Semua ajaran agama diperoleh dari katanya, kata buku,
kata manusia. Agama juga buatan manusia, atau mungkin ada yang berasal dari
manusia yang berhasil berkomunikasi dengan makhluk super tertentu sebagai
sumber ajaran agama yang dimaksud, bukan berasal dari Tuhan. Tuhan (Yang Maha
Kuasa) yang bukan oknum atau pribadi itu yang berada diluar ruang & waktu hanya
“merestuinya” saja.
Alam semesta ini sudah sempurna, sudah lengkap berkat
“restu” Yang Maha Kuasa tadi. Meskipun agama itu di dunia ini ada ribuan
jumlahnya tetapi hanya ada satu yang paling benar, yang diperlukan manusia,
yang mestinya dipedomani bahkan oleh makhluk lain sehingga mereka bisa meniti
perjalanan hidupnya menuju kearah yang benar, yang paling baik. Semua ajaran
agama yang baik bisa mengantarkan pemeluknya menuju ke kehidupan di alam berikutnya
yang menyenangkan yang beraneka ragam itu, kecuali mengantarkan ke kebahagiaan
yang hakiki haruslah mempraktekkan satu ajaran agama yang paling benar tersebut
diatas.
Cara mengetahui agama manakah yang paling benar itu
adalah dengan mempelajari kitab sucinya,
membaca & merenungkannya dengan akal (logika) yang sehat, logika yang jernih, yang
netral tak terkontaminasi oleh persepsi-persepsi atau pemahaman-pemahaman yang
sudah ada & melekat erat di pikiran. Harus di-logika &
didiskusikan dengan banyak orang yang berpikiran sehat, yang berpikiran jernih
lainnya. Ajaran agama itu hendaknya dilihat, dipelajari & dibuktikan
sendiri kebenarannya (ehipassiko), bukan diyakini begitu saja (diimani).
Agama yang baik tentulah mengajarkan untuk tidak serakah,
tidak membenci & tidak dungu (delusi), dan mengajarkan untuk banyak berbuat
baik, menghindari perbuatan jahat dan mensucikan hati & pikiran. Mempraktekkan
ajaran agama yang baik pada prinsipnya adalah mengembangkan kerelaan, kemoralan
& konsentrasi (meditasi) dengan benar dalam upaya mengkikis habis kekotoran
bathin & mencapai kesucian yang sempurna (enlightened) menjadi Arahat
(orang suci).