Dua belas mata rantai “Sebab Musabab Yang Saling Bergantungan” itu bukanlah teori metafisik tanpa bukti, adalah kebenaran yang dijelaskan dalam kitab suci Tipitaka oleh beliau sang guru agung manusia & dewa yang telah tercerahkan (enlightened) dalam usia persis 35 tahun. Kitab suci tersebut diatas bukanlah rangkuman wahyu-wahyu Tuhan melainkan rangkuman ajaran keselamatan dari guru agung hasil penemuannya sendiri (telah enlightened) yang dibabarkan melalui khotbah-khotbah beliau kepada murid-muridnya para Bhikku. Manusia itu mampu membuktikan sendiri kebenaran dari sebab musabab yang saling bergantungan tersebut diatas jika telah "enligtened" yang tidak gampang dicapai, yang pasti memerlukan banyak sekali kehidupan untuk mencapainya, yaitu kehidupan di banyak alam termasuk alam surga (alam kebahagiaan) & juga alam neraka (alam penderitaan) jika dalam kehidupan sebelumnya banyak mengalami kemunduran (banyak berbuat jahat).
Semua manusia bahkan semua makhluk akhirnya akan bisa mencapai kondisi
Nibbana (Enlightened), suatu kondisi bahagia kekal abadi non indrawi, bebas atau sudah terlepas dari belenggu Samsara, belenggu kehidupan yang berkali-kali. Enlightened (mencapai Nibbana) adalah tujuan akhir dari
kehidupan manusia bahkan kehidupan semua makhluk.
Dalam ajaran guru agung tidak disinggung banyak tentang Tuhan, seperti
yang banyak orang pahami bahwa Tuhan itu bukan sesuatu yang bisa disamakan dengan apa yang
ada didalam pikiran manusia. Oleh karena itu memikirkan atau mengungkit-ungkit tentang
Tuhan adalah kurang bermanfa’at. Orang yang bisa mencapai kebebasan (Nibbana) itu tidak
harus mengetahui Tuhan itu apa, siapa & bagaimana karena memang tidak mudah dipahami,
tak dapat dinalar. Kunci manusia dapat mencapai kebebasan adalah apabila dapat menyikapi
dengan baik & benar berlakunya hukum karma atau hukum tabur-tuai atau hukum
sebab-akibat, dengan cara tekun melatih pengembangan kerelaan, kemoralan &
konsentrasi, hingga tercapainya "enlightened".
Salah satu ayat dalam ajaran guru agung yang sangat penulis sukai
adalah ayat : Kalama Sutta; Anguttara Nikaya 3.65 yang bunyinya sbb :
• Jangan percaya dengan sebuah berita hanya karena engkau
mendengarnya.
• Jangan percaya dengan sebuah tradisi hanya karena tradisi itu
telah dilakukan
selama beberapa generasi.
selama beberapa generasi.
• Jangan percaya kepada sesuatu hanya karena sesuatu itu ramai
dibicarakan
orang.
orang.
• Jangan percaya kepada sesuatu hanya karena sesuatu itu telah
dituliskan
kedalam buku-buku suci.
kedalam buku-buku suci.
• Jangan percaya kepada sesuatu hanya karena sesuatu itu
diajarkan oleh para
guru dan orang-orang tua.
guru dan orang-orang tua.
Dengan kesadaran, perenungan, akal sehat dan pengalaman sendiri,
bahwa sesuatu hal itu memang patut diterima atau dipercayai, mengandung kebenaran,
menuju kebahagiaan, maka sudah selayaknya untuk menerima dan hidup berdasarkan
hal-hal tersebut.
Demikianlah uraiannya, jika anda berkeyakinan lain maka biarkanlah
tulisan ini merupakan pengetahuan / pendapat yang berbeda. PEACE…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar