Translate

Kamis, 22 Maret 2018

Surga & Nirwana.


Surga, sebuah kata yang amat menggiurkan bagi setiap orang, dambaan setiap insani. Karena disinilah terminal akhir kehidupan yang telah dijanjikan, tempat menikmati kebahagian yang kekal. Inilah filosofi umat penganut agama mono-theisme.

Surga menurut filosofi yang lain adalah merupakan alam kehidupan yang menyenangkan, penghuninya adalah para dewa dwwi yang dulunya adalah manusia yang telah mencapai tingkat kualitas kesucian tertentu, disinilah mereka menikmati kebahagiaan sebagai hasil perbuatan-perbuatan baik sebelumnya ketika hidup sebagai manusia.

Kehidupan di alam surga mempunyai jangka waktu tertentu dan tidak kekal. Setelah jangka waktu kehidupan di alam surga berakhir, maka mereka akan terlahir kembali di alam kehidupan yang lain, sesuai buah dari perbuatannya.

Kehidupan di alam surga bukanlah tujuan akhir dari siklus kehidupan, karena kebahagiaan terebut bersifat sementara.

Tujuan akhir semua makhluk hidup adalah Nirwana, suatu kebahagiaan tertinggi, karena telah padamnya nafsu keinginan dan telah terhentinya siklus tumimbal lahir.

Jika harus berbicara tentang Tuhan.


Jika harus berbicara tentang Tuhan; maka Tuhan seperti yang dipahami oleh banyak orang itu adalah Tuhan ciptaan manusia belaka ketika manusia mengenal betapa berbahayanya petir & bencana alam lainnya. Manusia memerlukan sosok super tempat bersandar, tempat mengadu, mengeluh, memohon & meminta pertolongan ketika manusia takut (sangat ketakutan), merasa terancam, bingung & tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya manusia membuat berhala yang dinamakan Tuhan. 

Yang percaya bahwa Tuhan itu ada tidak bisa membuktikannya secara valid, dan yang tidak percaya bahwa Tuhan itu tidak ada juga tidak bisa membuktikannya.

Jika harus berbicara tentang Tuhan; maka Tuhan (yang mendekati kebenaran) itu adalah Tuhan yang mutlak, yang kekal tanpa awal & tanpa akhir, yang tak terpikirkan, yang tak bisa diapa-siapakan. Kalau sudah begitu maka yang terpenting bagi manusia itu hendaknya menciptakan sebab-sebab (perbuatan-perbuatan) yang baik agar setelahnya (ketika sudah ada kondisi yang mendukung) maka manusia bisa memperoleh akibat-akibat yang baik pula (mengalami hal-hal yang membahagiakan). Hal ini banyak dilakukan oleh manusia yang telah sadar atas berlakunya hukum universal sebab-akibat, hukum aksi-reaksi, hukum tabur-tuai atau hukum karma yang bekerja secara otomatis, katakan : yang bekerja karena Tuhan itu ada, hehe... 

Anda tidak harus setuju dengan uraian ini dan anda bisa mengabaikanya. PEACE...

Rabu, 21 Maret 2018

Empat Jenis Karma Berdasarkan Bobot.

1. Karma super berat.
Karma super berat memiliki kualitas kekuatan yang besar, kekuatan karma lain tidak mampu mencegahnya.
Karma super berat yang baik adalah hasil dari melaksanakan Samatha-Bhavana (meditasi ketenangan batin) sehingga mencapai Rupa-Jhana 4 dan Arupa-Jhana 4 atau disebut Jhana 8, sehingga setelah meninggal dunia, ia akan langsung terlahir kembali di Alam Brahma.
Karma jenis ini juga bisa terjadi untuk mereka yang telah melatih meditasi Vipassana-Bhavana (meditasi megembangkan kesadaran) sehingga mencapai kesucian sempurna atau mencapai Nibbana. Dengan tercapainya Nibbana, maka ia sudah tidak akan terlahir kembali di alam manapun juga setelah ia meninggal di kehidupan ini.
Sedangkan karma super berat yang buruk ada 5 perbuatan yaitu : membunuh ayah, membunuh ibu, membunuh seorang Arahat, melukai Sammasambuddha, dan memecah belah Sangha. Apabila seseorang melakukan salah satu atau lebih dari kelima perbuatan buruk tersebut, maka setelah meninggal dunia, orang tersebut langsung terlahir di Alam Neraka Avici (Neraka paling rendah yang paling mengerikan).

2. Karma yang mengesankan.
Pada saat seseorang akan meninggal dunia, maka pikirannya akan mengingat perbuatan yang super berat terlebih dahulu. Apabila tidak ada perbuatan super berat yang pernah dilakukan selama hidupnya, maka pikirannya akan mengingat salah satu perbuatan yang paling berkesan dalam hidupnya. Misalnya ia teringat kesan baik ketika ia mendengarkan Dharma atau teringat sering bertemu dengan para bhikkhu. Apabila ia meninggal saat mengingat kesan baik tersebut, maka ia akan terlahir di alam bahagia. Sebaliknya kalau ia teringat kesan perbuatan yang tidak baik, maka ia dapat saja terlahir di alam menderita.
Disebutkan dalam Dharma bahwa apabila seseorang telah mengunjungi dan melihat 4 tempat suci di India yaitu :
1). Tempat Pangeran Siddhattha dilahirkan,
2). Tempat Beliau mencapai kesucian sempurna dan menjadi Buddha,
3). Tempat Sang Buddha pertama kali membabarkan Dharma, serta
4.) Tempat Sang Buddha parinibbana (wafat).
Dan, ketika ia akan meninggal, ia dapat mengingat kesan baik saat berkunjung keempat tempat yang berkesan ini, maka ia akan dapat terlahir di alam bahagia.
Ini pula sebabnya seseorang yang akan meninggal dunia dilakukan upacara pembacaan paritta. Salah satu tujuan upacara ritual ini adalah untuk membantu orang yang akan meninggal tersebut mengingat berbagai kesan kebajikan yang telah dilakukannya selama hidup. Dengan demikian, ia akan mempunyai kondisi untuk terlahir di alam bahagia.

3. Karma kebiasaan.
Kalau di dalam proses kematian itu tidak ada perbuatan yang berkesan atau tidak sempat berpikir, misalnya karena ia meninggal dalam keadaan koma atau kecelakaan fatal, maka hal yang menentukan kelahiran kembalinya adalah perbuatan yang menjadi kebiasaan dalam hidupnya. Misalnya, orang yang mempunyai kebiasaan bermain musik, apabila pada saat menjelang ajal ia teringat atau mungkin tidak bisa ingat berhubung mengalami koma karena kecelakaan; maka dengan kebiasaannya itu, ia akan terlahir kembali sebagai orang yang memiliki bakat bermain musik sejak kecil.

4. Karma super ringan atau karma kecil.
Apabila hingga saat menjelang kematian, seseorang tidak mempunyai karma super berat, karma yang berkesan maupun karma kebiasaan, maka seseorang akan bisa teringat jenis karma super ringan atau sepele. Jika pada saat menjelang kematiannya seseorang teringat karma ini, misalnya teringat atas perbuatannya menyingkirkan paku agar tidak ada orang lain yang terluka karenanya maka ia dapat terlahir di alam bahagia.

Dari keterangan di atas, dapatlah dimengerti bahwa karma walaupun hanya SATU, namun, dari berbagai sudut pandang, karma dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu menurut waktu, menurut fungsi dan menurut bobotnya. Setiap kelompok terdiri dari empat bagian. Dengan demikian, secara keseluruhan, SATU karma yang dimiliki oleh seseorang dapat dimengerti sebagai 12 jenis karma yang saling berkaitan menjadi satu kesatuan.

Semoga uraian tentang berbagai jenis karma yang telah disampaikan dapat mendorong para pembaca agar kiranya setiap saat dalam mengarungi kehidupan ini bisa berbuat, berbicara dan berpikir yang baik. Kesimpulannya, jadikanlah perbuatan baik sebagai kebiasaan.

Senin, 19 Maret 2018

Empat Jenis Karma Berdasarkan Fungsi.


1. Fungsi karma yang melahirkan (menghasilkan).
Contoh : Ada orang yang dilahirkan (hidup) dalam kondisi mempunyai banyak penyakit. Kenapa terjadi demikian? Sesuai dengan benih yang ditanam, demikian pula buah yang dituainya; mungkin karena ia telah melakukan penyiksaan di kelahiran (hidup) sebelumnya, maka kini ia terlahir menjadi orang yang sakit-sakitan.

2. Fungsi karma yang mendukung.
Jenis karma ini mendukung fungsi karma yang melahirkan. Contoh : Selain ia terlahir di keluarga yang miskin, dia juga terlahir dalam keadaan cacat. Keadaan cacat ini adalah akibat dari karma lainnya yang mendukung karma yang melahirkan.

3. Fungsi karma yang mengurangi.
Fungsi kamma yang mengurangi ini berhubungan dengan keadaan yang baik maupun yang buruk pada kehidupan saat ini. Contoh : meskipun seseorang terlahir (hidup) sebagai orang yang miskin, orang tersebut mungkin saja mempunyai perilaku kemoralan yang baik. Atau sebaliknya seseorang yang hidup sebagai orang kaya, orang tersebut mungkin saja mempunyai tabiat yang buruk.

4. Fungsi karma yang memotong.
Meskipun perilaku kemoralannya baik, ucapan serta tingkah lakunya juga baik, maka mungkin saja ada orang yang dengki & irihati kepadanya, sehingga atas upaya orang lain tersebut maka kariernya dalam bekerja terhambat. Demikian juga bisa berlaku hal yang sebalinya
Inilah contoh dari karma yang memotong, artinya bertentangan atau memotong buah karma yang sedang berlangsung (buah karma yang sedang dialami).

Karma sangat berhubungan dengan perbuatan seseorang saat ini. Segala sesuatu yang dilakukan pada saat ini akan menentukan buah karma di masa depan. Dengan demikian, karma bukanlah nasib atau takdir yang tidak bisa diubah. Karma masih dapat diperbaiki dan diubah dengan melakukan berbagai karma atau perbuatan yang lain. Jadi, perbuatan saat inilah yang paling penting!