Translate

Rabu, 02 Oktober 2019

Ketuhanan Yang Maha Esa & Pengetahuan Spiritual Lainnya



1.      Tuhan itu dipahami oleh kebanyakan orang seolah-olah sebagai pribadi atau entitas. Mengapa Tuhan itu tidak dipahami saja sebagai “Impersonal” & “tidak bisa digambarkan secara lugas”?
2.      Tuhan itu dipahami oleh kebanyakan orang sebagai Yang Maha Kuasa & Pencipta segala sesuatu. Mengapa tidak dipahami saja bahwa segala sesuatu itu ada karena ada sebabnya? Atau segala sesuatu yang terjadi atau suatu akibat itu terjadi karena ada sebabnya? Hukum sebab-akibat ini tegas memenuhi kaidah Sains & diterima oleh logika. Sekarang bagimana dengan; apabila segala sesuatu itu belum ada, sehingga sebab awal atau sebab mula-mula atau kausa prima nya itu seperti apa & bagaimana? Nah kalau sudah sampai disini, itu adalah merupakan pertanyaan besar. Dan pertanyaan besar itu bisa dibungkam dengan jawaban bahwa itu sudah menjadi ketentuan atau Hukum Alam nya memang begitu. Sehingga dalam hal ini Hukum Alam itu dapat dikatakan sebagai Yang Maha Kuasa dan Pencipta segala sesuatu. Semua yang terjadi adalah karena hukum alam, hukum alamnya begitu sehingga sesuatu hal itu bisa terjadi. Hukum Alam Yang Maha Kuasa itu masuk didalam ranah Ketuhanan Yang Maha Esa yang adalah Kata Sifat, Kata Sifat itu kekal karena bukan Kata Benda. Sedangkan Tuhan Yang Maha Esa itu dapat dipahami sebagai pribadi atau entitas yang dapat dipahami juga sebagai Kata Benda. Berlakulah Hukum Sebab-Akibat yang merupakan manifestasi dari Hukum Alam. Dimana suatu sebab akan menghasilkan akibat, atau suatu akibat atau kejadian itu ada karena ada sebabnya. Suka atau tidak suka pernyataan ini sekali lagi memenuhi kaidah sains.
3.      Tuhan itu dipahami oleh kebanyakan orang sebagai mempunyai kehendak, mencobai manusia, menghukum manusia & memberi pahala kepada manusia. Mengapa tidak dipahami saja bahwa semua yang menimpa kepada diri manusia itu jika dikaitkan dengan berlakunya Hukum Sebab-Akibat, berlakunya Hukum Tabur-Tuai atau Hukum Karma, adalah merupakan buah-buah yang dia petik atau dia panen dari sebab-sebab atau karma-karma masa lalu manusia yang bersangkutan, baik itu masa lalu di hidupnya yang sekarang ini dan atau masa lalu di hidup-hidup sebelumnya. Jika Tuhan itu mempunyai kehendak sebagaimana yang dipahami selama ini oleh banyak orang, maka kehendak tersebut terlalu remeh & tidak mencerminkan Tuhan Yang Maha Agung.
4.      Hidup itu dipahami oleh kebanyakan orang adalah hanya satu kali, dan setelah itu masuk atau hidup di Alam Surga atau Alam Neraka. Masuk Surga atau masuk Neraka itu sampai kapan? Mengapa tidak dipahami saja yang relevan dengan Hukum Sebab-Akibat, yaitu bahwa hidup itu berkali-kali, setelah mati maka akan terlahir & hidup di alam yang lain, di alam berikutnya. Yang akan dialami di alam berikutnya ini adalah alam kebahagiaan, alam penderitaan, atau campuran antara kebahagiaan dan penderitaan sebagaimana hidup di alam manusia sebagai manusia, itu adalah sesuai dengan buah karma di hidup sebelumnya. Rentetan kehidupan manusia atau makhluk lain itu akan berakhir & tidak akan terlahirkan kembali di alam manapun, atau padam, hal tersebut akan terjadi ketika manusia atau makhluk lain itu sudah tidak lagi memproduksi dosa baru, sudah menjadi makhluk suci, kekotoran batinnya sudah behasil dihancurkan. Berakhirnya kehidupan atau padam itu adalah tujuan akhir dari rentetan perjalanan hidup manusia, dan juga makhluk lainnya, yaitu telah mencapai atau merealisasi kebahagiaan hakiki kekal selamanya.
5.      Yang banyak dipahami oleh kebanyakan orang itu adalah bahwa alam kehidupan itu hanya ada tiga, yaitu alam dunia, baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata, alam Surga dan alam Neraka. Mengapa tidak mempertimbangkan untuk mempercayai yang di klaim sebagai kebenaran oleh orang-orang suci bahwa alam kehidupan itu secara garis besar ada 31 kelompok. Yaitu :
·         4 Tingkat Alam Kemerosotan yang terdiri dari Alam Neraka yang mempunyai 8 tingkat kesengsaraan, Alam Iblis, Alam Setan dan Alam Binatang.
·         1 Alam Manusia.
·         6 Tingkat Alam Surga atau 6 tingkat Alam Dewa.
·         16 Tingkat Alam Brahma Berbentuk, dan
·         4 Tingkat Alam Brahma Tak Berbentuk.

6.      Yang banyak dipahami oleh kebanyakan orang itu adalah bahwa binatang itu misalnya sapi, ikan dan sebagainya itu diciptakan adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia, untuk dikonsumsi oleh manusia, dan lain sebagainya. Sedangkan Iblis dan Setan itu diciptakan untuk menggoda iman manusia. Kalau seperti itu maka enak di manusia & tidak enak atau sengsara menjadi binatang, apalagi menjadi Iblis atau Setan yang selalu merasakan hidup menderita, kepanasan, kelaparan & kehausan. Jadi kalau boleh memilih mending tidak diciptakan sebagai apapun agar tidak mengalami & tidak merasakan apa-apa, tidak mempunyai resiko masuk neraka, terlahir spontan mejadi Iblis atau Setan. Ketahuilah bahwa ada 4 macam kelahiran yaitu lahir melalui telur, melalui rahim atau melalui kandungan, lahir dalam kelembaba, dan lahir secara spontan. Lahir di Neraka, menjadi Iblis, menjadi Setan, menjadi dewa dan lahir menjadi makhluk Brahma itu lahirnya secara spontan. Kelahiran ini tidak memerlukan orang tua, lahir langsung dewasa. Sains belum mengetahui tentang kelahiran dengan cara spontan ini. Sedangkan yang lahir melalui kelembaban itu contohnya adalah cacing tanah, cacing atau larva bangkai, nyamuk, lalat, katak dan lain-lain. Kebanyakan serangga lahir dengan cara ini, melewati kelembaban. Selanjutnya mengapa tidak dipahami bahwa makhluk Neraka, binatang, Iblis, Setan, Dewa & makhluk Brahma itu adalah seperti kita-kita ini, yang sedang menjalani hidup di alam lain, sebagai hasil dari perilaku di hidup sebelumnya, sesuai dengan karma buruk atau karma baiknya di masa lampau.
7.      Yang tidak bisa diketahui itu diantaranya adalah jumlah makhluk hidup, batas-batas alam semesta dan umur alam semesta. Jumlah makhluk hidup itu adalah tak terhingga, sebab yang belum ada akan ada, kecuali yang sudah padam tidak akan ada  lagi, sudah bahagia hakiki kekal selamanya. Alam semesta itu tidak ada batasnya. Demikian juga dengan umurnya, karena setelah sebagiannya yang merupakan tatasurya atau melky way rusak, atau kiamat akan muncul lagi tatasurya atau melky way yang baru. Demikian seterusnya yang tak berbatas waktu. Selain hal-hal tadi tidak bisa diketahui, maka kalau mengetahui pun tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam upaya kita merealisasi tujuan akhir dari rentetan kehidupan ini. Karena untuk mencapainya itu melalui Jalan Mulia Berunsur Delapan.


Senin, 02 September 2019

The Questions of Genius Child

There are questions from a genius child as follows :
Gambar terkait"Why did God never appear? So that the adherents of different religions who like to mock one another, justify each other's religious teachings no longer happen? So all conflicts between different religions can end? So that the world is safe and secure? Why did the Lord in conveying commands and prohibitions not be forthright, but through the medium of revelation to the Prophets? What is the process of the revelation of God like? Is the process true as people say? If the model is like that, then there are those who believe and some who do not believe in the truth of religious revelation? Why not do it, for example, from heaven, the Lord appeared and spoke to humans to convey his real commands and prohibitions? Then the world will be safe and peaceful, because many people are witnessing that God exists, and because everyone follows his commands and avoids his prohibitions so that all humans go to heaven? Why is it not done by God? Why oh why? Or is it true that God's revelation is there? ”Such were the questions.
Especially if the revelation occurred thousands of years ago, and until now there is no continuation related to it. It can be said that God is no longer associated with humans. Why is that? Amazingly why until now there are still many people who believe that God revealed the scriptures (revealed the word) through God's revelation?
With all the questions mentioned above, why do not many people understand that actually what is called God is not logical or unthinkable? Cannot be described in any form. God is absolute. More precisely in accordance with the ideology of Indonesian country is the sentence, The Almighty Godhead, not The Almighty God. If there is an absolute, then there is the possibility that humans can be free from birth, incarnation, formation, or the arising of past causes, reaching perfection.
Why do not many people look for the teachings of reality whose sacred books are three cabinets, which explain the intricacies of human life, even the lives of other creatures, about this universe, and so on which have been answered by our Supreme Master, Supreme Master of Humans and Deitys, all of which are logical and free to discuss? Even free to not be trusted.
However, it does not matter if any teachings are essentially teaching goodness, teaching not to be greedy, not hateful and not stupid or not delusional, because this is the kind of teaching that is needed by humans for their lives to be safe to the end and not lose.

Minggu, 01 September 2019

The Realm of Heaven


Before elaborated on Deity’s Realm (Heaven’s Realm), will first be described briefly about Kammabhumi, Apayabhumi and Kammasugatibhumi.
Kammabhumi is the realm of life in which the creatures that live there are beings who are very tied to the senses, always want to satisfy desires sensory.
Kammabhumi consists of Apayabhumi and Kammasugatibhumi.
Apayabhumi is a sad realm for creatures live in, the creatures that live there suffering. Apayabhumi consists of 4 Natural deterioration, namely:
1.       Realm of Hell
2.       Realm of Satan
3.       Realm of Devil
4.       The Beast Realm.
Kammasugatibhumi is happy nature, where the creatures in it are still bound by the senses, which continually enjoy sensual pleasure.
Kammasugatibhumi consists of Human Realm and six realm of Deitys.
The Human's realm is a mixture of pain and happiness, is the first level of happy realm. On the People Realm, someone really could recognize the true nature of the universe and the true nature of life.
The six Devil Realm or the six levels of Heaven that is:
1.     The Realm of Lord Catumaharajika (Catumaharajika-bhumi),
2.     The Realm of Lord Tavatimsa (Tavatimsa-bhumi),
3.     The Realm of Lord Yama (Yama-Bhumi),
4.     The Realm of Lord Tusita (Tusita-bhumi),
5.     The Realm of Lord Nimmanarati (Nimmanarati-bhumi),,
6.     The Realm of Lord Dewa Paranimmitavasavatti (Paranimmitavasavatti-bhumi).
The deitys creature in heaven is not able to recognize that the essence of life is suffering, they prefer to enjoy the fun for fun rather than to achieve "absolute", realize or attain Nibbana. Heavenly beings in this realm is not eternal. They will die for one of four reasons, namely: age fulfilled, the results of his virtue had run out, very enjoy the happyness until forget to eat, wrath or envy. Therefore, with this realm conditions like this, as already described above, so the Buddhas are always born as a human being because it can recognize the true nature of the universe and the realm of life.

Kamis, 22 Agustus 2019

Berbuat baik

Hasil gambar untuk gambar berbuat baik kepada sesamaMengapa kita hendaknya banyak berbuat baik? Karena tidak mungkin kalau semua boleh berbuat jahat tanpa resiko selain mempunyai banyak musuh. Kenapa? Karena kalau seperti itu maka yang kuat & yang pintarlah yang beruntung (menang). Kalau sudah begitu dunia ini tentu akan cepat kiamat. Saya yakin dunia ini keberadaannya tidak untuk sesaat (tidak akan lama), melainkan untuk sebaliknya. Makanya di dunia ini berlakulah kondisi yang berimbang & berlakulah keadilan; supaya umurnya panjang. Kalau ada siang maka ada malam. Kalau ada panas maka ada hujan dan seterusnya. Demikian juga kalau orang lebih mudah berbuat jahat, maka harus kita imbangi dengan banyak berbuat baik, karena itulah mengapa kita mempunyai otak.
Karena berlakunya keseimbangan & keadilan; maka kalau kita berbuat baik, maka kebaikan atau kebahagiaanlah yang akan mengikuti kita. Demikian juga sebaliknya. Kalau kita berbuat jahat, maka penderitaan akan mengikuti kita juga, bagai bayangan kita yang selalu mengikuti kemanapun kita pergi melangkah.
Seseorang yang mempunyai pikiran (akal) yang baik tentu faham dengan fenomena (uraian) ini. Jadi jelaslah kenapa kita hendaknya berupaya banyak berbuat baik kepada sesama (dan sesama makhluk), tidak perduli apa agama kita & apa agama mereka, karena inti ajaran semua agama adalah agar pemeluknya bisa berbuat baik sebanyak-banyaknya, agar manusia bisa hidup lebih enak & lebih enteng, karena hambatan, tantangan & kerusakan menjadi berkurang. Manusia bisa menjalani kehidupan ini & menjalani kondisi setelah mati (hidup di alam lain / alam berikutnya) dengan lebih baik, sampai akhirnya nanti mencapai kesempurnaan, mencapai tujuan hidup yang hakiki, ibarat orang yang selalu berjalan maju (bukan mundur atau maju mundur & lebih banyak mundurnya) maka akhirnya akan mencapai tujuannya, tujuan yang sejati.