Orang yang sangat hebat, bijak, seimbang &
kuat, adalah orang yang mampu menerima bentakan / hujatan tapi tidak kaget,
tidak tersulut emosinya, dan tetap tenang, seimbang. Akan tetapi, semua orang
nyaris tidak ada yang mampu merealisasi kondisi tersebut. Karena orang yang
demikian ini, adalah orang yang sangat terlatih spiritualnya, sangat berat
sekali untuk mampu kita lakukan. Tidak semua agama, tepatnya semua guru agama
mampu mengajarkan capaian tersebut. Kondisi yang demikian itu hanya bisa
dicapai dengan tekun berlatih selalu sadar, selalu fokus, selalu ingat &
mengetahui setiap saat apa yang sedang kita kerjakan. Dengan lain perkataan,
kondisi yang demikian ini, adalah kondisi meditasi setiap saat, atau kondisi
setiap saat bermeditasi. Meditasi itu sendiri adalah merupakan kegiatan
spiritual yang paling berharga, dan sangat bermanfaat untuk mengembangkan
kebijaksanaan yang maksimal, untuk meraih kondisi ketenangan & keseimbangan
yang tiada tara. Secara garis besar ada dua macam meditasi, yaitu meditasi
Samatha (Samatha Bahavana) dan meditasi Vipassana (Vipassana Bhavana).
Blog ini menampilkan tulisan-tulisan yang dapat dikategorikan sebagai tulisan : Pengetahuan Benar, Wawasan, Kata-Kata Bijak, Lain-lain. Jika pembaca tidak sependapat dengan tulisan yang ada dalam blog ini, tolong abaikan saja dan lupakan! Terima kasih.
Translate
Kamis, 27 September 2018
Pertanyaan-pertanyaan Bagus.
Karena manusia yakin ada yang menciptakan & menguasai
dia, mencobai, menghukum & memberi pahala, yaitu sosok super Yang Maha
Kuasa.
Kenapa Yang Maha Kuasa melakukan itu semua? Kenapa Yang
Maha Kuasa berkehendak seperti itu? Yang Maha Kuasa punya hajat & punya
mainan dengan ciptaan-ciptaannya? Benarkah.?
Atau manusia saja, siapapun dia yang salah berpikir,
berpendapat atau berilusi? Atau apakah manusia dikerjain oleh makhluk lain yang
jauh lebih tinggi spiritualnya, sehingga dapat diyakinkan pengetahuan /
pemahamannya seperti itu? Mungkin makhluk tersebut salah menilai atau salah memahami
dirinya sendiri, dia merasa sebagai Yang Maha Kuasa, sehingga menyesatkan
manusia? Jika begitu maka makhluk tersebut berdosa.
Apakah Yang Maha Kuasa itu makhluk tapi super? dan punya
hajat yang sepele seperti itu? Yang namanya
makhluk, itu adalah bagian dari alam semesta, berada dalam ruang & waktu,
bukan diluar, bagaimana mungkin menciptakan alam semesta? Dzat atau apapun itu,
tetep saja berada di alam semesta, yang kasat mata maupun yang tidak kasat
mata.
Apakah Yang Maha Kuasa itu alam semesta? Tidak usahlah
alam yang ghaib (alam setan, alam dewa, alam surga, alam neraka, alam brahma dan
lain-lain), jagad raya ini saja dimanakah batas-batasnya? Perlukah
mengetahuinya? Dimanakah sang pencipta alam semesta berada? Di surga alam
ciptaannya sendiri?
Apakah perlunya mengetahui semua itu? Sudah benarkah yang
diketahuinya? Itu hanyalah pendapat, keyakinan & katanya saja. Boleh-boleh
saja, tidak mengapa. Keyakinan itu belum tentu benar. Gambling! Bagaimana kalau
tidak meyakininya karena belum tentu benar?
Marilah kita meyakini kebenaran hukum-hukum yang berlaku
di alam semesta ini, baik yang fisik (dijelaskan oleh sains), maupun yang
metafisik (dibabarkan oleh orang-orang suci) dengan syarat masuk di akal
pikiran sehat kita, serta lulus dari berbagai diskusi yang mendalam. Setelah
yakin marilah kita menyikapinya dengan baik & benar, karena kita adalah
bagian dari alam semesta itu sendiri, yang tentunya tunduk kepada hukum-hukum
alam semesta yang berlaku. Yang Maha Kuasa itu hukum-hukum alam semesta, yang
adalah kekal, tanpa awal & tanpa akhir, karena merupakan kata sifat bukan
kata benda. Hukum-hukum alam semesta itu adalah fasilitator bagi semuanya ini,
sehingga semuanya ini bisa ada & bisa terjadi.
Kemampuan manusia tidak sama, bagaimana kalau keyakinan
& yang dikerjakannya salah? Ya tidak apa-apa bagi orang lain, tapi bagi dia
berarti mengerjakan hal-hal yang sia-sia, hal tersebut akan menghambat kemajuan perjalanan hidupnya, dalam
merealisasi tujuan akhir, tujuan hidup yang sesunguhnya, dia akan bekerja atau
mengembara lebih lama dalam Samsara, dalam mejalani perjalanan kehidupannya,
sampainya ke tujuan akhir hidupnya yang berkali-kali itu akan lebih lama,
rangkaian kehidupannya (mati & terlahir kembali berulang-ulang) akan lebih
lama.
Apakah doa bisa
dikabulkan? Syaratnya apa supaya terkabul? Kalau semua manusia berdoa &
minta yang mudah-mudah, yang baik-baik, yang enak-enak bagaimana Yang Maha
Kuasa mempertimbangkannya? Kalau Yang Maha Kuasa mengabulkan doa berdasarkan
usaha yang dilakukannya baik & benar, dan selaras dengan sains, selaras
dengan teorinya, dan senantiasa berkelakuan baik, banyak berbuat baik, masih
perlukah berdoa? Jikalau perlu berdoa, setidak-tidaknya perlu merubah redaksi
atau kata-katanya, yang tidak meminta atau memohon, tapi berharap, dengan kata
‘semoga’. Semoga dengan segala daya upaya & kebajikan yang telah saya
lakukan selama ini akan membuahkan hasil kebahagiaan & kesuksesan. Semoga Semua
Makhluk Berbahagia.
Kamis, 20 September 2018
Jalan tengah.
Manusia tidak semuanya sama. Ada yang bisa me-manage hati / bathin (pikiran,
perasaan, ingatan & kesadaran) dengan baik, banyak yang tidak bisa. Derita & bahagia itu sebenarnya
bukan dunia luar penyebabnya. Dunia luar itu netral, tidak berpihak. Dunia luar itu bereaksi karena ada aksi sebelumnya. Derita &
bahagia itu kita sendiri yang menciptakan. Ada kecewa, ada sakit secara
fisik. Sakit fisik tidak mungkin tidak dirasakan, tapi ikhlas menerima
kesakitan & berupaya untuk menyembuhkannya, itulah jalan tengahnya.
Marilah kita belajar untuk selalu bisa berjalan di jalan tengah.
Senin, 17 September 2018
Agama & Sains.
Kebutuhan akan ilmu pengetahuan adalah tuntutan nurani semua orang. Perkembangan dan
penggunaannya merupakan fenomena yang tidak mungkin dihentikan atau dipungkiri.
Ilmu pengetahuan dan juga teknologi tidak membedakan, atau mungkin tidak
mempedulikan bangsa, budaya, dan agama. Ia dikembangkan dan digunakan oleh
semuanya. Ilmu pengetahuan berbicara dengan bahasa yang sama bagi semua orang,
yaitu : penalaran sehat, penelitian, kebenaran, dan kebebasan. Ia berbicara
dengan menumbuhkan pengertian, bukan keharusan dan juga bukan dengan ancaman.
Yang menjadi ganjalan, dunia ilmu
pengetahuan masih sulit menerima norma-norma agama yang tidak mudah dicerna
oleh bahasa mereka. Sama sekali tidak bijaksana bila hal ini diatasi hanya
dengan pernyataan bahwa iman memang bukan ilmu. Atau, keyakinan itu memang
tidak masuk akal.
Dalam dasawarsa terakhir abad XX ini, para
pemuka agama seharusnya tidak terlambat meletakkan jembatan emas antara iman
dan ilmu. Kita memang sedikit pun tidak akan mengubah nilai-nilai iman sebagai
kebenaran hakiki yang telah diberikan oleh agama, tetapi era ini mulai menuntut
kita untuk menanamkan iman itu dengan bahasa ilmu. Manusia Timur di abad XXI
nanti adalah manusia modern yang sepenuhnya harus mengembangkan dan menggunakan
iptek, dan sepenuhnya beriman sesuai dengan ajaran agama.
Buddha Gotama sebagai salah satu
pendiri agama, 'penemu Dhamma' telah meletakkan jembatan antara iman dan akal
itu. Dhamma ditemukan dengan pencapaian Penerangan Sempurna (Bodhi), bukan
dengan akal. Tetapi, iman terhadap Dhamma harus dibangkitkan dengan pengertian
yang menggunakan penalaran sehat. Dengan demikian tidak ada alasan bagi dunia
ilmu pengetahuan untuk menyatakan bahwa agama adalah penghambat ilmu-ilmu
sekuler.
(Y.M. Bhante Sri Pannavaro
Mahathera).
Langganan:
Postingan (Atom)