Adalah kata buku, terserah masing-masing mau percaya dengan semua
yang tertulis dalam buku dimaksud atau tidak. Yang tertulis yang diragukan itu logis
atau tidak. Kalau terpaksa ada yang tidak bisa dipercaya karena tidak logis, asalkan
jujur tidak menjadi masalah. Jangan sampai seperti orang buta sejak lahir tapi sangat Percaya Diri menjelaskan warna pelangi. Lebih baik diam kalau tidak tahu persis.
Mengapa aku ini ada & hidup? padahal aku tidak
meminta? kalau boleh memilih aku lebih memilih tidak hidup atau tidak ada saja, tidak merasakan susah, kecewa dan lain-lain. Bukannya aku tidak berterima kasih kepada Tuhan, tapi ini jujur keluar dari hati nurani aku, boleh kan?
Yang lebih bisa diterima akal itu adalah jika aku ini ada &
hidup karena ada potensi untuk itu, sehingga terjadi. Semua bisa terjadi karena Hukum Alam yang tidak
bisa ditawar-tawar. Seperti buah mangga, sebelum pohon mangga berbuah, bakal buahnya ada di mana? Di tanah, di akar, di batang, di dahan, di ranting, di
daun atau dimana? Tentu tidak ada di mana-mana, tetapi potensi untuk berbuah pada pohon
mangga tersebut ada, makanya berbuah. Hukum alamnya begitu, kecuali manusia yang
merekayasa sehingga pohon tersebut menjadi tidak berbuah. Sama dengan kita yang mempunyai kondisi
masing-masing, kita bisa merekayasanya untuk menjadi apa, namun masih tergantung
juga dari parami (karma baik) yang kita timbun sebelumnya, tergantung parami kita selama ini seperti
apa, mendukung atau tidak? Hukum Karma atau Hukum Tabur-Tuai adalah salah satu
dari Hukum Alam yang Universal. Namun tidak semua karma baik atau karma buruk itu
berbuah, masih tergantung perilaku kita selanjutnya, mau merawat karma tersebut atau
tidak? Bingung? Tunggu saja penjelasan lebih lanjut di tulisan yang lain .
Hidup menjadi manusia adalah yang paling beruntung, tidak lama
tapi kalau bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya itu sangat beruntung, karena bisa
menjadi manusia yang sempurna dengan cepat jika parami nya mendukung, kalau tidak
mendukung pun kemajuan yang sangat pesat bisa kita raih, tergantung dari usaha kita,
dan itu tidak mudah. Dibanding hidup sebagai setan , sebagai iblis, sebagai dewa atau
bahkan sebagai brahma sekalipun yang hidupnya sangat lama tapi tidak leluasa berkreasi yang
baik & bermanfaat, karena meraka hanya bisa menikmati siksaan maupun kebahagiaan
saja sampai jatahnya habis & menjadi makhluk lain, termasuk terlahirkan
kembali menjadi manusia, atau langsung padam (parinibbana) bagi makhluk-makhluk brahma
tertentu.