Banyak orang mendambakan masuk surga kekal
selamanya setelah meninggal nanti. Mereka memahaminya sebagai bisa masuk surga
kalau banyak berbuat baik, rajin memuji & menyembah Tuhan dan rajin berdoa.
Sejatinya manusia itu setelah meninggal bisa masuk surga (hidup di alam
bahagia), yang disebut sebagai terlahir kembali di alam bahagia, jika selama
hidupnya berperilaku baik yang benar, selalu atau banyak berbuat baik, karena
belaku hukum universal alam semesta yaitu hukum tabur tuai, hukum sebab-akibat
atau hukum karma. Hukum Karma adalah merupakan salah satu dari kelima hukum
universal alam semesta. Hukum Karma itu bekerja terus-menerus tanpa henti secara
otomatis, keputusannya tidak bisa ditawar-tawar atau di negosiasi, hanya bisa
disikapi saja dengan baik dan benar kalau ingin masuk surga, dan juga ingin
masuk atau merealisasi Nibbana.
Kalau mau berdoa, berdoalah yang baik
dan benar, tidak meminta, tidak memohon, melainkan mengucapkan dengan sepenuh
hati kata-kata ‘semoga’, yang merupakan ungkapan harapan baik, yang tidak egois
dan tidak berkonotasi ‘memaksa’ atau 'mendikte'.
Secara garis besar ada 31 kelompok
alam kehidupan. Alam Surga dan alam Neraka termasuk di dalamnya. Alam surga itu
bertingkat-tingkat, demikian juga dengan alam Neraka dan alam-alam kehidupan
lainnya. Kecuali bumi yang merupakan alam kehidupan bagi manusia dan bagi
binatang. Bumi tidak bertingkat, yang bertingkat (tidak selalu sama) itu adalah
kualitas batin atau kualitas spiritual penghuninya.
Penghuni suatu alam kehidupan itu
telah sesuai dengan perbuatan, atau prestasi yang bersangkutan di hidupnya
sebelum meninggal. Hidup di suatu alam itu tidaklah kekal, akan berakhir (mati)
jika karma nya sudah habis, kondisi yang ada sudah tidak mendukung lagi.
Manusia dan juga makhluk lain itu
tidak akan terlahir kembali atau mencapai Nibbana kekal abadi selamanya, yang
artinya telah merealisasi kebahagiaan kekal non inderawi, jika sudah menjadi suci,
atau merealisasi kesucian sempurna, sudah mencapai arahat, atau dikatakan sudah
tidak memproduksi dosa baru.
Oleh karena itu berdasarkan uraian
diatas, jelaslah bahwa tujuan akhir dari kehidupan itu bukanlah Surga,
melainkan Nibbana, tidak terlahirkan kembali, telah padam. Nibbana bukanlah
alam, bukan alam kehidupan. Bagaimana rasanya merealisasi Nibbana itu tidak
dapat dijelaskan, harus dialami sendiri. Contoh, bagaimana cara menjelaskan
rasa durian yang enak kepada orang lain? Semua yang disampaikan tentulah salah.
Yang dibayangkan dari si pendengar penjelasan tentang rasa durian tentulah tidak
bisa sama dengan yang dimaksudkan oleh si pemberi penjelasan rasa durian. Belum lagi ada
yang bilang durian itu rasanya enak, dan ada pula yang bilang bahwa durian itu
tidak enak, menyebabkan muntah. Jadi untuk mengetahui rasa durian, haruslah
dirasakan sendiri, harus dengan cara memakan durian, tidak ada cara lain.
Manusia bisa masuk Surga (hidup di
alam bahagia) atau masuk Neraka (hidup di alam penderitaan) yang mana, yang
tingkatnya seperti apa, adalah tergantung dari perilakunya selama dia hidup. Sedangkan
untuk menjadi orang suci dan merealisasi Nibbana tidaklah mudah, tidak cukup
hanya berbuat baik dan lain-lain. Harus menjadi orang suci, yang disebut
menjadi arahat. Jalan yang harus ditempuh untuk bisa menjadi arahat adalah dengan cara tekun berlatih meditasi, berlatih
secara terus-menerus, berkesinambungan tak berbatas waktu hingga dicapainya
kondisi arahat. Meditasi sendiri bisa dikategorikan menjadi dua macam, yaitu
Meditasi Ketenangan atau Samatha Bhavana dan Meditasi Pandangan Terang atau
Vipassana Bhavana.
Orang yang berhasil di dalam
meditasi, sudah pasti dibarengi dengan perilaku baik, yaitu melaksanakan ‘Dana’
(yaitu sering membantu orang lain yang membutuhkan, berbagi atau berperilaku
tidak serakah atau tidak kikir), dan melaksanakan ‘Sila’ (tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbuat
zina, tidak berbohong dan tidak minum minuman yang dapat melemahkan kesadaran atau mabuk).
Demikianlah uraian tentang masuk
Surga dan merealisasi Nibbana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar