Aku mengajar, bukan demi mendapat murid. Biarlah gurumu tetap gurumu. Ada hal-hal buruk yang jika tak ditinggalkan akan membuatmu menderita. Demi ditinggalkannya hal-hal buruk inilah, aku mengajar.
~ Buddha ~Blog ini menampilkan tulisan-tulisan yang dapat dikategorikan sebagai tulisan : Pengetahuan Benar, Wawasan, Kata-Kata Bijak, Lain-lain. Jika pembaca tidak sependapat dengan tulisan yang ada dalam blog ini, tolong abaikan saja dan lupakan! Terima kasih.
Translate
Rabu, 15 Agustus 2018
Senin, 13 Agustus 2018
Aksi & Reaksi Alam.
Uraian berikut ini
menjembatani antara yang dogmatis keras & yang kritikus keras (saling berseberangan
180 derajat), adalah juga status suka-suka :
Yang Maha Kuasa (YMK) itu karakternya netral. Berdoa sampai
nangis-nangis tanpa dibarengi dengan usaha keras, ulet & benar untuk
mewujudkannya, maka tidak akan bisa membantu. Mestinya kita tahu diri, jangan
banyak meminta dengan hasil instan kalau kita sendiri tidak mau, atau tidak mampu
berbuat banyak untuk mewujudkannya.
Alam raya ini akan terganggu keseimbangannya jika ulah
manusia tidak bijaksana. Bukan kekuatan doa yang dapat membereskan semuanya. Dapat
dikatakan, jika YMK terlalu banyak “mengabulkan” doa permohonan manusia, maka keseimbangan
alam raya akan menjadi rusak. Doa yang baik adalah doa yang isinya baik, tidak egois. YMK itu nyaris
netral, hendaknya kita menyadari hal ini, agar kita bisa menjadi lebih tegar,
lebih rasional & tidak cengeng. Manusia cengeng & tidak rasional bisa berbuat
macam-macam yang bisa mengganggu keseimbangan alam.
Berbuat baik itu adalah doa yang sebenarnya. Berbuat baik
itu melestarikan alam. Berbuat baik akan mengundang kebaikan pula, termasuk
bisa membantu mewujudkan keberhasilan usaha maupun cita-cita kita.
Paling Setia.
👉
Orang bisa lupa dengan apa yang telah DIPERBUAT, orang lain yang pernah dibantu juga BISA LUPA, tetapi perbuatan tidak akan pernah lupa dengan PELAKUNYA, karena perbuatan adalah paling setia.
👉
Seperti halnya HUKUM KEBENARAN SEBAB-AKIBAT, tidak akan pernah ada
akibat jika tanpa sebab, dimanapun dan sampai kapan pun, AKIBAT ITU PALING SETIA DENGAN SEBAB, tidak perlu diragukan lagi.
👉 Hukum kebenaran sebab-akibat memiliki kesamaan, dengan perbuatan yang selalu setia pada pelakunya, hukum kebenaran tetap SETIA PADA KEBENARAN, dan perbuatan tidak pernah MENINGGALKAN PELAKUNYA.
👉 Setianya pasangan hidup waktu-lah yang akan memisahkan, setianya koalisi politik akan mudah berantakan dengan tidak terakomodasinya kepentingan, setianya kaum bisnis karena saling memperoleh keuntungan, namun setianya hukum kebenaran dan perbuatan, tidak ada batasnya.
(Bhante Saddhaviro)
👉 Hukum kebenaran sebab-akibat memiliki kesamaan, dengan perbuatan yang selalu setia pada pelakunya, hukum kebenaran tetap SETIA PADA KEBENARAN, dan perbuatan tidak pernah MENINGGALKAN PELAKUNYA.
👉 Setianya pasangan hidup waktu-lah yang akan memisahkan, setianya koalisi politik akan mudah berantakan dengan tidak terakomodasinya kepentingan, setianya kaum bisnis karena saling memperoleh keuntungan, namun setianya hukum kebenaran dan perbuatan, tidak ada batasnya.
(Bhante Saddhaviro)
Rabu, 08 Agustus 2018
Berbahagia.
Rata-rata orang percaya, bahwa hidup
akan jadi lebih baik kalau menikah, kalau sudah punya anak,
kalau anaknya laki-laki, atau mungkin perempuan. Tidak sabar
ketika anak-anak masih kecil, dan merasa bahwa beban masih
panjang. Setelah anak-anak remaja, kesal karena
anak-anak yang menanjak remaja mulai berani membangkang. Merasa lebih bahagia kalau anak-anak itu
penurut, atau mereka segera menjadi dewasa dan mandiri.
Kita sering berkata kepada diri sendiri, bahwa kebahagiaan kita baru
akan lengkap kalau kita punya mobil bagus, punya
rumah mewah dan besar kalau bisa, kita dapat berlibur ke
mana-mana sesuai dengan keinginan kita, kita akan merasa bahagia kalau kita sudah pensiun dan anak-anak sukses, dan seterusnya dan seterusnya.
Padahal… pada kenyataannya, kebahagiaan tidak terletak di luar sana, paling tidak ketika semua kebutuhan dasar sudah tercukupi. Kebahagiaan ada di dalam batin kita sendiri. Tidak ada saat yang lebih baik daripada saat ini juga untuk berbahagia. Kalau tidak sekarang, lalu kapan bisa bahagianya?
Kebahagiaan adalah suatu cara kita merespon berbagai stimulus eksternal. Kabar baiknya, kita BISA MEMILIH respon kita sendiri, tak pandang apapun jenis stimulusnya. Inilah kekuatan pikiran yang paling dahsyat. Kita bisa menentukan dan memilih sendiri untuk berbahagia atau untuk tidak berbahagia. Stephen R. Covey, pakar konsep "7 Habits", mengatakan : "The most proactive thing we can do is to BE HAPPY."
Tetapi para bijak mengatakan : "There is NO WAY to happiness, since happiness is THE WAY it self." Tidak ada jalan menuju kebahagiaan, karena kebahagiaan adalah sang jalan itu sendiri. Jadi, kebahagiaan adalah suatu cara kita menyikapi perjalanan hidup kita, suatu proses, bukan tujuan akhir, bukan kalau ini dan itu sudah tercapai…
Jadi, tunggu apa lagi, barukah kita akan berbahagia :
kalau cicilan hutang sudah lunas?
kalau sudah punya mobil?
kalau berat badan turun 10 kg?
kalau berat badan naik 10 kg?
kalau sudah menikah?
kalau sudah cerai?
kalau sudah punya anak?
kalau anak sudah besar?
kalau sudah pensiun?
kalau hujan?
kalau panas?
kalau panjang umur?
kalau sudah mati?
Pepatah lain mengatakan: "Happiness is not about TO HAVE, but about TO BE." Iya, banyak benarnya juga sih. Amankan kebutuhan dasar, dan selebihnya… just be happy! Be Happy!
Padahal… pada kenyataannya, kebahagiaan tidak terletak di luar sana, paling tidak ketika semua kebutuhan dasar sudah tercukupi. Kebahagiaan ada di dalam batin kita sendiri. Tidak ada saat yang lebih baik daripada saat ini juga untuk berbahagia. Kalau tidak sekarang, lalu kapan bisa bahagianya?
Kebahagiaan adalah suatu cara kita merespon berbagai stimulus eksternal. Kabar baiknya, kita BISA MEMILIH respon kita sendiri, tak pandang apapun jenis stimulusnya. Inilah kekuatan pikiran yang paling dahsyat. Kita bisa menentukan dan memilih sendiri untuk berbahagia atau untuk tidak berbahagia. Stephen R. Covey, pakar konsep "7 Habits", mengatakan : "The most proactive thing we can do is to BE HAPPY."
Tetapi para bijak mengatakan : "There is NO WAY to happiness, since happiness is THE WAY it self." Tidak ada jalan menuju kebahagiaan, karena kebahagiaan adalah sang jalan itu sendiri. Jadi, kebahagiaan adalah suatu cara kita menyikapi perjalanan hidup kita, suatu proses, bukan tujuan akhir, bukan kalau ini dan itu sudah tercapai…
Jadi, tunggu apa lagi, barukah kita akan berbahagia :
kalau cicilan hutang sudah lunas?
kalau sudah punya mobil?
kalau berat badan turun 10 kg?
kalau berat badan naik 10 kg?
kalau sudah menikah?
kalau sudah cerai?
kalau sudah punya anak?
kalau anak sudah besar?
kalau sudah pensiun?
kalau hujan?
kalau panas?
kalau panjang umur?
kalau sudah mati?
Pepatah lain mengatakan: "Happiness is not about TO HAVE, but about TO BE." Iya, banyak benarnya juga sih. Amankan kebutuhan dasar, dan selebihnya… just be happy! Be Happy!
Selasa, 07 Agustus 2018
Beragama.
Ketika kita mengalami suatu masalah, dan merasa jenuh berada dalam
suatu keadaan yang sulit, kemudian kita akan pergi bersembahyang atau ke
vihara, dengan harapan bersembahyang
akan menjadi rileks, batin akan menjadi tenteram dan puas, maka beragama
tidak ada bedanya dengan mencari hiburan, tetapi ini namanya hiburan
spritual. Memang itu bermanfaat, hanya manfaatnya amat sedikit.
Seperti juga jika kita pergi ketempat hiburan, hiburan itu berguna,
tetapi amat sedikit, tidak mampu menyelesaikan masalah. Persoalan tetap
perosalan, kesulitan tetap kesulitan. Setelah kembali dari tempat
hiburan, kita akan dihadapkan kembali pada persoalan yang belum selesai.
Sama seperti orang yang puas saat bersembahyang. Kalau seseorang mengharapkan manfaat dari hidup beragama, menganut suatu agama, agama
apa-pun, ke-beragama-an nya itu harus bisa mengubah kualitas hidup dan
perilaku dirinya. Tanpa perubahan, agama yang dianut tidak ada
manfaatnya untuk orang itu.
Jika hanya puas saja sudah dianggap beragama, puas bersembahyang, dan setelah itu selesai, maka agama tidak membawa kemajuan bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, marilah kita menggunakan alat, dan sarana yang disebut agama, dengan sebaik-baiknya untuk membuat perubahan dalam kehidupan kita masing-masing. Perubahan itu harus diusahakan, tidak bisa dengan hanya meminta. Kita tidak bisa mengharapkan dari yang lain. Kita sendirilah yang harus berjuang untuk mengubah hidup kita.
(Yang Mulia Bhante Sri Pannavaro Mahathera).
Jika hanya puas saja sudah dianggap beragama, puas bersembahyang, dan setelah itu selesai, maka agama tidak membawa kemajuan bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, marilah kita menggunakan alat, dan sarana yang disebut agama, dengan sebaik-baiknya untuk membuat perubahan dalam kehidupan kita masing-masing. Perubahan itu harus diusahakan, tidak bisa dengan hanya meminta. Kita tidak bisa mengharapkan dari yang lain. Kita sendirilah yang harus berjuang untuk mengubah hidup kita.
(Yang Mulia Bhante Sri Pannavaro Mahathera).
Sabtu, 04 Agustus 2018
Agama.
AGAMA hanyalah sebagai petunjuk jalan. AGAMA ibarat sebuah PERAHU. Jika Anda menyeberangi sungai dengan perahu, begitu sampai di daratan, apakah perahunya masih Anda bawa? Ingat! hanya perbuatan baik & buruk yang Anda bawa pada saat kematian tiba, bukan agama / kepercayaan Anda. Tetaplah menjadi BAIK sampai AKHIR.
Beragama.
Agar tidak sesat agama, punya-ilah pedoman bahwa, beragama itu hendaknya bisa berperilaku lebih baik, yaitu : tidak serakah, tidak membenci & tidak delusi
(mengetahui mana yang benar / baik & mana yang salah / buruk), atau
biasa juga disebut sebagai upaya menambah kebajikan, mengurangi kejahatan
dan men-sucikan hati & pikiran. Iblis tidak harus dibenci, melainkan
patut untuk dikasihani, kenapa sampai bisa jadi iblis yang kurang beruntung.
Kita tidak mungkin dicelakai oleh iblis, jika selama ini kita banyak
berbuat baik, sehingga tidak ada alasan iblis mampu mencelakai orang baik, hukum
alamnya, atau hukum Yang Maha Kuasanya seperti itu. Contoh doa yang baik
adalah doa yang tidak egois, sebagai berikut : "Semoga semua makhluk berbahagia".
Langganan:
Postingan (Atom)