Berbuat baik itu tidak sia-sia, banyak orang lain senang.
Tidak ada yang bisa mencelakakan orang baik, siapapun itu. Jika celaka, itu adalah
buah dari perbuatan buruknya dimasa lalu. Perbuatan baiknya belum berbuah.
Ibarat menanam pohon mangga, berbuahnya tidak secepat pohon pisang. Kalau kita
berbuat baik, orang lain akan senang, kitapun menjadi senang karenanya, dan
keadaan / lingkungan juga menjadi senang (baik). Dari satu sisi, hal itu dapat
dikatakan, bahwa perbuatan baik akan menghasilkan kebaikan (kebahagiaan). Masih
banyak sisi-sisi yang lain, kalau berbuat baik itu akan menghasilkan kebaikan
atau kebahagiaan. Kalau dalam hidup ini kita banyak berbuat baik, maka setelah
mati nanti kita akan berada di alam yang baik, ini adalah salah satu dari sisi
yang lain tersebut diatas. Kesimpulan : Di alam semesta ini berlaku hukum
sebab-akibat, hukum tabur-tuai atau hukum karma, dan ini adalah kenyataan.
Kalau anda kurang percaya, atau kurang yakin atas kebenaran tulisan ini,
silahkan belajarlah terus. Belajar teori, yang paling mudah adalah menggunakan internet.
Belajar praktek, silahkan menemui praktisi Dhamma (Bhikkhu, Bhikkhuni, di
Vihara-vihara, adalah para pertapa jaman now).Blog ini menampilkan tulisan-tulisan yang dapat dikategorikan sebagai tulisan : Pengetahuan Benar, Wawasan, Kata-Kata Bijak, Lain-lain. Jika pembaca tidak sependapat dengan tulisan yang ada dalam blog ini, tolong abaikan saja dan lupakan! Terima kasih.
Translate
Minggu, 09 September 2018
Berbuat baik.
Berbuat baik itu tidak sia-sia, banyak orang lain senang.
Tidak ada yang bisa mencelakakan orang baik, siapapun itu. Jika celaka, itu adalah
buah dari perbuatan buruknya dimasa lalu. Perbuatan baiknya belum berbuah.
Ibarat menanam pohon mangga, berbuahnya tidak secepat pohon pisang. Kalau kita
berbuat baik, orang lain akan senang, kitapun menjadi senang karenanya, dan
keadaan / lingkungan juga menjadi senang (baik). Dari satu sisi, hal itu dapat
dikatakan, bahwa perbuatan baik akan menghasilkan kebaikan (kebahagiaan). Masih
banyak sisi-sisi yang lain, kalau berbuat baik itu akan menghasilkan kebaikan
atau kebahagiaan. Kalau dalam hidup ini kita banyak berbuat baik, maka setelah
mati nanti kita akan berada di alam yang baik, ini adalah salah satu dari sisi
yang lain tersebut diatas. Kesimpulan : Di alam semesta ini berlaku hukum
sebab-akibat, hukum tabur-tuai atau hukum karma, dan ini adalah kenyataan.
Kalau anda kurang percaya, atau kurang yakin atas kebenaran tulisan ini,
silahkan belajarlah terus. Belajar teori, yang paling mudah adalah menggunakan internet.
Belajar praktek, silahkan menemui praktisi Dhamma (Bhikkhu, Bhikkhuni, di
Vihara-vihara, adalah para pertapa jaman now).Sabtu, 08 September 2018
Hati & Pikiran.
Jumat, 07 September 2018
Berdoa.
Alam ini punya hukum universal yang tidak bisa ditawar
oleh siapapun. Kalau kita ingin sukses dalam berusaha, lakukanlah sesuai teori
sains nya, dan bekerjalah secara keras & cerdas. Kata-kata bijaknya adalah,
“Hasil tidak pernah mengingkari usaha”. Hasil tidak bisa diraih hanya dengan
doa. Bekerja dengan keras & cerdas disertai dengan banyak berbuat baik
dapat mendatangkan hasil yang baik. Sehingga dalam hal ini berbuat baik adalah
doa yang sebenarnya.
Mengapa harus berbuat baik? Hukum alam (hukum universal)
menyatakan bahwa, berbuat baik akan menghasilkan hal yang baik, berbuat buruk akan
menghasilkan hal yang buruk. Hukum alam ini adalah, hukum sebab-akibat, hukum
tabur-tuai, atau hukum karma. Sehingga dengan demikian, bekerja dengan keras
& cerdas disertai dengan banyak berbuat baik akan mewujudkan kesuksesan. Kesalahan fatal orang-orang
Indonesia, bahkan banyak orang di dunia, adalah mengandalkan doa, mereka
mempercayai betul bahwa semua itu bisa diselesaikan dengan doa. Itu salah
besar. Kecuali doa yang baik, karena doa yang baik adalah perbuatan baik. “Perbuatan
baik adalah doa yang sebenarnya”.
Perenungan terhadap tubuh.
Berikut ini adalah khotbah Sang Guru Agung, mengenai Kemenangan atas Kegelapan Batin, yang berkenaan dengan kerangka tubuh yang tidak murni, mengenai sifat tubuh yang tidak
menarik, sebagai berikut :1. Selagi berjalan, berdiri, duduk maupun berbaring, siapa pun juga akan mengerutkan atau meregangkan tubuhnya. Demikianlah gerakan tubuh
2. Tubuh disatukan dengan tulang dan otot, direkat dengan kulit dan daging, sehingga sifatnya yang sejati tidak dipahami
3.Tubuh berisi usus di rongga perut, gumpalan hati di dalam perut, kandung kencing, jantung, paru-paru, ginjal dan limpa
4. Dengan lendir, air liur, keringat, getah bening, darah, cairan selaput, empedu dan lemak
5. Lewat sembilan aliran, kekotoran terus menerus mendesak keluar, dari mata keluar kotoran mata, dari telinga keluar kotoran telinga
6. Dari hidung keluar ingus, kadang-kadang tubuh mengeluarkan muntahan lewat mulut, dan mengeluarkan cairan empedu serta lendir, dari tubuh keluar keringat dan kotoran
7. Rongga di kepala dipenuhi otak, tetapi orang bodoh karena ketidaktahuannya menganggapnya sebagai benda yang bagus
8. Ketika tubuh terbaring mati dalam keadaan bengkak, dan pucat kebiru-biruan, lalu disingkirkan ke tanah pekuburan, tidak lagi ada sanak saudara yang menginginkannya
9. Anjing, serigala, cacing, gagak dan burung nasar, serta makhluk-makhluk lain memakan bangkainya
10. Di dunia ini, bhikkhu yang bijaksana, yang mendengarkan kata-kata Guru Agung, akan memahami tubuh ini sepenuhnya, serta melihatnya dengan pandangan benar
11. Dia membandingkan tubuhnya dengan mayat, dan karena berpikir bahwa tubuh ini sama seperti mayat dan mayat sama dengan tubuh ini, dia menghapus nafsu terhadap tubuhnya sendiri
12. Di dunia ini, bhikkhu yang bijaksana seperti itu, yang terbebas dari nafsu keinginan dan kemelekatan, akan mencapai keadaan Nibbana yang kekal, yang hening dan tanpa kematian
13. Tubuh ini bersifat tidak murni, berbau busuk dan penuh dengan berbagai kebusukan yang menetes di sana sini
14. Jika orang yang memiliki tubuh seperti ini menyombongkan dirinya sendiri, dan merendahkan yang lain, hal itu semata-mata disebabkan karena kurangnya pandangan terang pada dirinya
Semoga semua makhluk berbahagia
Minggu, 02 September 2018
Kiamat.
Kiamat akan terjadi ketika moral umat manusia sudah berada pada titik
yang sangat rendah, dan agama-agama sudah tidak berfungsi lagi, umur rata-rata manusia sangat pendek sekitar 10 tahun. Terjadi
kemarau yang sangat panjang, tidak turun hujan lagi. Itu adalah
tanda-tanda kiamat yang sebenarnya (boleh dipegang). Jangan kawatir, kiamat
masih sangat lama. Yang penting bagi kita semua, perbanyaklah perbuatan
baik (kasih & turunannya), kurangilah perbuatan jahat (serakah &
turunannya, membenci & turunannya), dan berusahalah mensucikan hati
& pikiran (tidak dungu -> cerdas, tahu mana yang baik / benar
& tahu mana yg buruk / salah, tidak delusi -> penghayal ulung
yang sia-sia).Sabtu, 01 September 2018
Sang Aku.
Tahukah Anda?Pada suatu ketika teman Anda datang, dia mengatakan, Aduh, tadi malam si "X" masih bercerita sama aku sambil minum kopi.
Lalu kenapa dia?
Pagi-pagi tadi dia bangun, masih minum kopi, terus tidak lama kemudian dia meninggal. Aduh, susah sekali saya. Iya, dia memang bukan sanak, bukan saudara, tetapi dia itu tetangga yang baik, sudah seperti keluarga.
Karena Anda tidak kenal, tidak pernah bertemu dengan tetangga
teman Anda. Maka ketika diceritakan
demikian, Anda tidak akan susah atau sedih.
Oh iya, hidup ini tidak kekal. Semua orang bisa mati.
Anda bisa mengatakan demikian karena tidak ada kemelekatan disana. Bertemu saja tidak pernah, apalagi kenal. Orang yang kenal, yang melekat, adalah teman Anda. Tetapi, kalau kematian itu terjadi pada keluarga misalnya, ibu, ayah, anak, istri, atau suami Anda, Anda akan menderita. Anda tidak bisa tenang, seimbang, arif, bijaksana. Anda tidak bisa mengatakan lagi : oh iya, semua kehidupan tidak kekal. Istriku baru saja meninggal! Anda bisa tetap seimbang kah? Tenang kah? SULIT!
Karena itu istri-ku, itu suami-ku, itu ibu-ku, itu ayah-ku. Bukan hanya keluarga saja, tetapi juga kenalan baik anda, Anda ikut sedih, Anda turut menderita. Karena ada "aku" di situ. Andai tidak ada "aku", tidak menderita sama sekali. Semakin besar "aku" nya, maka semakin menderita.
Jangan menyepelekan "Aku"!
Ada yang mengatakan : Bhante, "aku" / "egois" itu kan bukan suatu kejahatan! Paling-paling kalau "aku" nya besar, bisa dikatakan : sombong sekali dia, arogan!, paling-paling hanya itu saja yang akan dikatakan orang, Bhante?
Saat ada acara / hajatan pasti maunya duduk di depan. Jika penerima tamu tidak mengerti, lalu dia di dudukkan dibelakang, maka dia marah-marah.
Mengapa aku disuruh duduk di belakang? Jasaku mengapa tidak dihargai?, mereka tidak tahu, aku ini siapa?
Saya pernah diberitahu seseorang bhante, kalau seperti itu, dia bukan seorang pemimpin. Orang seperti itu namanya pemuka, bukan pemimpin. Dia ingin duduk di muka, kelihatan di muka. Pemimpin, kalau kehilangan huruf "n" sangat berbahaya, "pemimpin", "n" nya di hilangkan jadi "pemimpi". Omongannya gede-gede, tetapi tidak pernah melaksanakan hal yang sudah diucapkan.
Bhante, untuk "aku" itu, paling-paling orang lain hanya akan mengatakan, Wah! Dia itu sombong banget. "Aku" nya gede-gede. Kadang-kadang orang yang "aku" nya besar itu enjoy saja, enak saja dia. Keakuannya melambung itu merasa enak. Dia tidak merasa. Orang lain yang melihat, yang bergaul dengan dia akan menjadi risi. Orang tersebut, yang dilakukannya tidak seberapa, tetapi sombongnya bisa sundul ke langit. Orang lain jadi risi, dirinya sendri cuek saja, enjoy saja. Dia malah mengumbar keakuannya itu.
Tapi paling-paling hanya begitu kan Bhante? Tidak berbahaya kan?
Oh, jangan meremehkan keakuan, Saudara!.
Jangan bermai-main dengan sang "aku"! Bukan hanya persoalan kesombongan saja, tetapi bisa berbahaya. Dia adalah biang dari segala biang penderitaan.
Oh iya, hidup ini tidak kekal. Semua orang bisa mati.
Anda bisa mengatakan demikian karena tidak ada kemelekatan disana. Bertemu saja tidak pernah, apalagi kenal. Orang yang kenal, yang melekat, adalah teman Anda. Tetapi, kalau kematian itu terjadi pada keluarga misalnya, ibu, ayah, anak, istri, atau suami Anda, Anda akan menderita. Anda tidak bisa tenang, seimbang, arif, bijaksana. Anda tidak bisa mengatakan lagi : oh iya, semua kehidupan tidak kekal. Istriku baru saja meninggal! Anda bisa tetap seimbang kah? Tenang kah? SULIT!
Karena itu istri-ku, itu suami-ku, itu ibu-ku, itu ayah-ku. Bukan hanya keluarga saja, tetapi juga kenalan baik anda, Anda ikut sedih, Anda turut menderita. Karena ada "aku" di situ. Andai tidak ada "aku", tidak menderita sama sekali. Semakin besar "aku" nya, maka semakin menderita.
Jangan menyepelekan "Aku"!
Ada yang mengatakan : Bhante, "aku" / "egois" itu kan bukan suatu kejahatan! Paling-paling kalau "aku" nya besar, bisa dikatakan : sombong sekali dia, arogan!, paling-paling hanya itu saja yang akan dikatakan orang, Bhante?
Saat ada acara / hajatan pasti maunya duduk di depan. Jika penerima tamu tidak mengerti, lalu dia di dudukkan dibelakang, maka dia marah-marah.
Mengapa aku disuruh duduk di belakang? Jasaku mengapa tidak dihargai?, mereka tidak tahu, aku ini siapa?
Saya pernah diberitahu seseorang bhante, kalau seperti itu, dia bukan seorang pemimpin. Orang seperti itu namanya pemuka, bukan pemimpin. Dia ingin duduk di muka, kelihatan di muka. Pemimpin, kalau kehilangan huruf "n" sangat berbahaya, "pemimpin", "n" nya di hilangkan jadi "pemimpi". Omongannya gede-gede, tetapi tidak pernah melaksanakan hal yang sudah diucapkan.
Bhante, untuk "aku" itu, paling-paling orang lain hanya akan mengatakan, Wah! Dia itu sombong banget. "Aku" nya gede-gede. Kadang-kadang orang yang "aku" nya besar itu enjoy saja, enak saja dia. Keakuannya melambung itu merasa enak. Dia tidak merasa. Orang lain yang melihat, yang bergaul dengan dia akan menjadi risi. Orang tersebut, yang dilakukannya tidak seberapa, tetapi sombongnya bisa sundul ke langit. Orang lain jadi risi, dirinya sendri cuek saja, enjoy saja. Dia malah mengumbar keakuannya itu.
Tapi paling-paling hanya begitu kan Bhante? Tidak berbahaya kan?
Oh, jangan meremehkan keakuan, Saudara!.
Jangan bermai-main dengan sang "aku"! Bukan hanya persoalan kesombongan saja, tetapi bisa berbahaya. Dia adalah biang dari segala biang penderitaan.
Jumat, 31 Agustus 2018
Kehidupan & Dhamma.
Ada orang tidak percaya sebab akibat, sesungguhnya miskin, kaya, cantik, jelek adalah sebab akibat.
Ada orang tidak percaya ketidakkekalan, sesungguhnya lahir, tua, sakit,
mati, senang, marah, sedih, bahagia adalah ketidakkekalan.
Anda, meskipun tidak berjalan di dalam Dhamma, anda bisa berjalan
kedalam kehidupan, menggunakan hati untuk menyadari kehidupan, karena
kehidupan ada didalam ajaran Dhamma, dan ajaran Dhamma ada
didalam kehidupan.
Langganan:
Komentar (Atom)

