Translate

Selasa, 25 Juni 2024

💥 PEMAHAMAN DAN KEBIJAKSANAAN 👌


Tidak ada seorangpun atau apapun yang dapat membebaskan kita, selain hanya pengertian dan pemahaman kita sendiri. Seorang yang tidak waras dan seorang Arahat, keduanya sama-sama tersenyum; tetapi seorang Arahat tahu mengapa dirinya tersenyum, sebaliknya orang yang tidak waras tidak tahu mengapa dirinya tersenyum.
Ketika orang pandai mengamati orang lain, dia mengamatinya dengan kebijaksanaan, bukan dengan kebodohan. Orang yang melihat dengan kebijaksanaan, ia belajar banyak. Orang yang melihat dengan kebodohan, ia hanya dapat menemukan kesalahan-kesalahan.
Masalah yang terjadi pada banyak manusia sekarang ini ialah : sebenarnya mereka tahu, tetapi mereka masih belum bersedia mengerjakan sesuatu. Lain halnya jika mereka tidak mengerjakan sesuatu karena tidak tahu. Jika mereka sudah tahu, tetapi tidak melakukannya, maka dapat dibayangkan seperti apa jadinya.
Belajar di luar kitab suci itu kurang penting. Buku-buku Dhamma yang ada itu baik, tetapi belum tentu benar. Contoh, jika ada kata 'marah' yang tertulis belum tentu sama dengan kemarahan yang kita alami. Hanya dengan mengalami sendiri maka kita akan memperoleh keyakinan yang benar. Bila anda melihat segala hal dengan pandangan benar, maka tidak ada kemelekatan dalam hubungan anda dengan hal-hal tersebut. Mereka itu datang dengan menyenangkan maupun tidak menyenangkan, ketika anda melihatnya, anda tidak melekat. Mereka datang dan lenyap. Bahkan meskipun kekotoran batin keserakahan atau kemarahan yang paling buruk muncul, anda memiliki kebijaksanaan yang cukup untuk melihatnya sebagai ketidak-kekalan, alamiah, membiarkan mereka lenyap. Bila anda bereaksi terhadap mereka, dengan suka atau tidak suka, itu bukan kebijaksanaan. Anda sedang membuat anda sendiri menderita.
Kalau kita mengetahui kebenaran, kita tidak harus banyak berpikir, kita menjadi orang yang bijaksana. Kalau kita tidak tahu, kita akan berpikir : apakah hal itu bijaksana atau tidak? Banyak berpikir tanpa kebijaksanaan adalah penderitaan yang ekstrim.
Sekarang ini banyak orang yang tidak mencari kebenaran. Mereka belajar dengan singkat untuk memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk mencari nafkah, menyokong keluarga, merawat diri mereka sendiri. Hanya itu. Bagi mereka, menjadi pandai jauh lebih penting daripada menjadi bijaksana. Padahal bijaksana itu lebih baik dibanding pandai. Memang, yang terbaik adalah orang yang pandai dan bijaksana.
Dalam Kitab Suci Dīgha Nikāya, disebutkan kebijaksanaan itu dapat diperoleh melalui tiga cara, yaitu :
1. Suttamayapaññā; kebijaksanaan yang diperoleh melalui mendengar dan atau membaca.
2. Cittāmayapaññā; kebijaksanaan yang timbul melalui berpikir (logika).
3. Bhāvanāmayapaññā; kebijaksanaan yang muncul melalui meditasi menyadari kekinian yang terjadi.

Minggu, 23 Juni 2024

😃💥 DUNIA & KONDISINYA 💥😃


1). Perkembangan akal manusia ; jaman dulu manusia tidak berdaya menghadapi bencana alam; gunung meletus, banjir, petir, kebakaran dsb. Berhadapan dengan laut yang luas dan dalam, hujan lebat atau angin puting beliung mereka merasa sangat kecil dan lemah. Ilmu pengetahuan belum berkembang. Mereka membutuhkan perlindungan dan tempat mengadu. Orang primitif menganggap di balik benda-benda ada dayanya yang harus dihargai, jika tidak di hargai benda-benda tersebut bisa mengamuk. Lahirlah paham Dinamisme, Animisme, Politeisme, sampai kepada Monoteisme.

