Orang desa tahu
apa yang dia teriakkan adalah “Maukah Anda beli ikan?” Tetapi ada seorang
laki-laki muda bernama Ko Than Tun memperolok dia dengan meneriakkan apa yang
dia teriakkan. Daw Mar Pu si penjual ikan menjadi sedih, tetapi dia terpaksa
menerima penghinaan itu karena dia miskin.
Tidak lama
kemudian, istri Ko Than Tun melahirkan seorang anak laki-laki dengan bibir atas
cacat seperti Daw Mar Pu. Ketika anak ini tumbuh, dia juga berbicara tidak
jelas seperti Daw Mar Pu. Kemudian Ko Than Tun mempunyai seorang anak laki-laki
lagi dengan badan yang normal. Tetapi ketika anak ini semakin besar, dia
bermain dengan kakaknya dan dia juga berbicara tidak jelas seperti kakaknya.
Diceritakan,
kemudian Ko Than Tun menjadi miskin dan istrinya harus membuat kue untuk
dijual. Karena dia tidak bisa menjual semua kue di depan rumahnya, dia meminta
anak laki-laki tertuanya yang sudah berumur enam tahun, berkeliling desa,
menjual kue dan berteriak : “Waukah Anda leli yue?”
Kali ini,
seorang anak laki-laki muda lainnya bernama Ko Myint Htay memperolok anak kecil
itu dengan meneriakkan apa yang anak itu teriakkan. Anak itu menjadi malu dan
menangis. Diceritakan ketika kemudian istri Ko Myint Htay melahirkan seorang
anak perempuan, anak tersebut terlahir dengan bibir atas yang juga cacat. Jadi
ketika anak ini besar, dia juga tidak bisa berbicara dengan jelas.
Begitulah yang
terjadi, akibat dari karma itu tidak bisa dihindari. Akibat buruk dari karma
buruk mulai berbuah pada kehidupan ini juga. Namun perlu Anda pahami, bahwa
karma tidaklah diturunkan kepada anak, Karma setiap makhluk itu tidak mungkin
menular, meskipun dari permukaan terlihat seolah demikian. Ketika seseorang
melakukan karma buruk, misalnya menghina orang yang bibirnya cacat, karma itu
bisa saja mematangkan kondisi bagi makhluk yang memang punya karma untuk terlahir
menjadi orang dengan bibir cacat lahir menjadi anaknya. Hukum Karma itu bekerja
dengan sangat halus dan dalam, hanya Samma Sambuddha yang mampu mengetahui
dengan presisi tertinggi. Oleh karena itu, kita perlu terus mempelajari Dhamma
agar tidak salah dalam mengambil kesimpulan.
Demikianlah
tulisan ini, semoga
Bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar