Translate

Minggu, 26 Juni 2022

Buah Karma Yang Tak Bisa Dihindari

Tertulislah suatu kisah yang terdapat di jurnal Myat Mangala sebuah majalah di Myanmar, kisah tersebut menceritakan sebagai berikut : Ada seorang perempuan bernama Daw Mar Pu dari desa Du Yin Seik, kota Thaton. Perempuan tersebut tidak bisa berbicara dengan jelas karena bibir atasnya cacat. Dia harus hidup dengan menjual ikan. Dia menaruh ikan pada talam yang besar dan menaruh di atas kepalanya. Dia berkeliling desa, berteriak : “Waukah Anda leli ikay?”

Orang desa tahu apa yang dia teriakkan adalah “Maukah Anda beli ikan?” Tetapi ada seorang laki-laki muda bernama Ko Than Tun memperolok dia dengan meneriakkan apa yang dia teriakkan. Daw Mar Pu si penjual ikan menjadi sedih, tetapi dia terpaksa menerima penghinaan itu karena dia miskin.

Tidak lama kemudian, istri Ko Than Tun melahirkan seorang anak laki-laki dengan bibir atas cacat seperti Daw Mar Pu. Ketika anak ini tumbuh, dia juga berbicara tidak jelas seperti Daw Mar Pu. Kemudian Ko Than Tun mempunyai seorang anak laki-laki lagi dengan badan yang normal. Tetapi ketika anak ini semakin besar, dia bermain dengan kakaknya dan dia juga berbicara tidak jelas seperti kakaknya.

Diceritakan, kemudian Ko Than Tun menjadi miskin dan istrinya harus membuat kue untuk dijual. Karena dia tidak bisa menjual semua kue di depan rumahnya, dia meminta anak laki-laki tertuanya yang sudah berumur enam tahun, berkeliling desa, menjual kue dan berteriak : “Waukah Anda leli yue?”

Kali ini, seorang anak laki-laki muda lainnya bernama Ko Myint Htay memperolok anak kecil itu dengan meneriakkan apa yang anak itu teriakkan. Anak itu menjadi malu dan menangis. Diceritakan ketika kemudian istri Ko Myint Htay melahirkan seorang anak perempuan, anak tersebut terlahir dengan bibir atas yang juga cacat. Jadi ketika anak ini besar, dia juga tidak bisa berbicara dengan jelas.

Begitulah yang terjadi, akibat dari karma itu tidak bisa dihindari. Akibat buruk dari karma buruk mulai berbuah pada kehidupan ini juga. Namun perlu Anda pahami, bahwa karma tidaklah diturunkan kepada anak, Karma setiap makhluk itu tidak mungkin menular, meskipun dari permukaan terlihat seolah demikian. Ketika seseorang melakukan karma buruk, misalnya menghina orang yang bibirnya cacat, karma itu bisa saja mematangkan kondisi bagi makhluk yang memang punya karma untuk terlahir menjadi orang dengan bibir cacat lahir menjadi anaknya. Hukum Karma itu bekerja dengan sangat halus dan dalam, hanya Samma Sambuddha yang mampu mengetahui dengan presisi tertinggi. Oleh karena itu, kita perlu terus mempelajari Dhamma agar tidak salah dalam mengambil kesimpulan.

Demikianlah tulisan ini, semoga Bermanfaat. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar