Translate

Minggu, 10 Oktober 2021

Yang Kekal & Yang Mutlak Itu Ada

Tersebutlah bahwa Guru Agung Tathagata Sakyamuni berkata dan tertulis 
dalam Kitab Suci sebagai berikut : "Ketika bumi ini mulai berevolusi dalam pembentukan, alam Brahma masih kosong. Ada mahluk dari alam dewa Abhassara yang ‘masa hidupnya’ atau ‘pahala karma baiknya’ untuk hidup di alam itu telah habis, ia meninggal dari alam Abhassara dan terlahir kembali di alam Brahma. Di sini ia hidup ditunjang oleh kekuatan pikirannya yang diliputi kegiuran, tubuhnya bercahaya dan melayang-layang di angkasa, hidupnya diliputi kemegahan, ia hidup demikian dalam masa yang lama sekali. Karena terlalu lama dan hidup sendirian, maka dalam dirinya muncul rasa ketidakpuasan, juga muncul suatu keinginan, ‘Oh semoga ada mahluk lain yang datang dan hidup bersama saya di sini'. Dan pada saat itu ada mahluk lain yang disebabkan oleh masa usianya atau pahala karma baiknya telah habis, mereka meninggal dari alam Abhassara dan terlahir kembali di alam Brahma sebagai pengikutnya dan dalam banyak hal sama dengan dia. Berdasarkan itu, maka mahluk pertama yang terlahir di alam Brahma berpendapat : “Saya Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Tahu, Penguasa, Tuan Dari Semua, Pembuat, Pencipta, Maha Tinggi, Penentu tempat bagi semua mahluk, asal mula kehidupan, Bapa dari yang telah ada dan yang akan ada. Semua mahluk ini adalah ciptaanku. Mengapa demikian? Karena baru saja terpikir, semoga mereka datang, dan berdasarkan pada keinginanku itu maka mahluk-mahluk ini muncul. Sementara mahluk-mahluk itupun berpikir, dia Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Tahu, Penguasa, Tuan dari semua, Pembuat, Pencipta, Maha Tinggi, Penentu tempat bagi semua mahluk, asal mula kehidupan, Bapa dari yang telah ada dan yang akan ada. Kita semua adalah ciptaannya. Mengapa? Sebab, kita muncul sesudahnya. Dalam hal ini mahluk pertama yang berada disitu memiliki usia yang lebih panjang, lebih mulia, lebih berkuasa daripada mahluk-mahluk yang datang sesudahnya. Selanjutnya ada beberapa mahluk yang meninggal di alam tersebut dan terlahir kembali di bumi. Setelah berada di bumi ia meninggalkan kehidupan berumah-tangga dan menjadi pertapa. Karena hidup sebagai pertapa, maka dengan bersemangat, tekad, waspada dan kesungguhan bermeditasi, pikirannya terpusat, batinnya menjadi tenang dan memiliki kemampuan untuk mengingat kembali satu kehidupannya yang lampau, tetapi tidak lebih dari itu. Mereka berkata : Dia Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa, Penguasa, Tuan dari semua, Pembuat, Pencipta, Maha Tinggi, Penentu tempat bagi semua makhluk, asal mula kehidupan, Bapa dari yang ada dan yang akan ada. Dialah yang menciptakan kami, ia tetap kekal, keadaannya tidak berubah, ia akan tetap kekal selamanya, tetapi kami yang diciptakannya dan datang kesini adalah tidak kekal, berubah dan memiliki usia yang terbatas.

Dengan perkataan Guru Agung diatas, diketahui bahwa Guru Agung menolak pemahaman orang bahwa Maha Brahma adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, Sang Pencipta. Pemahaman Maha Brahma sebagai Yang Maha Kuasa dan Pencipta ini adalah salah satu dari 62 pandangan salah yang diuraikan dalam Kitab Suci yang terdapat pada Brahmajala Sutta.

Penjelasan tentang Maha Brahma yang menganggap dirinya Maha Kuasa dan Pencipta, adalah karena hidup di alam surga utamanya di alam dewa Maha Brahma itu sangat lama sekali, maka banyak mahluk di alam tersebut yang salah mengerti dan berpendapat bahwa mereka itu kekal, padahal kehidupan di alam tersebut tidak kekal. Maha Brahma yang disebutkan dalam Brahmajala Sutta tersebut adalah mahluk yang belum mencapai tingkat kesucian, dan pada suatu waktu kelak bila karma baiknya telah habis, maka mereka itu akan meninggal dan terlahir kembali di alam yang lebih rendah, yaitu alam para dewa atau terlahir sebagai manusia sebelum akhirnya berhasil merealisasi Nibbana.

Guru Agung juga berkata dan tertulis dalam Kitab Suci, yang dalam hal ini  merupakan hal yang paling penting untuk dipahami apa yang dimaksud. Kata Guru Agung tersebut adalah sebagai berikut :

Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Pemahaman dari perkataan Guru Agung tersebut adalah demikian, bahwa sesuatu yang disebut oleh Guru Agung tadi adalah sesuatu yang tanpa aku atau tanpa diri atau dalam bahasa Pali disebut Anatta. Yaitu sesuatu yang tidak dapat dipersonifikasikan. Sesuatu yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apapun. Dan bahwa dengan adanya sesuatu Yang Mutlak, yang tidak berkondisi atau Asamkhata, maka manusia yang berkondisi atau Samkhata dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan atau lingkaran Samsara, yaitu merealisasi Nibbana dengan cara bermeditasi. Nibbana itu oleh orang Jawa disebut atau dipahamni sebagai Sangkan Paraning Dumadi. Yang artinya kira-kira adalah : Tujuan akhir dari semua makhluk hidup.

Kesimpulan dari video ini adalah telah menyampaikan 3 hal, yaitu :

1. Tentang Tuhan Yang Maha Kuasa Sang Pencipta.

2. Pemahaman yang keliru tentang Maha Brahma adalah Yang Maha Kuasa, Sang Pencipta.

3. Adanya sesuatu yang mutlak, yang kekal tak berkondisi, sehingga manusia dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan, yaitu merealisasi Nibbana dengan cara bermeditasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar