Translate

Minggu, 13 Januari 2019

Contoh Tentang Anatta (Tanpa Jati Diri).


Contoh pertama. 
Ketika kita melihat sebuah sofa, maka kita akan melihatnya sebagai hal yang biasa, dan menyebutnya sebagai sofa. Tetapi ketika sofa yang terbuat dari kayu, busa, kain, lem, tenaga manusia, dan sebagainya itu kita bongkar, maka yang kita lihat sekarang hanyalah beberapa potong kayu bekas, kain, busa dan sebagainya, yang tidak lagi sama persis dengan bahan awal pembuat sofa, melainkan sudah berubah. Kita hanya menyebutnya sebagai sisa sofa, atau bekas sofa, yaitu kain bekas sofa, kayu bekas sofa, dan sebagainya. Benda-benda tersebut, sekali lagi tidak sama dengan bahan awal untuk membuat sofa. Kita juga tidak lagi melihat sofa. Dengan demikian kita bisa mengatakan bahwa, tidak ada sofa atau inti dari sofa tersebut yang keberadaan atau eksistensinya kekal abadi, sofa atau unsur-unsur pembentuknya akan berubah, selalu berubah. Dengan berjalannya waktu, maka segala sesuatu, baik yang berkondisi maupun yang tak berkondisi, yang merekat didalam maupun diluar segala fenomena fisik & mental dari setiap eksistensi atau keberadaan, semuanya adalah tanpa inti atau tanpa jati diri. Tidak ada diri, individu atau roh yang kekal, karena setiap saat akan berubah, lenyap & timbul kembali dengan bentuk atau kondisi yang lain.

Contoh kedua. 
Ketika kita membuat roti. Roti dibuat dengan memakai tepung, ragi, gula, garam, mentega, susu, air, api, tenaga kerja dan lain-lain. Tetapi setelah menjadi roti, tidak mungkin kita akan menunjuk satu bagian tertentu dari roti tersebut, dan mengatakan : ini adalah tepungnya, ini adalah garamnya, ini menteganya, ini airnya, ini apinya, ini tenaga kerjanya, dan seterusnya. Karena setelah bahan-bahan itu diaduk menjadi satu dan dibakar di oven, maka bahan-bahan itu telah berubah sama sekali, yang dalam contoh ini menjadi roti. Meskipun roti itu terdiri dari bahan-bahan tersebut di atas, namun setelah melalui proses pembuatan dan pembakaran di oven telah menjadi sesuatu yang baru sama sekali, dan tidak mungkin lagi untuk mengembalikannya dalam bentuknya yang semula. Jadi dengan demikian, dimanakah jadi diri dari roti, atau jati diri dari bahan-bahan pembentuk roti tersebut, yang keberadaannya kekal abadi? Mereka atau bahan-bahan tersebut, setiap saat berubah, lenyap atau timbul kembali dalam bentuk yang lain yang berbeda, tidak pernah sama, yang keberadannya kekal abadi.

Contoh ketiga. 
Jika kita dihadapkan dengan benda-benda seperti ban, jok, pedal, kanvas rem, lampu, kabel-kabel, skrup, accu, sekering, kabel kopling, shock breaker, rangkaian mesin, dynamo, stang stir, dan sebagainya. Dapatkah kita  mengatakan itu adalah sebuah Sepeda Motor? Tentu saja Tidak!. Namun setelah keseluruhan benda-benda itu dirangkai menjadi satu, barulah kita dapat mengatakannya : Oh... itu adalah Sepeda Motor! Jadi apa yang dilihat, dan yang kita namakan sebagai sepeda motor, sebenarnya hanyalah gabungan dari unsur-unsur pembentuk. Sepeda motor itu pada hakikatnya tidak memiliki inti (jati diri), tidak ada satupun dari spare-parts tersebut yang dapat disebut sebagai sepeda motor, sebelum semua unsur pembentuknya disatu-padukan.

Demikian pula dengan segala hal, termasuk diri kita, pada dasarnya adalah perpaduan dari berbagai unsur, yang masing-masing bersifat tidak kekal. Jika unsur-unsur pembentuknya dipisah-pisah maka segala hal tersebut akan menjadi tiada, kosong. Oleh karena itu tidak ada yang disebut dengan diri yang hakiki, yang independen, baik itu diri kita maupun diri lainnya seperti segala mahluk, benda-benda, maupun hal-hal fenomenal lainnya.
Pemahaman mengenai anatta ini, dapat juga dianalisa dan direnungkan pada ajaran tentang Sebab-Musabab yang Saling Bergantungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar