Translate

Senin, 11 Maret 2019

Tuhan (c)


Kalau begitu ceritanya, berarti Tuhan itu dulu berpikir begini barangkali ya, ah... saya mau menciptakan alam semesta ah...
Ah... saya mau menciptakan manusia ah... supaya saya bisa apa-apa kan mereka. Saya beri mereka hawa nafsu, supaya kalau mereka mudah tergoda oleh iblis yang saya ciptakan juga, mereka akan masuk Neraka...
Saya ciptakan juga malaikat-malaikat yang tidak punya nafsu, yang masing-masing punya tugas antara lain mencatat perbuatan baik / buruk manusia, mencabut nyawa manusia, dan lain-lain dan lain-lain. Asyiik... Kalau sudah begitu kan nanti semuanya bisa terjadi... ada perkelahian, ada perselingkuhan, ada perang, ada bom meledak juga di dunia yang saya ciptakan, hehe... Meski tentu saja ada juga orang-orang baik, orang-orang suci, dan lain-lain yang bisa mengendalikan nafsunya... yang telah sadar... tapi kan yang seperti itu tidak banyak...
Intinya siapa-siapa yang mampu berbuat baik, ingat & rajin menyembah saya, akan saya naikkan ke Sorga, termasuk para pencoleng, pembunuh, pemerkosa, dan lain-lain, asal mau bertobat secara sungguh-sungguh, masuk Surga juga dia. Terus para kurban dari penjahat-penjahat tersebut diatas, itu artinya mereka sedang mendapat cobaan dari saya, hehe...
Manusia itu tahunya bahwa makhluk hidup itu hanya ada di bumi, yang cuma setitik debu itu jika dibandingkan dengan sekian trilyun planet-planet yang saya ciptakan di banyak tatasurya & galaksi... Tapi biarkan saja... memang sangkaan mereka begitu, hehehe...

Sorry.. saya ini, yang menulis ini, adalah orang bodoh tapi suka bergurau... Jika pemikiran mereka seperti diatas, kalau penjelasannya begitu begitu saja, saya pasti tidak akan mengerti & tetap menjadi orang bodoh... hehehe...

Senin, 04 Maret 2019

Seperti apa kelanjutannya setelah kita mati?

Hasil gambar untuk kehidupan setelah matiMengapa kita tidak memikirkan lebih jauh, atau menanyakan lebih lanjut, seperti apa atau bagaimana nasib kita nanti setelah mati?
Bagaimana keadaan yang sesungguhnya yang akan kita terima, atau akan kita rasakan nanti setelah kita mati?
Kebanyakan dari kita adalah orang yang biasa-biasa saja, tidak ada yang menonjol dari perilaku kita selama ini. Kebanyakan kita tidak berperangai sangat buruk, atau berperangai sangat jahat, ataupun berperangai sangat baik, atau berperangai mendekati orang suci, layaknya orang suci.
Kalau perangainya selama hidup sangat buruk, atau sangat jahat, maka sudah pantas kalau masuk Neraka. Demikian pula orang yang selama hidupnya berperangai sangat baik, maka layak pulalah dia kalau masuk Surga. Namum bagaimana jika seseorang selama hidupnya berperangai biasa-biasa saja? Masuk Surga atau masuk Neraka dia? Atau masuk Neraka dan kemudian setelah itu masuk Surga? Berapa lama? Atau akan masuk ke alam lain, yang bukan Surga ataupun bukan Neraka? Melainkan alam yang bukan alam penderitaan, dan bukan pula alam kebahagiaan? Alam seperti apakah itu?
Pertanyaan berikutnya, masuk Neraka atau masuk Surga itu selamanya atau tidak? Kalau tidak selamanya lalu kelanjutannya bagaimana? Kalau selamanya kasian yang masuk Neraka selamanya akibat berbuat jahat selama hidup yang hanya sekitar 80 tahun? Dimanakah keadilan berada?
Mengapa pertanyaan-pertanyaan seperti itu tidak terjadi atau tidak keluar dari pikiran? Mengapa? Memang, yang paling penting bagi kita adalah berusaha banyak berbuat baik, dan berusaha tidak berbuat jahat. Agama adalah penunjuk jalan, semua agama mengajarkan itu. Antara lain mengajarkan untuk berbuat baik, tidak berbuat jahat.
Atas pertanyaan-pertanyaan diatas, maka jawaban yang benar adalah sebagai berikut :
1.      Setelah mati kita akan melanjutkan hidup kita di alam lain, yang sesuai dengan perbuatan kita semasa hidup. Ada alam Neraka, ada alam Surga dan ada alam-alam lainnya. Alam Neraka itu bermacam-macam, atau bertingkat-tingkat, demikian pula dengan alam Surga, juga bertingkat-tingkat. Secara garis besar ada 31 alam kehidupan.
2.      Di alam-alam tersebut kita akan mati juga, dan melanjutkan kehidupan berikutnya di alam yang sama, atau di alam yang lain, yaitu alam yang sesuai dengan perilaku kita di hidup sebelumnya.
3.      Demikian seterusnya sampai kita atau yang bersangkutan menjadi orang suci, yang sudah tidak memproduksi dosa baru, sehingga sudah tidak ada lagi alasan baginya untuk hidup kembali di alam manapun. Tidak ada lagi yang harus dipertanggungjawabkan. Jika demikian maka artinya sudah padam, sudah mencapai seberang, mencapai tingkat Arahat, merealisasi Nibbana, merealisasi kebahagiaan hakiki non inderawi kekal abadi selamanya. Bahagia hakiki seperti apa, tidak bisa diceritakan, harus dialami sendiri. Rasa buah durian saja tidak bisa diceritakan dengan tepat, harus dirasakan sendiri.
4.      Untuk merealisasi Nibbana, tidaklah cukup hanya berbuat baik saja, tetapi harus menjadi orang suci, harus berlatih meditasi Samatha dilanjutkan dengan meditasi Vippasana secara tekun, terus menerus sampai berhasil mencapai penerangan sempurna (Enlightened), berhasil mencapai Arahat atau berhasil merealisasi Nibbana. Meditasi tersebut adalah merupakan jalan pintas, yang dapat dilakukan bukan hanya di dunia ini saja, tetapi juga di alam lain yang bisa memfasilitasi.

Rabu, 27 Februari 2019

Empat Alam Brahma Tanpa Bentuk (Arûpabhûmi)


Arûpabhûmi merupakan alam tempat kemunculan empat unsur batiniah, yakni alam tempat kelahiran batiniah para brahma tanpa bentuk. Meskipun disebut sebagai suatu 'alam' yang mengacu pada tempat atau bentuk, di sini sesungguhnya sama sekali tidak ada unsur jasmaniah sehalus apa pun, dan dalam wujud apa pun. Sebutan ini terpaksa dipakai untuk dapat mengacu pada kemunculan serta keberadaan unsur-unsur batiniah tersebut. Kelahiran di alam brahma tanpa bentuk ini terjadi karena pengembangan perenungan yang memacak terhadap unsur jasmaniah yang menjijikkan, sehingga tak menghasratinya (rûpavirâgabhâvanâ).

Arûpabhûmi terbagi menjadi empat alam, yakni :

1.       Âkâsânañcâyatanabhûmi (Alam Arupa Brahma tingkat 1) : adalah alam kehidupan bagi brahma tanpa bentuk yang berhasil meraih meditasi tingkat pathama-arûpajhâna dengan obyek meditasi angkasa tanpa batas. Para brahma di alam ini memiliki konsepsi ruangan yang tanpa batas. Usia kehidupan di alam ini adalah 20.000 Mahakappa.

2.       Viññânañcâyatanabhûmi (Alam Arupa Brahma tingkat 2) : adalah alam kehidupan bagi brahma tanpa bentuk yang berhasil meraih meditasi tingkat dutiya-arûpajhâna dengan obyek meditasi kesadaran tanpa batas. Para brahma di alam ini memiliki konsepsi kesadaran tanpa batas. Usia kehidupan di alam ini adalah 40.000 Mahakappa.

3.       Âkiñcaññâyatanabhûmi (Alam Arupa Brahma tingkat 3) : adalah alam kehidupan bagi brahma tanpa bentuk yang berhasil meraih meditasi tingkat tatiya-arûpajhâna dengan obyek meditasi kehampaan. Para brahma di alam ini memiliki konsepsi kekosongan. Usia kehidupan di alam ini adalah 60.000 Mahakappa.

4.       Nevasaññânasaññâyatanabhûmi (Alam Arupa Brahma tingkat 4) : adalah alam kehidupan bagi brahma tanpa bentuk yang berhasil meraih meditasi tingkat catuttha-arûpajhâna dengan obyek meditasi bukan ingatan, bukan pula tanpa-ingatan. Para brahma di alam ini memiliki konsepsi bukan pencerapan, juga bukan tidak pencerapan. Usia kehidupan di alam ini adalah 84.000 Mahakappa.