Dalam Nidhikanda Sutta dituliskan, bahwa
kekuatan dalam memberi itu dapat mengabulkan keinginan; wajah cantik,
suara merdu, kekuasaan sebagai manu
sia, dan kebahagiaan sebagai dewa.
Orang yang mengendalikan dirinya dari perbuatan buruk, dan suka berdana,
setelah kematian tidak akan dilahirkan di alam yang sengsara. Melainkan
dilahirkan di alam para dewa, di alam surga Sagga Sampatti. Inilah
manfaat dari berdana tingkat kedua.
Tingkat pertama adalah nama baik, dicintai, badannya sehat, panjang usia, wajahnya berseri-seri. Tingkat ke dua setelah kematian, orang yang suka berdana ini akan
dilahirkan di alam surga 'sagga sampatti.' Tetapi apakah itu cukup? Mungkin inilah kelebihan dari Ajaran Dhamma. Guru Agung mengingatkan, "Tidak cukup." Ada manfaat
dari berdana tingkat yang lebih tinggi.
Marilah kita renungkan. Benar kita
memerlukan nama yang baik. Benar kita ingin dicintai oleh yang lain.
Kita tidak ingin dibenci. Benar sekali. Benar sekali kita ingin sehat,
hidup sejahtera, panjang usia, termasuk wajah cantik, suara merdu. Para
ibu-ibu pasti suka. Meskipun usia sudah lanjut, pasti juga ingin wajah
cantik, suara merdu. Benar. Tidak bisa dipungkiri kita pasti
menginginkan hal itu. Akan tetapi, apakah wajah cantik itu
selamanya? Tidak. Apakah kekayaan dan kesejahteraan itu abadi? Tidak.
Apakah sehat itu selamanya? Tidak. Apakah panjang umur itu abadi? Tidak.
Di dunia ini belum pernah ada orang yang tidak mati. Jadi apapun hasil
dari perbuatan baik, saya mengulangi kalimat ini, apapun hasil dari
perbuatan baik, baik itu kesejahteraan, kecukupan, kesehatan, sifatnya
hanya sementara. Semuanya akan berlalu pada waktunya.
Disanjung-sanjung; akan berlalu.
Kedudukan yang tinggi; akan berlalu.
Badan yang sehat; akan berlalu.
Umur panjang; akan berlalu.
Kekayaan; akan berlalu.
Kesuksesan; akan berlalu.
Semuanya hanya sebentar, sebentar, sebentar.
Hidup kita juga tidak lama. Sudahkah kita bersiap-siap menghadapi ini?
Kita harus bersiap-siap menghadapi perubahan. Ketika kesejahteraan itu berlalu, sehat itu berakhir, umur panjang selesai, jika kita tidak pernah
melakukan persiapan, nanti kita akan sangat menderita.
Bukan
berdana hanya untuk dicintai. Bukan sekedar beramal, berbuat baik supaya
hidup sejahtera, tidak kekurangan. Tidak sekedar itu. Karena menjadi
dewa juga tidak abadi. Tidak sekedar setelah meninggal kemudian
dilahirkan di alam para dewa. Tetapi ada manfaat berbuat baik yang lebih
tinggi, berdana dengan pikiran; "Saya memberi, saya berdana untuk
membersihkan kekotoran batin."
Karena yang membuat penderitaan
itu adalah kekotoran batin. Bukan karena kekurangan materi. Meskipun
materi berlebihan, kalau keserakahan, kebencian membakar diri seseorang,
apakah orang ini bisa hidup tentram? Apakah orang ini bisa bahagia?
TIDAK!
Oleh karena itu berdana yang paling baik, adalah berdana
untuk tujuan tingkat tinggi, yaitu dengan niat: 'SAYA MEMBERI UNTUK
MEMBERSIHKAN KOTORAN-KOTORAN YANG DI DALAM, SUPAYA SAYA BEBAS DARI
PENDERITAAN UNTUK SELAMA-LAMANYA.
Apabila berdana hanya untuk
mencari nama baik, pujian, hidup sejahtera, yang didapatkan hanya itu.
Mencari yang tingkat satu yang diperoleh hanya satu tingkat saja. Dan
kalau kita berdana supaya setelah kematian nanti kita tidak sengsara,
maka kita akan memperoleh manfaat berdana tingkat dua saja, selesai.
Tujuan berdana, berbuat baik yang paling tinggi adalah tingkat tinggi:
"Saya memberi untuk membersihkan batin saya. Full stop. Titik. Tidak ada
embel-embel yang lain!
(Dipetik dari tulisan Yang Mulia Bhante Sri Pannavaro Mahathera).