2). Pada jaman dahulu kala yang sangat lama sekali, bertumimbal lahir satu makhluk dari alam Abhassara ke alam Brahma yang masih kosong. Karena kesepian makhluk ini menginginkan ada makhluk lain yang juga terlahir di alamnya itu. Kemudian tidak berselang begitu lama terlahirlah makhluk-makhluk lainnya di alam Brahma tersebut. Dengan kenyataan ini dan pada perkembangan selanjutnya, maka makhluk yang pertama tadi merasa bahwa dirinya adalah Sang Pencipta, Brahma Agung, Pemenang yang tak terkalahkan, Yang Maha Tahu, Yang Maha Kuasa, Tuan Dari Semua, Maha Tinggi, Penentu tempat bagi semua makhluk, Asal mula kehidupan, Bapa dari yang telah ada dan yang akan ada. “Semua makhluk ini adalah ciptaanku".

Makhluk-makhluk lainnya berpikir; Dia Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa. Kita semua adalah ciptaannya, sebab dialah yang lebih dahulu berada di sini, sedangkan kita muncul sesudahnya.

Makhluk pertama tadi memiliki usia yang lebih panjang, lebih mulia, lebih berkuasa daripada makhluk-makhluk lain yang datang sesudahnya. Selanjutnya ada beberapa makhluk yang meninggal di alam Brahma dan terlahir kembali di bumi. Setelah berada di bumi mereka meninggalkan kehidupan berumah tangga dan menjadi Petapa. Mereka bermeditasi, pikirannya terpusat, batinnya menjadi tenang dan memiliki kemampuan untuk mengingat kembali satu kehidupannya yang lampau, dan mereka berkata : Dia Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Masa Kuasa. Dialah yang menciptakan kami, ia tetap kekal, keadaannya tidak berubah. Kami yang diciptakannya, dan datang kesini adalah tidak kekal, berubah dan memiliki usia yang terbatas.

Maha Brahma diakui sebagai makhluk tertinggi. Namun bukan penentu nasib dan tindakan para makhluk, serta masih akan bertumimbal-lahir di Alam Samsara (alam-alam kehidupan lain). Para Buddha dan Arahat memiliki tingkatan tertinggi dibanding para Brahma karena telah merealisasi / mencapai “Pencerahan Sempurna”, telah merealisasi Nibbana, tak akan terlahirkan kembali di alam kehidupan manapun, telah mengakhiri penderitaan. Para Buddha bukan penentu kehidupan para makhluk.

3). Hidup ini merupakan “Penderitaan” karena semuanya setiap saat berubah. Kebahagiaan maupun kesengsaraan Inderawi selalu berubah. Jika itu adalah kebahagiaan maka merupakan kebahagiaan semu. Perubahan tersebut mengakibatkan penderitaan. Untuk merealisasikan kebahagiaan yang kekal, yang bukan semu, maka harus bisa merealisasi Nibbana, yang tidak akan terlahir kembali di alam kehidupan manapun dengan cara memahami dan mempratikkan Jalan Mulia Berunsur Delapan secara baik dan benar.

Penjelasannya adalah; dengan berlakunya Hukum Karma atau Hukum Sebab-Akibat, dimana perbuatan bajik akan mendatangkan kebahagiaan dan perbuatan jahat akan mendatangkan penderitaan, maka kreator kehidupan / penentu nasib / takdir suatu makhluk adalah mereka sendiri (perilaku mereka). Jalan Mulia Berunsur Delapan adalah jalan untuk mengakhiri “Penderitaan”.

KETIGA HAL DIATAS ADALAH KENYATAAN. DENGAN KENYATAAN TERSEBUT, DUNIA INI BERKONDISI SEPERTI SEKARANG; KACAU, ADA PERANG DI SANA-SINI. RATUSAN RIBU ORANG MATI KONYOL, GEDUNG-GEDUNG, PABRIK, INFRASTRUKTUR BERNILAI RATUSAN TRILYUN HANCUR.


Minggu, 16 Juni 2024

💥 SANG BUDDHA BUKAN TUHAN, MENGAPA KITA MEMUJANYA? 💥

 


👉 Kita memuja Sang Buddah bukan supaya keinginan kita terpenuhi atau supaya cita-cita kita pasti tercapai. Terpenuhinya keinginan atau tercapainya cita-cita kita itu kita sendiri kreator atau penciptanya. Akan terealisasi jika kondisinya sudah tepat (mendukung).

Kita memuja Sang Buddha bisa diidentikkan seperti kita hormat kepada seorang guru yang berjalan memasuki ruangan dan kita berdiri, atau ketika lagu kebangsaan dinyanyikan kita bersikap hormat (cinta tanah air). Semua ini adalah sikap hormat atau pemujaan yang menandakan rasa kagum kita untuk seseorang atau benda tertentu. Ini adalah tipe pemujaan yang dilakukan Buddhis. 

Sebuah Buddha ruppang dengan senyum yang penuh welas asih mengingatkan kita untuk berusaha mengembangkan kedamaian dan cinta kasih didalam diri kita. Wewangian dupa mengingatkan kita pada pengaruh kebajikan yang menyebar, lilin yang menyala mengingatkan kita pada cahaya pengetahuan, dan bunga yang segera layu dan mati mengingatkan kita pada ketidakkekalan. 

Ketika kita membungkukkan tubuh, itu adalah pernyataan rasa terima kasih kita kepada Sang Buddha atas ajarannya yang telah secara lengkap dan sempurna dibabarkan kepada kita, dan juga bisa diartikan sebagai janji kita akan meneladani sifat-sifat luhur Sang Buddha dengan mempelajari dan mempraktikkan Dhamma ajarannya secara baik, benar dan bersungguh-sungguh. Semua itu yang dilakukan adalah cara dan arti dari pemujaan Buddhis dalam upaya melapangkan jalan dan mempercepat pengikisan Kilesa menuju kelenyapannya dan merealisasi Nibbana ☝.

Senin, 10 Juni 2024

💥MARAH, SERAKAH dan BANGGA👆

Kebanyakan kita memiliki pandangan salah tentang identitas diri karena tidak berkesadaran. Biasanya kita menggenggam erat kemarahan, keserakahan dan kebanggaan. Dalam kondisi demikian kita telah menjadi budak dari kekotoran batin kita. Kemarahan, keserakahan, dan kebanggaan sebenarnya bukanlah milik kita. Kalau kita sedang marah artinya saat itu kita memiliki kemarahan, namun kita tidak bisa menunjukkannya kemarahan itu adanya dimana. Sebagaimana sebuah biji mangga, biji tersebut adalah potensi untuk bisa tumbuh menjadi pohon dan menghasilkan buah yang banyak jika ada kondisi yang tepat, yang mendukung. Kondisi tersebut adalah : tanah, air, dan sinar matahari.

Dimulai sejak awal kehidupan ini didalam rahim ibu, pada tahap kehamilan, kotoran-kotoran batin berupa kemarahan, keserakahan, dan kebanggaan itu ada bersama dengan kita. Tetapi hanya dalam bentuk potensi saja. Jika kita melihat obyek yang tidak diinginkan, kemarahan yang kita tidak tahu dimana, muncul ke permukaan pikiran kita, dan kita menjadi marah dan bahkan marah-marah. Sebagai potensi, kemarahan itu tersembunyi. Itulah sebabnya kita tidak bisa melihatnya. Kita tidak bisa menyentuhnya. Kita juga tidak bisa memperlihatkan kepada siapapun, hanya saat kondisinya matang, pada saat itu kemarahan muncul saat kita tidak memiliki kesadaran. Kemarahan bekerja sesuai dengan cirinya. Potensi kemarahan dapat menjadi marah bahkan marah besar, dan pada saat itu kita salah berpikir, kita tahunya ‘Sedang marah’, sehingga kita menjadi budak dari kekotoran batin kita yang berupa Kemarahan.


Dengan cara yang sama untuk keserakahan, ketika kita melihat obyek yang sangat indah dan menarik, keserakahan muncul ke permukaan pikiran kita. Keserakahan menjalankan fungsinya sesuai dengan cirinya, yaitu hasrat, keinginan, kemelekatan, ingin memiliki, dan dengan tidak bijaksana berpikir : ‘Saya ingin itu’. Kita lagi-lagi menjadi seorang budak. Kita menjadi budak dari kekotoran batin kita yang berupa Keserakahan.


Pada saat mengamati pikiran, kita perlu melihat penyebab munculnya kemarahan, keserakahan, dan kebanggaan. Sebetulnya kondisi tersebut disebabkan oleh obyek-obyek yang tidak menyenangkan, oleh obyek-obyek yang menggiurkan, oleh obyek-obyek keberhasilan, dan adanya pikiran negatif terhadapnya, adanya nafsu rendah, adanya kesombongan, yang menjadikan kita marah, serakah, dan bangga.


Kemarahan, keserakahan, dan kebanggaan hanya menjalankan fungsinya. Kita bisa tidak melakukannya. Oleh sebab itu jika kita tidak terlibat dengan potensi kemarahan, keserakahan, dan kebanggaan maka potensi tersebut tidak akan menjadi semakin kuat!


Disebabkan pengamatan setiap hari, dari pagi hingga malam, kita akan memahami kekotoran batin mana yang kuat pada diri kita, yang disebabkan kamma masa lampau kita yang mungkin mempengaruhi kita dengan begitu kuat. Mereka yang terbiasa marah besar, ini disebabkan oleh watak pemarah yang sudah mereka pupuk di masa lampau. Begitu pula dengan keserakahan dan kebanggaan. Kemarahan, keserakahan dan kebanggan dapat dikatakan sebagai inti dari kekotoran batin, yang lainnya merupakan turunan dari ketiga hal tersebut, misalnya keisengan suka membunuh makhluk hidup, mencuri, berbuat asusila, berbohong dan mabuk-mabukan.


Kita bisa menyadari kekotoran batin sebagai kekotoran batin, diri sendiri sebagai diri sendiri, kita bisa memisahkannya pada saat itu. Pada saat itulah kita menjadi mengerti bahwa "tidak ada diri" (Anatta).

Jadi sekalipun anda mengerti, tetapi jika anda tidak berkesadaran, lupa dengan pandangan benar tentang "diri", "aku", "milikku" maka anda akan memegang erat kemarahan, keserakahan dan kebanggaan, sehingga kotoran-kotoran batin tersebut menjadi milik anda.

Jika anda mengamati berulang kali dengan penuh kesadaran, mengamati setiap saat, maka tidak ada alasan bagi anda untuk menolak adanya potensi kemarahan, keserakahan, dan kebanggaan, anda dapat memerimanya, setiap saat anda melihat bahwa mereka bersama dengan anda. Anda sadar kekotoran batin sebagai kekotoran batin, diri sendiri sebagai diri sendiri. Anda bisa memisahkannya pada saat itu. Pada saat itulah anda berkembang! Pada saat itulah anda tahu bagaimana hidup damai.

💥 PRAKTIK DHAMMA SEHARI-HARI 💥

 

😇💥 Terlahirkan dan hidup sebagai manusia itu sangatlah sulit. Terlahir sebagai manusia itu merupakan favorit, atau menjadi idaman buat yang tahu. Mengapa? Karena manusia sangat mudah berbuat baik, beda dengan makhluk2 yang hidup di 30 alam kehidupan lainnya. Akan tetapi manusia bahkan mudah berbuat buruk dibanding berbuat kebajikan. Nah inilah bahayanya. Mudah berbuat buruk itu benar kalau : batin, pikiran atau kualitas spiritual orang tsb. menengah kebawah. Orang yang kualitas spiritualnya menengah keatas justru merasa sangat tidak mudah untuk berbuat buruk.

Manusia lebih mudah berbuat baik dibanding makhluk lain. Binatang tidak mempunyai akal atau pikiran yang sempurna. Dalam melakukan sesuatu binatang lebih banyak menggunakan instink-nya karena akalnya sangat terbatas - sehingga sangat sulit berbuat kebajikan. Binatang butuh makan dan minum karena lapar dan haus, tapi binatang tidak bisa menyediakan makanan untuk dirinya sendiri dan anak2nya. Hanya bisa mengambil atau mencuri makanan dari tempat lain, atau bergantung kepada manusia. Binatang buas selalu berbuat jahat karena lapar. Mereka harus menyerang dan membunuh binatang lain dan kemudian memakannya untuk mempertahankan hidupnya.

Makhluk lain, yang hidup di alam penderitaan tidak bisa berbuat kebajikan karena setiap saat mereka didera oleh siksaan, mereka baru bisa leluasa berbuat baik jika mereka kemudian terlahir sebagai manusia. Dengan alasan inilah maka terlahir sebagai manusia itu merupakan pilihan utama atau favorit. Makhluk di empat Alam Apaya harus menghabiskan buah karma buruknya dulu sebelum bisa terlahirkan kembali di alam lain sesuai karma  lain yang buahnya siap dipanen. Serupa dengan alam penderitaan, begitu juga makhluk2 yang hidup di alam bahagia terutama di Alam Brahma, mereka tidak mempunyai banyak kesempatan untuk berbuat kebajikan karena selalu atau terlena menikmati buah2 karma baik yang sangat banyak melimpah ruah.

Karena kita sangat beruntung dapat mengenal Dhamma, karena hidup sebagai manusia ini sangat sulit, maka marilah kita gemar belajar Dhamma sekaligus mempraktekannya dengan baik, benar, serius, dan berkesinambungan secara rutin.

Nah bagaimanakah caranya mempraktikkan Dhamma secara praktis dan mudah terutama bagi para perumah tangga dan anggota rumah tangga? Selain menjaga Sila dan Berdana baik itu dana tenaga, pikiran, pengetahuan atau materi, yang dilakukan dengan senang hati tanpa kebencian dengan niat melepas. Yaitu setiap melakukan / mengerjakan sesuatu hendaknya selalu disertati dengan Sati (perhatian penuh / fokus), baik ketika sedang bekerja, sedang belajar bagi pelajar dan mahasiswa, sedang makan, sedang mandi dlsb. Dengan Sati, perhatian kita tidak ke-mana2, tidak memikirkan masa lalu yang mengecewakan maupun yang menyenangkan karena itu mem-buang2 waktu dan dapat memupuk Kilesa (pengotor batin). Demikian juga kita tidak perlu menguatirkan keadaan kita di masa depan karena masa depan itu tergantung dari apa yang kita kerjakan saat ini. Dengan menyertakan Sati kita terhindar dari keinginan berbuat buruk.

Karena Kilesa, karena tidak ada Sati, maka perbuatan seseorang bisa menjadi sangat buruk sekali. Perang Rusia - Ukraina dan juga perang di jalur Gaza semua itu disebabkan pengaruh Kilesa, karena pemimpin2 negara yang memiliki pandangan salah dan kebodohan batin. Presiden Putin, Zelensky, PM Netanyahu, dan pemimpin Palestina / Hamas itu orang2 yang tidak memiliki Pandangan Benar, batinnya bodoh. Coba bayangkan apabila presiden Putin, Zelensky, PM Netanyahu, dan pemimpin Palestina / Hamas itu mengerti Dhamma, besar kemungkinan perang yang menyebabkan terbunuhnya ratusan ribu orang secara konyol dan hancurnya gedung2, pabrik, infrastrukur dll. yang bernilai ratusan trilyun itu tidak akan terjadi. Karena ada jalan damai, ada solusi, ada PBB, dan juga ada Indonesia yang memiliki politik Bebas & Aktif, tidak berpihak ke salah satu Blok, yang mengutamakan perdamaian dunia dan pastinya ada Dhamma yang menjadi pegangan para bijaksana.

Seandainya ada jendela surga dan jendela neraka dimana manusia bisa melihat keadaan di dalam Surga dan Neraka itu seperti apa. Hampir dapat dipastikan dunia ini akan damai. Karena manusia bisa melihat kondisi Neraka Avici (neraka paling mengerikan) dimana para penghuninya ditusuk besi panas membara dari segala arah secara terus-menerus.

Jadi marilah kita sebagai manusia yang mengenal Dhamma jangan sia2-kan hidup ini dengan belajar dan mempraktikkan ajaran Dhamma, ajaran Guru Agung kita secara baik, secara praktis yang sudah disebutkan diatas yaitu dengan menyertakan Sati dalam setiap kegiatan yang kita lakukan. Praktek ini merupakan salah satu praktik meditasi disamping meditasi lain yang juga kita lakukan. Kita manfaatkan waktu sebaik2nya terutama bagi para perumah tangga, yang tidak memiliki waktu luang banyak 💥😇.