Translate

Senin, 01 April 2019

Pandangan Salah


Hasil gambar untuk pandangan salahDiṭṭhi adalah pandangan, opini, teori, dogma atau kepercayaan. Tetapi di dalam Abhidhamma, faktor-mental diṭṭhi merujuk pada pandangan-salah (micchādiṭṭhi), yaitu pandangan atau opini yang keliru (vitathā diṭṭhi), tidak berdasar atau tidak sesuai dengan realitas.
Pandangan-salah membuat kesan dan pendapat yang keliru terhadap objek, seperti halnya seseorang menganggap fatamorgana sebagai genangan air. Pandangan-salah juga diibaratkan seperti pesulap yang mampu mengelabui penonton dengan merubah tanah menjadi emas.
Demikianlah, pandangan-salah membuat kita melekat pada pemahaman keliru tentang adanya diri atau roh yang solid dan kekal, di mana sesungguhnya yang ada hanyalah proses batin-dan-materi yang terus menerus berubah dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Pandangan-salah adalah juga pandangan yang dihindari oleh orang-orang yang bijaksana karena membawa ketidak-beruntungan. Ketidak-beruntungan yang dimaksud disini berupa ketidak-mampuan makhluk yang masih mempunyai pandangan-salah untuk keluar dari saṃsāra. Inilah mengapa Guru Agung Tathagata mengatakan bahwa tidak ada dhamma yang lebih merusak daripada pandangan-salah.
Sedemikian hebatnya dampak yang ditimbulkan oleh pandangan-salah, hingga mampu mendorong manusia untuk saling membunuh demi mempertahankan kepercayaannya masing-masing. Lebih hebatnya lagi, pandangan-salah meyakinkan dia bahwa dengan melakukan hal tersebut maka dia akan terlahir di surga yang kekal dan abadi.
Seseorang yang melekati pandangan-salah menjadi sangat fanatik terhadap dogma dan menutup diri terhadap kemungkinan-kemungkinan yang lain. Menurut dia, dogma adalah ajaran yang sempurna dan harus dijaga kemurniannya dengan resiko apa pun. Bahkan, nyawa pun siap untuk dikorbankan demi mempertahankan ajaran-ajaran mereka. Buat dia, apa pun yang terjadi di muka bumi harus sama persis dengan apa yang menjadi keyakinannya. Apabila seluruh isi bumi belum sama dengan apa yang diyakini, maka dia akan berjuang untuk membuat dan memanipulasi bumi dan isinya supaya bisa sesuai dengan idealismenya. Buat dia hanya ini saja yang benar, yang lain salah. Karena kefanatikannya, dia menjadi seorang yang fundamentalis, seseorang yang ingin membuat bumi dan seluruh isinya sesuai dengan yang dia idam-idamkan.
Menurut keyakinannya, kebahagiaan baru akan tercapai apabila bumi dan isinya bisa disusun sesuai dengan dogma yang dia terima. Karena pengaruh delusi, dia tidak sadar bahwa kebahagiaan ada di dalam hati. Dunia dan seisinya bukan merupakan penyebab munculnya kebahagiaan. Sikap dan perilaku kita dalam menyikapi pengalaman kehidupan di dunia inilah yang sesungguhnya menjadi sumber kebahagiaan.
Karena kebodohan, dia memakai dogma sebagai “alat pukul” untuk menakut-nakuti dan menyakiti makhluk lain, yang berbeda pandangan dengannya.

Mari mempertanyakan

Banyak orang meyakini bahwa Tuhan itu digambarkan sebagai dzat yang maha kuasa, maha pencipta, mengatur segalanya, punya hajat, punya kehendak dan lain sebagainya. Sehingga dalam hal ini Tuhan atau dzat yang diaksud seolah-olah merupakan suatu pribadi atau entitas.
1.      Tuhan yang difahami sebagai dzat itu adalah maha kuasa.
OK, sebab yang maha kuasa itu ada, yaitu hukum alam. Manusia tidak bisa luput dari hukum alam. Tidak bisa menegosiasi atau menawar kemahakuasaan (ketentuan) hukum alam.
2.      Tuhan yang difahami sebagai dzat itu adalah maha pencipta.
Apakah yang dimaksud dengan maha pencipta disini? Alam semesta ini tidak diciptakan, terjadinya melalui proses yang sangat lama, dan umurnya sebelum berkondisi seperti sekarang ini sudah sangat lama sekali, saking lamanya sudah tidak diketahui lagi kapan proses terjadinya alam semesta ini dimulai. Alam semesta itu diciptakan atau terjadinya melalui proses itu sebenarnya tidak penting buat manusia, kecuali sebagai pengetahuan umum belaka.
Sekarang ini sudah tidak ada lagi yang diciptakan. Semua yang ada, yang terjadi adalah karena ada sebabnya. Yaitu sesuai atau menuruti ketentuan hukum alam sebab-akibat. Ada sebab yang menciptakan (menjadikan) akibat. Akibat tidak mungkin ada kalau tidak ada sebabnya.
3.      Tuhan yang difahami sebagai dzat itu adalah mengatur segalanya.
Sebenarnya semua yang terjadi adalah menuruti hukum alam. Tidak ada yang mengatur. Bumi dan planet-planet lain itu berotasi secara otomatis di garis edarnya masing-masing adalah sesuai dengan hukum alam. Bayangan bulan “yang terjadi” dalam air, adalah sesuai atau karena hukum alam, bukan karena diatur oleh Tuhan. Tangan kita yang menyentuh api terasa panas, atau kalau kita mencelupkan tangan kita kedalam air maka tangan kita akan basah, itu adalah karena hukum alamnya begitu, bukan karena diatur oleh Tuhan.
4.      Tuhan yang difahami sebagai dzat itu mempunyai hajat atau punya kehendak.
Hajatnya adalah menciptakan alam semesta, memasukkan manusia jahat kedalam api neraka jika kelak dia / mereka mati, dan lain sebagainya. Yang benar adalah, alam semesta ini terjadi melalui proses sebab-akibat, bukan diciptakan. Manusia masuk neraka disebabkan oleh perbuatan jahatnya yang mengakibatkan penderitaan masuk neraka, adalah sesuai dengan hukum alam sebab-akibat atau hukum tabur-tuai atau hukum karma.
Dalam menjalani kehidupannya, yang paling penting bagi manusia itu adalah berupaya hidup suci. Supaya bisa mencapai Keabadian Bahagia Non Inderawi. Sebelum berhasil merealisasi hidup suci, tahapannya adalah hidup dengan baik (berperilaku baik), tidak serakah, tidak membenci & tidak dungu terlebih dahulu, dengan cara mempraktekkan dengan baik dan benar “Jalam Mulia Berunsur Delapan” agar bisa merealisasi hidup suci. Bukan dengan cara menyembah & memohon, cara ini hanya akan bermanfaat jika bisa membuat yang bersangkutan menjadi lebih baik perilakunya.