Banyak orang berpikir bahwa tujuan tertinggi dalam hidup ini adalah
terlahir kembali di Surga (alam Dewa). Memang benar, kelahiran di Surga adalah
hasil dari perbuatan baik. Namun, Sang Buddha mengajarkan kepada kita bahwa
hidup di Surga itu tidak kekal. Sang Buddha bersabda bahwa makhluk-makhluk yang
lahir di alam Dewa (alam Surga), setelah menikmati kebahagiaan yang besar, pada
akhirnya akan mati juga, dan jika mereka tidak terus berlatih Dhamma, mereka
bisa lahir kembali di alam sengsara, banyak factor penyebabnya.

Salah satu contoh yang terkenal adalah Raja Mandhātu (Khudaka Nikaya - Jataka 258), yang karena kebaikannya bisa terlahir di alam surga
Tāvatiṁsa dan disana menjadi raja para Dewa. Tapi karena kesombongan dan
keserakahannya, setelah kehidupan surgawinya habis, ia terlahir kembali di alam
rendah. Ini menjadi peringatan bagi kita semua. Perbuatan baik memang penting,
tetapi apakah dalam kehidupan kita sehari-hari sudah sesuai dengan Jalan Mulia
Berunsur Delapan atau tidak? dimana kita dianjurkan untuk berlatih Citta
Bhavana (mengembangkan batin). Citta
Bhavana atau Meditasi bisa dilakukan secara rutin meski hanya sebentar-sebenar
agar - batin kita ini bisa menjadi bijaksana, sabar, damai, humble, penuh dengan
Metta (cinta kasih tanpa batas pada semua makhluk), dengan tujuan akhir
merealisasi Nibbana. Kita diajar untuk mengembangkan Kerelaan (Berdana),
Kemoralan (menjaga Sila) dan Konsentrasi (Citta Bhavana).
Jika hanya berbuat baik untuk mendapatkan Surga, tanpa mengembangkan
pengertian benar tentang kehidupan, kita tetap akan terjebak di alam Samsāra - siklus kelahiran dan kematian tanpa akhir. Maka tujuan kita bukan sekadar
Surga, tetapi kebebasan sejati, yaitu Nibbāna, bebas dari lahir, tua, sakit,
dan mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar