Parami
adalah Kesempurnaan dan Punna adalah Perbuatan Bajik atau Kusala Kamma. Apakah
perbedaan antara Parami dan Punna?
Buddhis dan yang belum mengenal
Dhamma (belum mengenal Hukum Kamma) melakukan perbuatan bajik dalam hidup
mereka. Buddhis adalah orang yang percaya pada hukum kamma. Ketika mereka berbuat
bajik, mereka melakukannya dengan keyakinan pada hukum kamma. Mereka itu mengumpulkan
kamma bajik yang bersekutu dengan kebijaksanaan. Yang belum mengenal Dhamma, yang
belum memiliki pandangan benar juga berbuat bajik. Jika kamma bajiknya membuahkan
hasil pada saat menjelang ajal, mereka mungkin terlahir di alam dewa. Akan
tetapi karena dalam melakukannya tanpa keyakinan pada hukum kamma, maka istana
surgawi mereka dan tingkat kemakmuran mereka akan lebih inferior dibandingkan
dengan yang Buddhis. Meskipun mereka tidak memiliki keyakinan pada hukum kamma,
mereka tetap saja bertanggung jawab atas kamma mereka. Hanya mereka dan bukan
orang lain yang bertanggung jawab terhadap kamma mereka. Kamma anda pada
gilirannya merupakan alasan bagi kebahagiaan dan ketidakbahagiaan anda.
Semasa hidup Tathagata kadang-kadang
mengunjungi alam dewa. Mereka yang terlahir di alam dewa dan bertemu Tathagata
adalah karena kamma bajik masa lampau mereka. Tathagata kadang-kadang juga mengunjungi
alam neraka, beliau melihat mereka yang terlahir disana adalah karena mereka
telah mengumpulkan kamma buruk. Mereka terlahir disana bukan disebabkan oleh
orang lain tetapi semata-mata karena kamma buruk mereka sendiri, seperti
membunuh, mencuri, melakukan perbuatan asusila, berbohong, dan mengkonsumsi makanan
atau minuman yang memabukkan, yang dapat menurunkan kesadaran. Semua perbuatan
buruk ini bisa mengakibatkan kelahiran kembali di empat alam penderitaan.
Itulah sebabnya mengapa anda harus bertanggung jawab pada diri anda sendiri.
Jangan berharap orang lain bertanggung jawab untuk anda, karena tidak ada siapapun
yang bisa mengambil tanggung jawab Anda.
Sekarang, apa perbedaan antara Punna
dan Parami? Kalau Anda melakukan perbuatan bajik dengan niat agar terlahir di
alam bahagia, menjadi seorang kaya, berkedudukan sosial tinggi, dan lain
sebagainya, maka anda hanya melakukan kamma bajik atau Punna. Ini bukanlah cara
untuk memenuhi Parami. Di sisi lain, Ketika anda memberi dana, menjalankan
moralitas atau duduk bermeditasi dengan niat melepas dan mengakhiri
penderitaan. Ini adalah cara dalam memupuk Parami.
Niat terlahir di alam bahagia, atau
terlahir sebagai orang kaya, berkedudukan sosial tinggi, dan lain sebagainya -
itu adalah mengambil, bukan memberi, karena memiliki keinginan, Saya ingin!
Saya ingin! Dan Ketika kita melepaskan kepemilikan atas makhluk hidup atau
benda mati misalnya melakukan fangsen atau berdana dengan niat : Saya berharap
bisa mengakhiri penderitaan, menghapus sebab penderitaan, membersihkan kotoran
batin, maka ini adalah memberi bukan mengambil.
Yang mana yang lebih baik, mengambil
atau memberi? Sudah tentu, memberi adalah lebih baik. Oleh karena itu, mulai
saat ini, apa pun yang akan anda lakukan, agar itu menjadi cara untuk memenuhi
Parami, anda hendaknya membuat suatu aspirasi seperti berikut : Dengan
melakukan ini, semoga saya bisa meninggalkan sebab dari penderitaan. Maka
perbuatan anda akan menjadi cara memenuhi Parami untuk perealisasian Nibbāna,
mengakhiri penderitaan, merealisasi kebahagiaan kekal non inderawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar