Translate

Minggu, 15 April 2018

Kesadaran


Apakah pikiran, perasaan & ingatan itu harus didukung oleh kesadaran? Seseorang untuk dapat bekerja dengan baik & benar; maka pikiran, perasaan & ingatannya harus disertai dengan kesadaran. Namun kenyataannya pada kebanyakan orang kesadarannya di sepanjang waktu sangatlah lemah. Banyak orang dalam melakukan atau berbuat sesuatu itu tanpa disertai dengan kesadaran yang baik (tidak fokus). Dalam Ajaran Kesunyataan diajarkan teknik-teknik bagaimana caranya mengembangkan kesadaran tersebut, yaitu dengan melatih konsentrasi (meditasi) secara benar. Semakin tinggi kesadaran seseorang terhadap segala sesuatu yang dilakukan, diucapkan & dipikirkan, maka semakin mampu-lah dia mengendalikan dirinya dari ketamakan, kebencian & kegelapan bathin (delusi). Bahkan orang yang telah mampu mengembangkan kesadarannya dengan maksimal (sempurna) maka dia bisa menyadari setiap gerakan tubuh (perbuatan), ucapan maupun pikirannya setiap saat, sehingga orang yang demikian ini tidak akan bisa lagi memproduksi (berbuat) dosa. Orang ini disebut telah mencapai kesucian sempurna (Arahat), mencapai kebahagiaan hakiki (merealisasi Nibbana) yang menembusi kondisi & waktu. Demikianlah uraian singkat ini, semoga bisa menjelaskan tentang pentingnya kesadaran.

Berargumen.



Sangatlah sulit berargumen dengan orang cerdas, tapi yang lebih sulit lagi adalah berargumen dengan orang bodoh.

Menjelang kematian.




Cita-citaku menjelang kematian nanti adalah bisa melupakan cita-cita duniawi-ku yang belum kesampaian, meninggalkannya & bisa tersenyum pasrah bahagia guna memperoleh start awal yang baik di kehidupan berikutnya, hehehe... 

Watak tenang.

Dikarenakan oleh keadaan pikirannya, hidup orang yang pemarah akan terasa seperti neraka bagi dirinya sendiri dan bagi orang-orang disekelilingnya. Tidak perlu dikatakan lagi, orang yang berwatak tenang dan jika orang-orang lain juga begitu maka semuanya akan menikmati kehidupan yang bahagia, layaknya Surga. 

Hidup bahagia.

Umat Kristen, Katolik, Hindu, Islam, Yahudi, Buddha, Tao & Konghucu, semuanya dapat menikmati kehidupan di akherat (hidup berikutnya setelah mati) dengan bahagia. Tetapi tentu saja, apabila mereka telah menjadi orang ‘baik’! Oleh karena itu mari kita semua rukun & gotong royong, tidak menyalahkan orang (kaum) lain & membenarkan kelompok / diri sendiri.

Manusia & Alam Semesta.


Alam semesta  ini yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata; bekerja, bergerak atau beroperasinya secara otomatis sesuai dengan “hukum yang berlaku atasnya”. Tidak ada sesuatupun yang mengendalikan bekerjanya alam semesta terkecuali bekerja sesuai dengan hukum tersebut diatas. Apakah hukum tersebut adalah Tuhan? Silahkan saja! boleh juga kalau mau dikatakan bahwa Tuhan adalah fasilitator sehingga segala sesuatu bisa ada, bisa terjadi. Yang jelas Tuhan bukanlah pribadi, oknum atau sosok super sekalipun. Yang disebut Tuhan itu melebihi itu, karena yang namanya pribadi, oknum atau sosok itu tempatnya di alam semesta bukan di luar alam semesta. Alam semesta ini tidak berbatas, tidak ada batasnya. Namun demikian ada suatu “kondisi bahagia hakiki kekal” yang mana bukan merupakan alam (di luar ruang & waktu) yang disebut Nirwana, merupakan kondisi yang ingin (akan) direalisasi oleh semua manusia (bahkan oleh semua makhluk) yang telah menyadarinya, yang telah terlepas dari cengkeraman delusi. Bagaimana cara merealisasi Nirwana? Adalah dengan cara memutus kehidupan ini yang berulang-ulang terlahir (mengalami kehidupan) di berbagai alam yang ada, yaitu sudah tidak mengalami kehidupan di alam manapun setelah mati : di neraka, di alam-alam penderitaan maupun di alam-alam bahagia (alam surga). Seluruh alam kehidupan dikelompokkan menjadi 31 alam. Kondisi kehidupan saat ini secara garis besar ditentukan oleh perilaku kehidupan sebelumnya & secara garis besar akan menentukan kondisi kehidupan berikutnya seturut dengan hukum karma yang berlaku bagi semua makhluk. Dijelaskan sebagai berikut : aku adalah pemilik karma-ku sendiri, pewaris karma-ku sendiri, terlahir dari karma-ku sendiri, behubungan dari karma-ku sendiri, terlindungi oleh karma-ku sendiri, apapun karma yang kuperbuat, baik atau buruk itulah yang akan ku warisi. Bagaimanakah caranya memutus kehidupan itu? Adalah dengan cara mengembangkan kerelaan, kemoralan & konsentrasi hingga maksimal (sempurna), hingga tercerahkan (enlightened) menjadi Arahat (orang suci), yaitu dengan mempraktekkan / menempuh Jalan Mulia Berunsur Delapan sampai berhasil dengan sempurna (enlightened).
Diatas adalah uraian sangat singkat sekali yang disampaikan dengan kalimat sederhana agar mudah dimengerti. Uraian lengkapnya berpuluh-puluh buku, dan tentu saja sangat sedikit sekali di Indonesia ini yang mengetahuinya. Anda tentu tidak sependapat dengan uraian diatas, silahkan saja. Ini adalah sekedar sharing pengetahuan yang tidak banyak diekspos, tidak banyak diketahui orang.