Translate

Minggu, 03 Februari 2019

Cara menghadapi Masalah Hidup yang berat.



Pertanyaan pertama. Bagaimana caranya mengangkat beban 5 kilo gram? Mungkin anda bisa bukan? Tapi untuk Balita (anak  berumur lima tahun kebawah) sangat sulit untuk mengangkat sesuatu yang beratnya 5 kilo gram. Tapi untuk anda akan mudah saja.
Pertanyaan berikutnya. Bagaimana caranya mengangkat beban 100 kilo gram? Mungkin disini akan terlihat lebih sulit. Tapi bagi mereka yang memiliki tubuh yang besar dan rajin berolah raga angkat beban. Dia akan mudah mengangkat beban 100 kilo gram.
Semakin kuat tenaga fisiknya. Semakin besar beban yang bisa dia angkat.
Ini sama juga dengan permasalahan hidup, tapi bedanya bukan menggunakan kekuatan fisik. Tapi menggunakan kekuatan pikiran. Pikiran yang lemah akan menderita ketika menghadapi masalah sepele. Sebagai contoh dia dihina oleh temannya. Dia sudah menderita. Tapi orang yang memiliki pikiran yang kuat, ketika ia dihina, ia bisa memaafkannya. Orang yang pikirannya lemah, ketika kehilangan sesuatu akan sangat bersedih. Orang yang pikirannya kuat ketika kehilangan sesuatu, dia bisa belajar dari sana.
Semakin kuat kekuatan pikiran kita. Semakin besar kemampuan kita untuk menghadapi masalah hidup.
Apa saja kekuatan pikiran itu? Kebijaksanaan, Konsentrasi, Keseimbangan batin, Cinta Kasih, Belas Kasih, Rasa bahagia atas kebahagiaan orang lain, Kemurahan hati, Moralitas, dan lain-lain yang bisa kita pelajari melalui Dhamma.
Dhamma is so beautiful. Dhamma lah yang akan membuat pikiran kita menjadi kuat dari waktu ke waktu.

Sabtu, 02 Februari 2019

Doa


Kalau dengan doa sebuah permohonan dapat terkabul, maka tidak ada orang yang doa nya tidak terkabul. Ajaran Dhamma tidak menyarankan seseorang untuk hanya berdoa untuk mendapatkan sesuatu. Lalu mungkin muncul pertanyaan, mengapa ada orang yang ketika dia berdoa bisa terkabul, dan ada yang tidak terkabul? Apakah sang pencipta yang di agung-agungkan oleh kebanyakan orang pilih kasih?
Dhamma mengajarkan, apabila kita memiliki suatu cita-cita, atau harapan, kita harus melakukan usaha untuk bisa mencapainya, dan ditunjang dengan melakukan banyak kebajikan seperti dana, sila, meditasi dan lain lain.
Siapapun yang memiliki moralitas yang murni, apapun yang mereka cita-citakan pasti tercapai. Mengapa? Karena pikiran mereka murni.
Kesimpulannya, mengapa ada seseorang yang berdoa bisa terkabul dan ada pula yang tidak terckabul? Jawabannya adalah begini, apabila seseorang menanam buah mangga, kemudian dia berdoa semoga tumbuh pohon mangga, dan memberikan banyak buah. Tentu saja dengan dia berdoa, atau tidak berdoa, apabila biji mangga itu di tanam dengan cara yang benar, di tempat yang benar, dan di rawat dengan baik, maka pohon mangga akan tumbuh, dan memberikan buah mangga yang banyak. Tidak perduli apakah dia berdoa atau tidak.
Lain lagi apabila seseorang tidak menanam biji mangga, dan tidak melakukan usaha apapun, seberapa hebat pun dia berdoa. Pohon mangga tidak akan tumbuh sama sekali.
Jadi, poin terpenting bukan terdapat pada doa seseorang, melainkan usaha yang dia lakukan. Lalu apa yang harus kita lakukan supaya apa yang kita inginkan tercapai? Dhamma mengajarkan banyak hal untuk bisa mencapai banyak hal. Contohnya apabila kita ingin mempunyai materi yang melimpah, kita harus berdana. Kalau kita ingin sehat, kita tidak boleh menyakiti makhluk lain. Kalau kita ingin bahagia, kita harus terbebas dari kebencian.
Ada banyak sekali cara-cara untuk mencapai kebahagiaan yang kita inginkan. Semua itu telah diajarkan oleh ajaran Dhamma. Tinggal kita sendiri yang mau berusaha melakukannya atau tidak. Maka dari itu kita harus banyak belajar ajaran Dhamma untuk mengetahui sebab sebab kebahagiaan yang ingin kita raih.

Jumat, 01 Februari 2019

Hukum Karma Bekerja


Mengapa kita sudah banyak berbuat baik, tapi kondisi kita masih menderita, dan mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan?
Mungkin kita berpikir, kita sudah banyak berbuat baik, tapi kenapa kita selalu bertemu hal-hal yang tidak menyenangkan? Sebenarnya ketika kita berbuat baik, kita tidak mungkin menderita dalam waktu yang bersamaan pada saat itu. Karena menurut teori Abhidhamma, semua kebaikan selalu disertai dengan perasaan bahagia atau tenang seimbang.
Permasalahan ini ada kaitannya dengan Hukum Karma. Ada cerita tentang dua orang, yang satu adalah seorang guru yang selalu melakukan kebaikan. Dan yang satu lagi adalah seorang yang tidak bermoral, yang selalu melakukan keburukan. Suatu hari mereka sedang melakukan suatu perjalanan. Ditengah perjalanan tersebut, keduanya terjatuh ke dalam suatu lembah. Pada saat seorang guru yang selalu berbuat baik ini terjatuh. Kepalanya membentur pohon dan dia mengalami luka ringan. Tetapi seorang yang selalu melakukan keburukan itu ketika ia terjatuh, malah ia bertemu dengan tiga koin emas.
Nah kok bisa? Orang baik ini mengeluh, saya selalu melakukan kebaikan. Kenapa ketika saya terjatuh hanya mendapat luka? Malah dia yang selalu melakukan keburukan mendapatkan tiga koin emas?. Lalu mereka menjumpai seorang pertapa. Kebetulan pertapa ini memiliki suatu kesaktian, dan dapat melihat apa yang mereka lakukan di masa lalu, yang membuat mereka mengalami hal tersebut.
Lalu pertapa dengan kesaktiannya melihat penyebab-penyebabnya, dan menjelaskan kepada dua orang tersebut. Dahulu kala orang yang baik ini adalah seorang yang tidak memiliki sila atau moralitas, dia suka membunuh hewan. Seandainya dia tidak melakukan banyak kebajikan dalam kehidupan ini, ketika ia terjatuh, ia akan langsung meninggal. Tapi karena karma baik dalam kehidupan ini banyak, maka ia hanya mengalami luka ringan saja.
Dan orang yang tidak bermoral itu, dalam kehidupan lampau, adalah seorang dermawan, suka berdana dan berbagi kepada banyak orang. Tapi karena dia banyak melakukan kejahatan di kehidupan ini. Ketika ia terjatuh, ia hanya mendapatkan tiga koin emas. Seharusnya ia mendapat tiga peti emas. Pertapa itu menjelaskan.
Jadi karma lampau adalah penyebab utama, karma sekarang adalah penyebab pendukung untuk berbuah nya sesuatu. Karma yang kita lakukan dalam kehidupan ini akan berbuah di masa depan. Semoga dengan penjelasan tersebut diatas, kita tidak berhenti berbuat kebajikan, sekalipun dalam hidup kita banyak menemui kesulitan dan kesusahan.

Otak Manusia


Banyak orang bilang, akal manusia itu terbatas, sehingga untuk hal-hal yang tak terjangkau oleh akal kita, maka kita cukup meyakini, atau mengimani saja kata buku atau kata guru. Jika demikian halnya, maka apabila yang kita imani itu ternyata memang benar, syukurlah, tapi kalau ternyata salah, maka akan sia-sia belaka, sampai mungkin bisa mencelakakan diri kita sendiri. Itu namanya gambling, atau untung-untungan. Judi juga gambling, belum tentu menang.

Kita punya akal / pikiran, apabila terlatih, bisa menalar sesuatu dengan baik. Gunakanlah akal pikiran yang sudah kita punyai itu secara sehat, bersih & netral, supaya bisa menalar sesuatu dengan benar, dan menghasilkan keputusan terbaik. Sesuatu yang lolos dari penyaringan logika yang sudah terlatih dengan baik, kemungkinan banyak benarnya, dan sesuatu seindah apapun itu, jika tanpa dinalar dengan baik, atau dilogika seribu kali terlebih dahulu, ada kemungkin salah. Pilih mana, bisa untung besar tapi juga bisa rugi besar (gambling), atau pilih untung sedikit demi sedikit tapi berkelanjutan, berkat perhitungan dan logika yang terlatih dengan baik & matang? Jika kita memilih alternatif yang kedua, itu artinya kita menghargai otak, akal & pikiran milik kita, bukan menyia-nyiakannya seolah-olah tak berguna.

Intinya begini, untuk hal-hal yang berat, tanyakanlah kepada ahlinya, dan gunakanlah nalar kita seribu kali terlebih dahulu, sebelum sepakat, yaitu dengan cara banyak bertanya. Dan jika sudah dinalar seribu kali, dan nantinya ternyata keputusan yang kita ambil itu salah (kemungkinannya sangat kecil), tidak apa-apa, yang penting kita sudah berupaya memanfaatkan, atau memfungsikan otak dan akal pikiran kita secara maksimal.

Sains Universal


Jangan memaksa diri, bahwa segala sesuatu yang ada ini, keberadaannya harus melalui proses penciptaan, yang dilakukan oleh sesuatu sosok super, apapun itu sebutannya. Keyakinan yang demikian itu tercetus sudah lebih dari seribu tahun yang lalu. Keyakinan (tidak sama dengan kebenaran) itu mestinya luwes, bisa berkembang, bisa menyesuaikan dengan perkembangan Sains (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) pada tahap awalnya, dan menyesuaikan pada Sains Universal (metafisika / spiritual hakiki) pada tahapan berikutnya.

Kita semua tahu bahwa, Sains itu, dasarnya adalah penelitian ilmiah, sehingga hasil yang didapat (yang dicetuskan) adalah nyata, diperoleh dengan pembuktian yang valid sehingga dapat diterima oleh logika manusia. Sedangkan untuk Sains Universal, pembuktiannya harus dilakukan sendiri oleh masing-masing orang. Namun sebelum hal tersebut mampu dilakukan oleh seseorang, maka pemahaman atas hal tersebut, bisa diperoleh terlebih dahulu dari guru yang pencapaian spiritualnya telah memadai (profesional), dan diperoleh dari buku-buku / Kitab Suci yang membabarkan kebenaran, untuk bebas dinalar atau dipertimbangkan masak-masak, kira-kira logis atau tidak, benar atau tidak. Setelah itu barulah dipraktekkan.

Sains menjelaskan (membuktikan), bahwa jagad raya kita ini, yang terdiri dari milyaran planet ini, usianya sudah sangat lama sekali, dan proses terjadinya pun juga demikian, memerlukan waktu yang sangat lama sekali. Terjadinya bukan dengan cara penciptaan bim-salabim. Dengan kenyataan (logika) itu saja, mestinya sudah bisa menyadarkan kepada kita, apa-apa yang bisa  terus kita pegang teguh, dan keyakinan seperti apa yang bisa kita fleksibel kan, tidak kaku masif, yang tidak dapat menerima, atau menutup rapat-rapat kehadiran Sains Universal, apalagi kehadiran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Yang paling penting adalah, apa dan bagaimana sesungguhnya hidup ini, apa sesungguhnya yang harus diperjuangkan, yang harus menjadi cita-cita, atau tujuan hidup kita manusia, tujuan yang paling benar, yang sesuai dengan Sains dan sesuai dengan Sains Universal, yang dapat membawa ke kebahagiaan yang abadi, kekal selamanya di luar ruang dan waktu. Namun yang jelas didepan mata dan logika kita, yang paling penting, mulai saat ini marilah kita berupaya memperbanyak perbuatan baik, mencegah perbuatan jahat, dan tekun belajar mempertajam otak kita agar tidak menjadi bodoh (dungu), agar berguna bagi sesama, dan bagi lingkungan alam di sekitar kita.