Translate

Jumat, 12 April 2019

Dimensi Waktu di Alam Kehidupan

Hasil gambar untuk gambar dimensi waktuDimensi waktu pada Alam Kamaloka.
Alam Kamaloka atau Kama-Bhumi itu meliputi :
-        Empat alam Apaya atau empat Apaya-Bhumi. Apaya-Bhumi meliputi Alam Neraka (Niraya-Bhumi), Alam Raksasa / Iblis (Asurakaya-Bhumi), Alam Setan (Peta-Bhumi) dan Alam Binatang (Tiracchana-Bhumi).
-        Tujuh Alam Kamasugati (Kamasugati-Bhumi). Kamasugati-Bhumi meliputi Alam Manusia (Manussa-Bhumi) dan enam Alam Dewa.

Dimensi watu pada Alam Kamaloka masih bisa diukur dengan hitungan tahun.Alam manusia menggunakan ukuran tahun yang telah diciptakan dan disepakati secara bersama-sama oleh manusia sendiri hingga saat ini, dimana satu hari adalah 24 jam, satu minggu adalah 7 hari, satu bulan adalah 31 atau 30 hari, dan satu tahun adalah 12 bulan.

Di alam Neraka (Niraya), dan alam para hantu (Petayoni dan Asurayoni ), penghuni / makhluknya berusia lebih panjang daripada usia manusia dan usia hewan (Tiracchanayoni ), bahkan ada yang mencapai jutaan tahun manusia.

Dimensi waktu pada alam surgawi atau Alam Dewa (ada enam alam), adalah sebagai berikut :
a). 1 hari 1 malam di alam Dewa Catummaharajika  = 50 tahun lamanya di alam manusia.
b). 1 hari 1 malam di alam Dewa Tavatimsa = 100 tahun lamanya di alam manusia.
c). 1 hari 1 malam di alam Dewa Yama = 200 tahun lamanya di alam manusia.
d). 1 hari 1 malam di alam Dewa Tusita = 400 tahun lamanya di alam manusia.
e). 1 hari 1 malam di alam Dewa Nimmanarati  = 800 tahun lamanya di alam manusia.
f). 1 hari 1 malam di alam Dewa Parinimmitavasavatti = 1600 tahun lamanya di alam manusia.

Dimensi waktu pada Alam Rupaloka dan Arupaloka.
Rupaloka adalah Alam Brahma, terdiri dari 16 tingkat alam brahma. Sedangkan Arupaloka adalah merupakan alam kehidupan yang paling tinggi dari 31 alam kehidupan yang ada. Arupaloka terdiri dari 4 tingkat alam kehidupan.

Ukuran waktu yang digunakan untuk mengukur umur rata-rata makhluk-makhluk yang terlahir di alam ini adalah “Kappa”. Ada tiga macam Kappa, yaitu :
1. Antara Kappa.
2. Asankheyya Kappa.
3. Maha Kappa.

Antara-kappa :
Antara-Kappa artinya adalah satu kappa ke kappa berikutnya.Satu Antara-kappa adalah rentang waktu proses perubahan batasan umur manusia, yaitu bertambah dan menurunnya umur manusia dari rata-rata 10 tahun, lalu naik hingga rata-rata 84.000 tahun, kemudian turun lagi hingga rata-rata menjadi 10 tahun kembali.
Masa dimana manusia hanya akan mempunyai umur rata-rata 10 tahun, adalah masa dimana moralitas umat manusia sedemikian merosotnya, sehingga umurnya hanya akan bertahan hingga 10 tahun saja.

Asankheyya-Kappa :
1 Asankheyya-Kappa = 20 Antara-Kappa. Satu Asankheyya-Kappa, oleh para sarjana dinyatakan = 10 pangkat 14 = angka 1 diikuti 140 angka nol, sehingga lamanya melebihi jutaan trilyun tahun.

Maha-Kappa :
1 Maha-Kappa = 4 Asankheyya-Kappa.

Guru Agung tidak berbicara tentang jangka pasti kappa dalam tahun. Akan tetapi, beliau memberikan beberapa analogi untuk memahami kappa sebagai berikut :
Jika sebuah tabung kosong berbentuk kubus pada awal mula kappa, dengan ukuran masing-masing sisinya adalah 16 mil, dan setiap 100 tahun sekali diisi oleh sebutir pasir, maka tabung yang besar tersebut akan penuh sebelum 1 masa kappa berakhir.
Beberapa bhante ingin mengetahui berapa banyak kappa yang telah berlalu sejauh ini. Guru Agung memberikan analogi sebagai berikut :
Jika kita menghitung jumlah total partikel pasir pada sepanjang sungai Gangga. dari hulu sungai sampai ia berakhir di laut, jumlah tersebut akan lebih sedikit daripada jumlah kalpa yang telah berlalu.

-        Usia kehidupan di alam Rupaloka tingkat terendah (Bhrahma Pârisajjâ Bhumi) adalah 1/3 Asankheyya-Kappa.
-        Usia kehidupan di alam Rupaloka tingkat tertinggi (Brahma Akanitthâ Bhumi) adalah 16.000 Maha-Kappa.
-        Usia kehidupan di alam Arupaloka tingkat terendah (Âkâsânañcâyatanabhûmi) adalah 20.000 Maha-Kappa.
-        Usia kehidupan di alam Rupaloka tingkat tertinggi (Nevasaññânasaññâyatanabhûmi) adalah 84.000 Maha-Kappa.

Semua alam tersebut diatas kesunyataannya tidaklah kekal-abadi. Anggapan bahwa alam setelah manusia mati nanti, baik menuju ke alam menyedihkan maupun membahagiakan adalah kekal-abadi, mutlak keliru. Karena, masing-masing alam tersebut makhluk-makhluknya mempunyai masa / waktu hidup sendiri-sendiri, dan setelah waktunya untuk hidup di salah satu alam tersebut habis, maka semua makhluk yang belum mencapai “Kebebasan-Sempurna” (Nibbana) akan melanjutkan hidupnya di alam yang lain.

Kamis, 04 April 2019

Perbedaan & harapan

Hasil gambar untuk gambar perbedaan agamaPerbedaan itu biasa dan memang harus ada. Perbedaan yang dilandasi persaudaraan akan menumbuhkan cahaya ilmu terus berkembang.
Yang sebaiknya dihindari adalah ketidak-sukaan dari perbedaan, yang dapat menimbulkan kedengkian. Mengakibatkan cahaya kebenaran yang ada di kedua sisi yang berbeda itu menjadi tertutup. Jangan sampai persaudaraan menjadi hanya manis dibibir semata.
Perbedaan juga mengajarkan kepada kita untuk bisa bertoleransi & bisa memahami jalan pikiran orang yang berbeda dengan kita, sehingga dapat menambah wawasan & memperkaya cara berpikir kita.

Semoga semua orang gemar berbuat baik....
Semoga semua orang tidak sensitif yang salah (mudah marah)....
Semoga semua orang bersemangat....
Semoga harapan mulia semua orang terpenuhi....
Semoga semua orang baik adanya & berbahagia....
Semoga anda semua terbebas dari penderitaan....
Salam penuh cinta kasih....
Peace....

Selasa, 02 April 2019

Manfaat besar berbuat baik


Hasil gambar untuk gambar berbuat baikSangat sedikit orang yang melaksanakan perbuatan baik. Sebaliknya, banyak manusia terlibat dalam perbuatan tidak baik. Seperti yang Guru Agung katakan, jumlah orang yang melakukan perbuatan baik sedikit sekali seperti tanah pada ujung kukuNya, dan orang yang terlibat dalam perbuatan yang tidak baik sangat banyak sekali seperti tanah di bumi. Oleh karena itu sedikit yang bisa terlahir kembali di antara manusia ataupun dewa.
Kebanyakan orang di bumi ini akan terlahir di neraka, di alam binatang, atau di alam hantu. Mengapa? Pintu ke alam sengsara terbuka oleh perbuatan tidak baik yang kita lakukan dalam kehidupan ini.
Apa yang terjadi jika kita jatuh ke empat alam menyedihkan (alam neraka, alam setan, alam iblis, alam binatang)? Ini dijelaskan dalam sutta bernama ‘Yoke With A Hole’ (Luku dengan Sebuah Lubang) dari Mahàvagga Samyutta. Dalam sutta ini Guru Agung berkata :
“Bhikkhu, misalkan seorang pria akan melemparkan luku (kayu yang di lingkarkan pada leher kerbau) dengan lubang tunggal ke dalam laut, dan di dalamnya terdapat kura- kura buta yang muncul ke permukaan sekali setiap seratus tahun. Bagaimana menurutmu, bhikkhu, bahwa kura-kura buta, yang muncul ke permukaan sekali setiap seratus tahun, akankah ia mampu memasukkan lehernya ke dalam luku dengan lubang tunggal itu?”
“Jika ia bisa melakukannya, Bhante, itu hanya setelah waktu yang sangat lama.”
“Lebih cepat, Aku katakan, bahwa kura-kura buta yang muncul ke permukaan setiap seratus tahun, akan memasukkan lehernya ke dalam luku dengan lubang tunggal dari pada si bodoh yang telah pergi ke alam rendah akan kembali ke alam manusia.”
Mengapa? Karena dalam alam rendah, tidak ada tingkah laku yang dipandu oleh Dhamma, tidak ada perbuatan benar, tidak ada kegiatan baik, tidak ada aktivitas yang patut dipuji. Yang kuat memakan yang lemah. Mereka saling membunuh dan memakan satu sama lain.
Itu sebabnya jika kita jatuh ke empat alam menyedihkan itu sulit untuk terlahir kembali di antara manusia atau para dewa. Tidak peduli seberapa kaya atau miskin kita, betapa cantik atau jeleknya kita, atau seberapa tinggi atau rendah standar hidup kita. Untuk menghindari kelahiran kembali di neraka, di alam binatang atau di alam hantu, orang perlu berbuat baik.
Semoga semua makhluk baik adanya dan berbahagia.
Semoga semua makhluk mempunyai kesempatan untuk berlatih meditasi.
Semoga Anda dapat melihat dan mengetahui Dhamma di dalam kehidupan ini juga.
Semoga Anda semua dapat berlatih ajaran sejati dari Sang Tathagata.
Semoga harapan Mulia semua makhluk terpenuhi.
Semoga Anda semua terbebas dari semua penderitaan.
Salam penuh mettā (cinta kasih).

(Disunting dari tulisan Bhikkhu U Revata)

Senin, 01 April 2019

Pandangan Salah


Hasil gambar untuk pandangan salahDiṭṭhi adalah pandangan, opini, teori, dogma atau kepercayaan. Tetapi di dalam Abhidhamma, faktor-mental diṭṭhi merujuk pada pandangan-salah (micchādiṭṭhi), yaitu pandangan atau opini yang keliru (vitathā diṭṭhi), tidak berdasar atau tidak sesuai dengan realitas.
Pandangan-salah membuat kesan dan pendapat yang keliru terhadap objek, seperti halnya seseorang menganggap fatamorgana sebagai genangan air. Pandangan-salah juga diibaratkan seperti pesulap yang mampu mengelabui penonton dengan merubah tanah menjadi emas.
Demikianlah, pandangan-salah membuat kita melekat pada pemahaman keliru tentang adanya diri atau roh yang solid dan kekal, di mana sesungguhnya yang ada hanyalah proses batin-dan-materi yang terus menerus berubah dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Pandangan-salah adalah juga pandangan yang dihindari oleh orang-orang yang bijaksana karena membawa ketidak-beruntungan. Ketidak-beruntungan yang dimaksud disini berupa ketidak-mampuan makhluk yang masih mempunyai pandangan-salah untuk keluar dari saṃsāra. Inilah mengapa Guru Agung Tathagata mengatakan bahwa tidak ada dhamma yang lebih merusak daripada pandangan-salah.
Sedemikian hebatnya dampak yang ditimbulkan oleh pandangan-salah, hingga mampu mendorong manusia untuk saling membunuh demi mempertahankan kepercayaannya masing-masing. Lebih hebatnya lagi, pandangan-salah meyakinkan dia bahwa dengan melakukan hal tersebut maka dia akan terlahir di surga yang kekal dan abadi.
Seseorang yang melekati pandangan-salah menjadi sangat fanatik terhadap dogma dan menutup diri terhadap kemungkinan-kemungkinan yang lain. Menurut dia, dogma adalah ajaran yang sempurna dan harus dijaga kemurniannya dengan resiko apa pun. Bahkan, nyawa pun siap untuk dikorbankan demi mempertahankan ajaran-ajaran mereka. Buat dia, apa pun yang terjadi di muka bumi harus sama persis dengan apa yang menjadi keyakinannya. Apabila seluruh isi bumi belum sama dengan apa yang diyakini, maka dia akan berjuang untuk membuat dan memanipulasi bumi dan isinya supaya bisa sesuai dengan idealismenya. Buat dia hanya ini saja yang benar, yang lain salah. Karena kefanatikannya, dia menjadi seorang yang fundamentalis, seseorang yang ingin membuat bumi dan seluruh isinya sesuai dengan yang dia idam-idamkan.
Menurut keyakinannya, kebahagiaan baru akan tercapai apabila bumi dan isinya bisa disusun sesuai dengan dogma yang dia terima. Karena pengaruh delusi, dia tidak sadar bahwa kebahagiaan ada di dalam hati. Dunia dan seisinya bukan merupakan penyebab munculnya kebahagiaan. Sikap dan perilaku kita dalam menyikapi pengalaman kehidupan di dunia inilah yang sesungguhnya menjadi sumber kebahagiaan.
Karena kebodohan, dia memakai dogma sebagai “alat pukul” untuk menakut-nakuti dan menyakiti makhluk lain, yang berbeda pandangan dengannya.