Kita
tahu bahwa agama-agama yang ada di Indonesia itu berbeda satu dengan yang
lainnya, bahkan jika akan disamakan pun maka tidak akan ketemu-ketemu. Akan
tetapi harus diakui bahwa benang merah dari ajaran agama itu adalah kebaikan;
yaitu tidak serakah, tidak membenci dan juga sebaiknya tidak dungu atau delusi.
Dungu adalah satu kata yang sering disebut-sebut oleh Rocky Gerung si pakar
filsafat itu. Namun dari agama yang berbeda-beda itu dapatlah digolongkan
menjadi 2 golongan agama saja.
Golongan
yang pertama adalah golongan yang disebut sebagai golongan agama Abrahamik,
Agama Wahyu atau Agama Langit, yang pemeluknya merupakan golongan terbanyak di
Indonesia. Golongan agama ini menekankan wajib menyembah kepada Tuhan yang
diyakininya sebagai Yang Maha Kuasa, pencipta segala sesuatu, pengatur segala
sesuatu & penentu segala sesuatu, sehingga manusia wajib menyembahnya
karena manusia sangat terikat erat dengan Tuhan. Kalau perlu manusia
mengiba-iba mohon diampuni atas dosa-dosa yang telah diperbuatnya dengan cara
berdoa, karena mereka tahu ajaran agamanya mengajarkan agar manusia itu banyak
berbuat baik yang lumayan susah & memerlukan perjuangan agar terhindar dari
api neraka. Bukan berbuat jahat yang mudah sekali dilakukan, tapi mempunyai
resiko setelah meninggal dunia masuk kedalam api neraka. Golongan pemeluk agama
ini biasanya atau dengan perkataan lain banyak yang kaku mengartikan ayat-ayat
yang tertulis di dalam kitab suci, mereka akan sangat marah sekali & mungkin
saja akan bereaksi keras jika agamanya dinistakan, jika Tuhannya dihina atau
dipersekutukan, padahal Tuhan yang maha kuasa itu kan tidak perlu dibela,
karena sesuai dengan keyakinan mereka sendiri bahwa mudah sekali Tuhan melaknat
kepada siapa saja jika Tuhannya dihina, dipersekutukan dan lain sebagainya.
Para pemeluk agama yang suka marah & bereaksi keras dari golongan pertama
ini adalah mereka-mereka yang kurang mempunyai kebijaksanaan & kearifan
yang cukup, mereka itu mungkin juga terpelajar, berijazah pendidikan S3 namun
di hatinya tidak ada kedamaian, tidak memiliki kearifan, nafsunya besar tak
terkendali. Dengan marah & bereaksi keras, para pemeluk golongan agama ini
pastilah lalai jika berbuat baik itu adalah inti ajaran agama, sehingga bisa
saja marah-marah & bereaksi keras kepada orang yang menghina Tuhan &
menghina agamanya. Reaksi seperti inilah sebenarnya yang bisa memicu kekacauan
& kerusuhan. Mereka tidak bijaksana melainkan bijaksini. Tidak piawai
mengupayakan jalan damai.
Golongan
yang kedua adalah golongan agama Ardhi atau Agama Bumi, yang tidak terlalu
menitik beratkan atau tidak terlalu fokus kepada Tuhan, karena Tuhan yang maha
kuasa, maha adil dan maha bijaksana, sudah tidak memerlukan apa-apa lagi. Tuhan
adalah yang mutlak, yang tak dapat di apa & siapakan, dan tak terpikirkan.
Istilah yang disematkan kepada Tuhan semua pastilah salah. Bagaimana mungkin
kita bisa mendefinisikan Tuhan dengan benar sedangkan jagad raya ini saja tanpa
batas, besar itu bisa tanpa batas besarnya, besarnya tak terhingga, tanpa batas
& juga kecil itu tanpa batas pula kecilnya, batasnya adalah sampai tidak
ada. Oleh karena itu pemeluk agama golongan kedua ini lebih fokus terhadap inti
ajaran agamanya, yang adalah juga merupakan inti ajaran semua agama, intinya
yaitu berbuat baik. Bahkan pemeluk agama golongan kedua ini berupaya menjadi
orang suci yang tidak lagi memproduksi dosa baru. Karena ingin menjadi orang
baik maka mereka berupaya lebih sungguh-sungguh untuk mampu selalu berbuat
baik, dan lebih sungguh-sungguh berupaya tidak melakukan tindakan-tindakan yang
buruk, tindakan yang jahat, semua tindakan diusahakan sebijaksana mungkin.
Mereka tahu persis bahwa ada hukum-hukum universal yang bekerja secara otomatis
atas segala sesuatu, ada kepastian konsekuensi dari setiap perbuatan. Mereka
mengetahui bahwa perbuatan baik akan menghasilkan kebahagiaan, dan sebaliknya
perbuatan jahat akan menghasilkan penderitaan, baik di hidup ini maupun dihidup
berikutnya setelah meninggal dan hidup di alam berikutnya, yaitu hidup di alam
yang sesuai dengan perilaku di hidup sebelumnya. Surga & Neraka itu alam
kehidupan. Hukum yang bekerja secara otomatis dalam proses hidup & mati
tersebut disebut hukum karma, biasa disebut juga sebagai hukum tabur-tuai atau
hukum sebab-akibat.
Pemeluk
agama dari golongan yang kedua ini faham betul bahwa perbuatan baik adalah doa
yang sebenarnya. Berdoa terus-menerus tanpa berupaya maka doanya tidak akan
terkabul. Akan sangat realistis jika berupaya terlebih dahulu untuk memperoleh
hasil & kemudian baru berdoa. Sering dikatakan bahwa Hasil Tak Akan Pernah
Mengkhianati Usaha?
Pemeluk
agama golongan kedua ini banyak mengganti doa dengan mengucapkan parrita atau
membaca parrita bagi yang belum hafal. Parrita itu bukan mantra. Sering membaca
atau mengucapkan parrita dengan penuh penghayatan akan memperbaiki kualitas
batin. Batin yang berkualitas baik akan mudah melakukan perbuatan baik. Seperti
yang sudah disampaikan diatas, banyak berbuat baik akan memetik kebahagiaan.
Berbuat baik adalah doa yang sebenarnya.
Kalau
sudah begitu lalu posisi Tuhan ada dimana? Dan kontribusi Tuhan untuk
kebahagiaan umat manusia apa? Supaya tidak menjadi kontroversi antara dua
golongan agama ini, maka bisa diambil jalan tengah, bahwa Tuhan di golongan
agama yang kedua ini adalah Tuhan yang impersonal, bukan Tuhan yang personal
yang mempunyai banyak kehendak. Katakanlah Tuhan adalah fasilitator atas segala
hal sehingga segala hal itu bisa ada & bisa terjadi.
Hukum-hukum
universal alam semesta yang bekerja secara otomatis yang tadi sudah disinggung,
contohnya adalah bumi, bulan, bintang, yang adalah planet2 matahari itu beredar
di garis edar masing-masing tanpa bertabrakan atau besinggungan, ada hujan
turun, ada panas matahari, medan magnit yang terpotong oleh putaran kumparan kawat
tembaga menghasilkna arus listrik, pohon anggur membuahkan anggur, pohon pisang
berbuah pisang, proses mutasi gen manusia, proses pembuahan pada sel telur
wanita, proses perkembangbiakkan pada tumbuh-tumbuhan, proses bekerjanya
kesadaran pada manusia dan lain sebgainya. Semua proses tersebut bekerja sesuai
dengan hukum universal alam semesta yang berlaku. Jagad raya ini akan rusak
atau kiamat, tapi memerlukan waktu yang sangat lama sekali, yaitu jika sudah
tidak ada lagi orang baik, tidak ada lagi ajaran agama yang baik & benar,
namun akan muncul atau terbentuk kembali jagad raya yang baru yang juga
memerlukan waktu yang sangat lama sekali, begitu seterusnya dan semua itu
katakanlah fasilitatornya adalah Tuhan yang tak terpikirkan itu, yang diluar nalar
manusia biasa itu.Pemeluk agama golongan kedua ini tidak menghendaki orang lain
memeluk agama ini tanpa pertimbangan yang benar, tanpa paham dengan benar
ajarannya, agar pemeluk agama ini tahu persis kebenaran dari agama ini.
Sehingga anjurannya adalah Ehipassiko yang artinya adalah ajakan atau undangan
untuk datang dan melihat, melakukan verifikasi, pemeriksaan atau
penyelidikan untuk mendapatkan bukti,
daripada hanya sekadar percaya begitu saja.
Persoalan
berikutnya adalah bagaimana caranya dengan agama yang berbeda-beda itu kita
bisa bersatu dengan baik sehingga terwujudlah persatuan & kesatuan yang
kokoh dari pada bangsa Indonesia.?, bukan bersatu secara semu & suatu
ketika bisa timbul perseteruan hingga dapat menimbulkan perpecahan.? Sudah benar
itu istilah dalam agama Islam “Lakum dinukum waliyadin” yang artinya kurang
lebih adalah, “Bagimu agamamu, bagiku agamaku”, maka mari kita sadari itu
dengan baik sebaik-baiknya. Tidak boleh ada yang melakukan pemaksaaan kepada
pihak lain untuk menerima apa-apa yang dilakukan oleh para pemeluk agama
tertentu. Untuk kalangan sendiri boleh bahkan hendaknya dilakukan, tapi untuk
kalangan umum atau dalam hal bersosialisai dengan masyarakat banyak, maka
agamalah yang harus “menyesuaikan” dengan apa-apa yang berlaku umum, yang
berlaku di masyarakat banyak. “Menyesuaikan” itu “tepa slira” yang artinya
“tahu diri”, "sadar diri", atau ada “toleransi” yaitu menghormati
atas apa yang dilakukan oleh pihak lain, tidak melarangnya tapi mempersilahkan
melakukannnya asalkan tidak menganggu ketertiban umum meskipun dia sendiri
tidak mau melakukannya karena sudah bertentangan atau dilarang oleh ajaran
agama yang diyakininya, yang diyakini kebenarannya. Sebagai salah satu contoh
adlah ; silahkan memakan daging babi tapi saya tidak mau memakannya karena
tidak diperbolehkan oleh agama saya, silahkan adzan di masjid menggunakan
Loudspeaker TOA asalkan tidak terlalu keras karena bisa mengganggu kenyamanan
pihak lain, silahkan beribadah & bersembahyang sesuai agama masing-masing
asalkan tidak terlalu berisik & dilakukan pada tempatnya sehingga tidak
mengganggu kepentingan umum, dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lain.
Jika “tepa slira” tersebut dijalankan dengan baik maka niscaya terwujudlah
secara nyata persatuan & kesatuan bangsa Indonesia ini dengan
sepenuh-penuhnya, bukan hanya semu belaka...
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny