing dengan situasi
apapun. Tidak bertengkar dengan kebahagiaan dan kesedihan. Kalau ditambah
dengan berlatih meditasi misal hingga mencapai magha dan phala, pencerahan
terjadi, kilesa terkikis, semakin damai, semakin bahagia.
Demikianlah tulisan ini, semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar