Translate

Senin, 15 April 2019

Allah

Ada ajaran agama yang mengatakan begini : 
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”.
Benarkah Allah menyukai balas-membalas? Karena dikatakan juga bahwa manusia itu adalah ciptaan Allah. Maka, mengapa Allah direpotkan oleh ciptaannya sendiri yang bisa bebas menipu pihak lain?
Bukankah lebih logis kalau hukum sebab-akibat, hukum tabur-tuai atau hukum karma yang bekerja? yang membalas? 
Apakah maksud kalimat tersebut diatas adalah bahwa, hukum karma lah yang membalas atas kuasa Allah? Tapi bukan atas kehendak Allah. Kalau ini aku faham!

Jumat, 12 April 2019

Tujuan Hidup


Gambar terkaitSemua orang mempunyai tujuan hidup, yaitu bahagia di hidup ini & bahagia selamanya setelah meninggalkan hidup ini.
Kelompok yang satu mempercayai bahwa Yang Maha Kuasa dapat membantunya untuk mencapai tujuan tersebut, terutama dalam hal meraih bahagia selamanya tersebut diatas, yaitu dengan cara mengikuti perintah Yang Maha Kuasa, memujanya, memohon, dan berperilaku baik atau berbuat baik dalam arti luas (banyak cara) yang berpedoman dari perintah-perintah Yang Maha Kuasa. Mengapa demikian? Karena maha kuasa, jadi dengan sangat mudahnya Yang Maha Kuasa dapat mengabulkannya jika berkehendak (membantu mencapai kebahagiaan kekal yang dimaksud). Permasalahannya ada pada manusia, mau atau tidak manusia dengan tekun melakukan pemujaan (penyembahan), permohonan dan berperilaku baik? Darimana mengetahui ada perintah dari Yang Maha Kuasa? Dari buku suci yang diyakini berasal dari Yang Maha Kuasa. “Diyakini” disini bisa diartikan bahwa keyakinan tersebut kurang dipertimbangkan lebih dalam tentang kebenarannya, atau tidak merenungkannya lebih dalam atas kebenaran dari adanya perintah tersebut, yaitu tidak dilakukan pengusutan lebih dalam dengan segala macam cara, termasuk menanyakan kesana-sini di dunia nyata maupun dunia maya kepada ahlinya sampai puas, sampai tidak ada lagi pertanyaan yang dapat ditimbulkan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut disampaikan dengan harapan bisa mendapatkan jawaban yang sangat memuaskan bagaimana cara Yang Maha Kuasa menurunkan kitab suci yang dimaksud, yang bisa diterima oleh logika yang sehat yang tak terbantahkan lagi.
Kelompok yang lain yakin & tahu persis bahwa Yang Maha Kuasa tidak dapat membantu merealisasi tujuan hidup yang bahagia dimaksud. Kebahagiaan di dunia & kebahagiaan setelah meninggalkan dunia hanya dapat direalisasi oleh manusia yang bersangkutan. Manusia telah memiliki tool atau alat yang diperlukan dengan lengkap. Cara merealisasinya adalah dengan memahami & mempraktekkan dengan baik & benar dari Jalam Mulia Berunsur Delapan (JMB8) yang meliputi Sila, Samadhi (Meditasi) & Panna (Kebijaksanaan), yaitu paraktek mengembangkan kerelaan, kemoralan & konsentrasi (meditasi) dengan baik & benar hingga mencapai tujuan. Bisa juga diartikan sebagai mempraktekkan perilaku tidak serakah, tidak membenci & tidak dungu (tahu mana yang benar / baik dan mana yang salah / tidak baik). Atau bisa juga diartikan tekun melakukan Dana, Sila & Bhavana (Meditasi) dengan baik & benar. Kelompok ini bisa saja menerima jika dikatakan bahwa Yang Maha Kuasa itu adalah Hukum Universal Alam Semesta yang berlaku, yang tidak bisa ditawar-tawar atau dinegosiasi dengan permohonan. Kelompok ini tahu persis bahwa untuk merealisai kebahagiaan yang hakiki selamaya itu utamanya adalah dengan cara menyikapi dengan baik & benar berlakunya Hukum Karma, Hukum Sebab-Akibat atau Hukum Tabur-Tuai, yang mana merupakan salah satu dari lima Hukum Universal Alam Semesta. Yang Maha Kuasa itu yang dalam hal ini bisa juga difahami adalah Hukum Karma, hukum  ini tidak mengeluarkan perintah-perintah, hukum ini bekerja secara otomatis. Sama dengan kelompok yang satu tersebut diatas, bahwa permasalahannya juga ada pada manusia, mau atau tidak manusia mempraktekkan Jalan Mulia Berunsur Delapan dengan tekun, baik & benar? Darimana mengetahui ajaran kesunyataan termasuk Jalan Mulia Berunsur Delapan? Dari kitab suci juga, yang ditulis dari khotbah-khotbah Sang Bhagava (Guru Agung Manusia & Dewa). Sang Bhagava telah menemukannya sendiri ajaran kesunyataan tersebut dari hasil praktek meditasi (Samatha Bhavana & Vipassana Bhavana) dengan tekun & bersungguh-sungguh selama 6 tahun lamanya hingga mencapai penerangan sempurna (Enlightened), tercerahkan atas usahanya sendiri. Jadi kitab suci kaum ini bukan berasal dari Yang Maha Kuasa yang tergambarkan sebagai pribadi / makhluk super maha tinggi, melainkan dari penemuan manusia super (bisa juga dikatakan demikian), yaitu dari Sang Bhagava, yang juga disebut sebagai Guru Agung Manusia & Dewa.

Dimensi Waktu di Alam Kehidupan

Hasil gambar untuk gambar dimensi waktuDimensi waktu pada Alam Kamaloka.
Alam Kamaloka atau Kama-Bhumi itu meliputi :
-        Empat alam Apaya atau empat Apaya-Bhumi. Apaya-Bhumi meliputi Alam Neraka (Niraya-Bhumi), Alam Raksasa / Iblis (Asurakaya-Bhumi), Alam Setan (Peta-Bhumi) dan Alam Binatang (Tiracchana-Bhumi).
-        Tujuh Alam Kamasugati (Kamasugati-Bhumi). Kamasugati-Bhumi meliputi Alam Manusia (Manussa-Bhumi) dan enam Alam Dewa.

Dimensi watu pada Alam Kamaloka masih bisa diukur dengan hitungan tahun.Alam manusia menggunakan ukuran tahun yang telah diciptakan dan disepakati secara bersama-sama oleh manusia sendiri hingga saat ini, dimana satu hari adalah 24 jam, satu minggu adalah 7 hari, satu bulan adalah 31 atau 30 hari, dan satu tahun adalah 12 bulan.

Di alam Neraka (Niraya), dan alam para hantu (Petayoni dan Asurayoni ), penghuni / makhluknya berusia lebih panjang daripada usia manusia dan usia hewan (Tiracchanayoni ), bahkan ada yang mencapai jutaan tahun manusia.

Dimensi waktu pada alam surgawi atau Alam Dewa (ada enam alam), adalah sebagai berikut :
a). 1 hari 1 malam di alam Dewa Catummaharajika  = 50 tahun lamanya di alam manusia.
b). 1 hari 1 malam di alam Dewa Tavatimsa = 100 tahun lamanya di alam manusia.
c). 1 hari 1 malam di alam Dewa Yama = 200 tahun lamanya di alam manusia.
d). 1 hari 1 malam di alam Dewa Tusita = 400 tahun lamanya di alam manusia.
e). 1 hari 1 malam di alam Dewa Nimmanarati  = 800 tahun lamanya di alam manusia.
f). 1 hari 1 malam di alam Dewa Parinimmitavasavatti = 1600 tahun lamanya di alam manusia.

Dimensi waktu pada Alam Rupaloka dan Arupaloka.
Rupaloka adalah Alam Brahma, terdiri dari 16 tingkat alam brahma. Sedangkan Arupaloka adalah merupakan alam kehidupan yang paling tinggi dari 31 alam kehidupan yang ada. Arupaloka terdiri dari 4 tingkat alam kehidupan.

Ukuran waktu yang digunakan untuk mengukur umur rata-rata makhluk-makhluk yang terlahir di alam ini adalah “Kappa”. Ada tiga macam Kappa, yaitu :
1. Antara Kappa.
2. Asankheyya Kappa.
3. Maha Kappa.

Antara-kappa :
Antara-Kappa artinya adalah satu kappa ke kappa berikutnya.Satu Antara-kappa adalah rentang waktu proses perubahan batasan umur manusia, yaitu bertambah dan menurunnya umur manusia dari rata-rata 10 tahun, lalu naik hingga rata-rata 84.000 tahun, kemudian turun lagi hingga rata-rata menjadi 10 tahun kembali.
Masa dimana manusia hanya akan mempunyai umur rata-rata 10 tahun, adalah masa dimana moralitas umat manusia sedemikian merosotnya, sehingga umurnya hanya akan bertahan hingga 10 tahun saja.

Asankheyya-Kappa :
1 Asankheyya-Kappa = 20 Antara-Kappa. Satu Asankheyya-Kappa, oleh para sarjana dinyatakan = 10 pangkat 14 = angka 1 diikuti 140 angka nol, sehingga lamanya melebihi jutaan trilyun tahun.

Maha-Kappa :
1 Maha-Kappa = 4 Asankheyya-Kappa.

Guru Agung tidak berbicara tentang jangka pasti kappa dalam tahun. Akan tetapi, beliau memberikan beberapa analogi untuk memahami kappa sebagai berikut :
Jika sebuah tabung kosong berbentuk kubus pada awal mula kappa, dengan ukuran masing-masing sisinya adalah 16 mil, dan setiap 100 tahun sekali diisi oleh sebutir pasir, maka tabung yang besar tersebut akan penuh sebelum 1 masa kappa berakhir.
Beberapa bhante ingin mengetahui berapa banyak kappa yang telah berlalu sejauh ini. Guru Agung memberikan analogi sebagai berikut :
Jika kita menghitung jumlah total partikel pasir pada sepanjang sungai Gangga. dari hulu sungai sampai ia berakhir di laut, jumlah tersebut akan lebih sedikit daripada jumlah kalpa yang telah berlalu.

-        Usia kehidupan di alam Rupaloka tingkat terendah (Bhrahma Pârisajjâ Bhumi) adalah 1/3 Asankheyya-Kappa.
-        Usia kehidupan di alam Rupaloka tingkat tertinggi (Brahma Akanitthâ Bhumi) adalah 16.000 Maha-Kappa.
-        Usia kehidupan di alam Arupaloka tingkat terendah (Âkâsânañcâyatanabhûmi) adalah 20.000 Maha-Kappa.
-        Usia kehidupan di alam Rupaloka tingkat tertinggi (Nevasaññânasaññâyatanabhûmi) adalah 84.000 Maha-Kappa.

Semua alam tersebut diatas kesunyataannya tidaklah kekal-abadi. Anggapan bahwa alam setelah manusia mati nanti, baik menuju ke alam menyedihkan maupun membahagiakan adalah kekal-abadi, mutlak keliru. Karena, masing-masing alam tersebut makhluk-makhluknya mempunyai masa / waktu hidup sendiri-sendiri, dan setelah waktunya untuk hidup di salah satu alam tersebut habis, maka semua makhluk yang belum mencapai “Kebebasan-Sempurna” (Nibbana) akan melanjutkan hidupnya di alam yang lain.

Kamis, 04 April 2019

Perbedaan & harapan

Hasil gambar untuk gambar perbedaan agamaPerbedaan itu biasa dan memang harus ada. Perbedaan yang dilandasi persaudaraan akan menumbuhkan cahaya ilmu terus berkembang.
Yang sebaiknya dihindari adalah ketidak-sukaan dari perbedaan, yang dapat menimbulkan kedengkian. Mengakibatkan cahaya kebenaran yang ada di kedua sisi yang berbeda itu menjadi tertutup. Jangan sampai persaudaraan menjadi hanya manis dibibir semata.
Perbedaan juga mengajarkan kepada kita untuk bisa bertoleransi & bisa memahami jalan pikiran orang yang berbeda dengan kita, sehingga dapat menambah wawasan & memperkaya cara berpikir kita.

Semoga semua orang gemar berbuat baik....
Semoga semua orang tidak sensitif yang salah (mudah marah)....
Semoga semua orang bersemangat....
Semoga harapan mulia semua orang terpenuhi....
Semoga semua orang baik adanya & berbahagia....
Semoga anda semua terbebas dari penderitaan....
Salam penuh cinta kasih....
Peace....

Selasa, 02 April 2019

Manfaat besar berbuat baik


Hasil gambar untuk gambar berbuat baikSangat sedikit orang yang melaksanakan perbuatan baik. Sebaliknya, banyak manusia terlibat dalam perbuatan tidak baik. Seperti yang Guru Agung katakan, jumlah orang yang melakukan perbuatan baik sedikit sekali seperti tanah pada ujung kukuNya, dan orang yang terlibat dalam perbuatan yang tidak baik sangat banyak sekali seperti tanah di bumi. Oleh karena itu sedikit yang bisa terlahir kembali di antara manusia ataupun dewa.
Kebanyakan orang di bumi ini akan terlahir di neraka, di alam binatang, atau di alam hantu. Mengapa? Pintu ke alam sengsara terbuka oleh perbuatan tidak baik yang kita lakukan dalam kehidupan ini.
Apa yang terjadi jika kita jatuh ke empat alam menyedihkan (alam neraka, alam setan, alam iblis, alam binatang)? Ini dijelaskan dalam sutta bernama ‘Yoke With A Hole’ (Luku dengan Sebuah Lubang) dari Mahàvagga Samyutta. Dalam sutta ini Guru Agung berkata :
“Bhikkhu, misalkan seorang pria akan melemparkan luku (kayu yang di lingkarkan pada leher kerbau) dengan lubang tunggal ke dalam laut, dan di dalamnya terdapat kura- kura buta yang muncul ke permukaan sekali setiap seratus tahun. Bagaimana menurutmu, bhikkhu, bahwa kura-kura buta, yang muncul ke permukaan sekali setiap seratus tahun, akankah ia mampu memasukkan lehernya ke dalam luku dengan lubang tunggal itu?”
“Jika ia bisa melakukannya, Bhante, itu hanya setelah waktu yang sangat lama.”
“Lebih cepat, Aku katakan, bahwa kura-kura buta yang muncul ke permukaan setiap seratus tahun, akan memasukkan lehernya ke dalam luku dengan lubang tunggal dari pada si bodoh yang telah pergi ke alam rendah akan kembali ke alam manusia.”
Mengapa? Karena dalam alam rendah, tidak ada tingkah laku yang dipandu oleh Dhamma, tidak ada perbuatan benar, tidak ada kegiatan baik, tidak ada aktivitas yang patut dipuji. Yang kuat memakan yang lemah. Mereka saling membunuh dan memakan satu sama lain.
Itu sebabnya jika kita jatuh ke empat alam menyedihkan itu sulit untuk terlahir kembali di antara manusia atau para dewa. Tidak peduli seberapa kaya atau miskin kita, betapa cantik atau jeleknya kita, atau seberapa tinggi atau rendah standar hidup kita. Untuk menghindari kelahiran kembali di neraka, di alam binatang atau di alam hantu, orang perlu berbuat baik.
Semoga semua makhluk baik adanya dan berbahagia.
Semoga semua makhluk mempunyai kesempatan untuk berlatih meditasi.
Semoga Anda dapat melihat dan mengetahui Dhamma di dalam kehidupan ini juga.
Semoga Anda semua dapat berlatih ajaran sejati dari Sang Tathagata.
Semoga harapan Mulia semua makhluk terpenuhi.
Semoga Anda semua terbebas dari semua penderitaan.
Salam penuh mettā (cinta kasih).

(Disunting dari tulisan Bhikkhu U Revata)