Apakah pikiran, perasaan & ingatan itu harus
didukung oleh kesadaran? Seseorang untuk dapat bekerja dengan baik & benar;
maka pikiran, perasaan & ingatannya harus disertai dengan kesadaran. Namun
kenyataannya pada kebanyakan orang kesadarannya di sepanjang waktu sangatlah
lemah. Banyak orang dalam melakukan atau berbuat sesuatu itu tanpa disertai
dengan kesadaran yang baik (tidak fokus). Dalam Ajaran Kesunyataan diajarkan
teknik-teknik bagaimana caranya mengembangkan kesadaran tersebut, yaitu dengan
melatih konsentrasi (meditasi) secara benar. Semakin tinggi kesadaran seseorang terhadap
segala sesuatu yang dilakukan, diucapkan & dipikirkan, maka semakin
mampu-lah dia mengendalikan dirinya dari ketamakan, kebencian & kegelapan
bathin (delusi). Bahkan orang yang telah mampu mengembangkan kesadarannya
dengan maksimal (sempurna) maka dia bisa menyadari setiap gerakan tubuh
(perbuatan), ucapan maupun pikirannya setiap saat, sehingga orang yang demikian
ini tidak akan bisa lagi memproduksi (berbuat) dosa. Orang ini disebut telah
mencapai kesucian sempurna (Arahat), mencapai kebahagiaan hakiki (merealisasi Nibbana) yang menembusi kondisi
& waktu. Demikianlah uraian singkat ini, semoga bisa menjelaskan tentang
pentingnya kesadaran.
Blog ini menampilkan tulisan-tulisan yang dapat dikategorikan sebagai tulisan : Pengetahuan Benar, Wawasan, Kata-Kata Bijak, Lain-lain. Jika pembaca tidak sependapat dengan tulisan yang ada dalam blog ini, tolong abaikan saja dan lupakan! Terima kasih.
Translate
Minggu, 15 April 2018
Watak tenang.
Dikarenakan oleh keadaan
pikirannya, hidup orang yang pemarah akan terasa seperti neraka bagi dirinya
sendiri dan bagi orang-orang disekelilingnya. Tidak perlu dikatakan lagi, orang yang
berwatak tenang dan jika orang-orang lain juga begitu maka semuanya akan menikmati
kehidupan yang bahagia, layaknya Surga.
Hidup bahagia.
Umat Kristen, Katolik,
Hindu, Islam, Yahudi, Buddha, Tao & Konghucu, semuanya dapat menikmati
kehidupan di akherat (hidup berikutnya setelah mati) dengan bahagia. Tetapi
tentu saja, apabila mereka telah menjadi orang ‘baik’! Oleh karena itu mari
kita semua rukun & gotong royong, tidak menyalahkan orang (kaum) lain & membenarkan
kelompok / diri sendiri.
Manusia & Alam Semesta.
Alam semesta ini yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata;
bekerja, bergerak atau beroperasinya secara otomatis sesuai dengan “hukum yang
berlaku atasnya”. Tidak ada sesuatupun yang mengendalikan bekerjanya alam
semesta terkecuali bekerja sesuai dengan hukum tersebut diatas. Apakah hukum
tersebut adalah Tuhan? Silahkan saja! boleh juga kalau mau dikatakan bahwa
Tuhan adalah fasilitator sehingga segala sesuatu bisa ada, bisa terjadi. Yang
jelas Tuhan bukanlah pribadi, oknum atau sosok super sekalipun. Yang disebut
Tuhan itu melebihi itu, karena yang namanya pribadi, oknum atau sosok itu
tempatnya di alam semesta bukan di luar alam semesta. Alam semesta ini tidak
berbatas, tidak ada batasnya. Namun demikian ada suatu “kondisi bahagia hakiki
kekal” yang mana bukan merupakan alam (di luar ruang & waktu) yang disebut
Nirwana, merupakan kondisi yang ingin (akan) direalisasi oleh semua manusia (bahkan
oleh semua makhluk) yang telah menyadarinya, yang telah terlepas dari
cengkeraman delusi. Bagaimana cara merealisasi Nirwana? Adalah dengan cara
memutus kehidupan ini yang berulang-ulang terlahir (mengalami kehidupan) di
berbagai alam yang ada, yaitu sudah tidak mengalami kehidupan di alam manapun
setelah mati : di neraka, di alam-alam penderitaan maupun di alam-alam
bahagia (alam surga). Seluruh alam kehidupan dikelompokkan menjadi 31 alam.
Kondisi kehidupan saat ini secara garis besar ditentukan oleh perilaku
kehidupan sebelumnya & secara garis besar akan menentukan kondisi kehidupan
berikutnya seturut dengan hukum karma yang berlaku bagi semua makhluk.
Dijelaskan sebagai berikut : aku adalah pemilik karma-ku sendiri, pewaris
karma-ku sendiri, terlahir dari karma-ku sendiri, behubungan dari karma-ku
sendiri, terlindungi oleh karma-ku sendiri, apapun karma yang kuperbuat, baik
atau buruk itulah yang akan ku warisi. Bagaimanakah caranya memutus kehidupan
itu? Adalah dengan cara mengembangkan kerelaan, kemoralan & konsentrasi
hingga maksimal (sempurna), hingga tercerahkan (enlightened) menjadi Arahat
(orang suci), yaitu dengan mempraktekkan / menempuh Jalan Mulia Berunsur
Delapan sampai berhasil dengan sempurna (enlightened).
Diatas adalah uraian
sangat singkat sekali yang disampaikan dengan kalimat sederhana agar mudah
dimengerti. Uraian lengkapnya berpuluh-puluh buku, dan tentu saja sangat
sedikit sekali di Indonesia ini yang mengetahuinya. Anda tentu tidak sependapat
dengan uraian diatas, silahkan saja. Ini adalah sekedar sharing pengetahuan yang
tidak banyak diekspos, tidak banyak diketahui orang.
Langganan:
Postingan (Atom)