Translate

Sabtu, 17 Maret 2018

Yang Tak Berbatas.



Besar yang paling besar itu seberapa besar? Kecil yang paling kecil itu seberapa kecil?. Tidak ada yang bisa menjawab (menyebut) nya kecuali tak terhingga besarnya dan tak terhingga kecilnya. Alam semesta yang dimensinya tak terhingga ini (kasat mata & tidak kasat mata) tidaklah diciptakan, karena kalau yang maha dahsyat tersebut adalah ciptaan lantas dimanakah posisi sang pencipta?. Siapakah si pencipta sang pencipta.? Alam semesta ini terjadinya melalui proses, kapan dimulainya & kapan lenyapnya tidak bisa dijawab kecuali jawabannya adalah : tanpa awal & tanpa akhir sebagaimana Tuhan yang dipercayai sebagai sang pencipta alam semesta. Jika dipaksakan untuk didefinisikan maka yang mendekati kebenaran mengenai Tuhan itu adalah : yang mutlak, yang kekal tanpa awal & tanpa akhir, yang maha kuasa & maha adil, yang tak bisa di-apa-siapakan, yang tak terpikirkan. Tidaklah ada gunanya mengusut-usut hal-hal tersebut karena jawaban yang tepat tidak bisa diketemukan. Jadi sebaiknya tidak usah terus-menerus dipikirkan, pekerjaan yang sia-sia belaka.

Yang tidak sepakat dipersilahkan berpendapat lain.

Jumat, 16 Maret 2018

Kesadaran.



Apakah pikiran, perasaan & ingatan itu harus didukung oleh kesadaran? Seseorang untuk dapat bekerja dengan baik & benar; maka pikiran, perasaan & ingatannya harus disertai dengan kesadaran. Namun kenyataannya pada kebanyakan orang kesadarannya di sepanjang waktu sangatlah lemah. Banyak orang dalam melakukan atau berbuat sesuatu itu tanpa disertai dengan kesadaran yang baik (tidak fokus). Dalam Ajaran Kesunyataan diajarkan teknik-teknik bagaimana caranya mengembangkan kesadaran tersebut, yaitu dengan melatih konsentrasi secara benar. Semakin tinggi kesadaran seseorang terhadap segala sesuatu yang dilakukan, diucapkan & dipikirkan, maka semakin mampulah dia mengendalikan dirinya dari ketamakan, kebencian & kegelapan bathin (delusi). Bahkan orang yang telah mampu mengembangkan kesadarannya dengan maksimal (sempurna) maka dia bisa menyadari setiap gerakan tubuh (perbuatan), ucapan maupun pikirannya setiap saat, sehingga orang yang demikian ini tidak akan bisa lagi memproduksi (berbuat) dosa. Orang ini disebut telah mencapai kesucian sempurna, mencapai kebahagiaan hakiki yang menembusi kondisi & waktu. Demikianlah uraian singkat ini, semoga bisa menjelaskan tentang pentingnya kesadaran.

Kamis, 15 Maret 2018

Keyakinan & Kebenaran.



Percaya atas kebenaran sains dasarnya adalah logika (dapat dibuktikan), sedangkan percaya atas kebenaran ajaran agama lebih banyak dasarnya adalah iman, karena pada banyak hal apa-apa yang tertulis (disimpulkan) dari ajaran agama itu tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Maka dari itu pada kenyataannya terciptalah banyak agama yang berbeda satu sama lain. Itu adalah konsekuensi dari keyakinan, bukan kebenaran. Itulah bedanya antara sains dengan agama. Pilihannya sekarang adalah : atas hal-hal yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya itu sebaiknya diimani saja atau diabaikan.? Boleh dong masing-masing orang memilihnya.? karena itu adalah hak azasi... Logikanya adalah : salah mengimani sesuatu itu akan sia-sia & mengabaikan sesuatu yang tidak bisa dibuktikan itu tidak beresiko. Sehingga dengan demikian jalan tengahnya adalah : silahkan meyakini (mengimani) atau mengabaikan sesuatu apapun itu berdasarkan logika masing-masing asalkan output (keluaran) nya adalah untuk kebaikan diri, kebaikan sesama & kebaikan lingkungan alam sekitar. Janganlah memperdebatkan keyakinan, kepercayaan atau iman karena juri yang valid tidak ada.

Nalar Sehat.

Yang tertulis seperti ini :
• Jangan percaya dengan sebuah berita hanya karena engkau mendengarnya.
• Jangan percaya dengan sebuah tradisi hanya karena tradisi itu telah dilakukan 

  selama beberapa generasi.
• Jangan percaya kepada sesuatu hanya karena sesuatu itu ramai dibicarakan 

  orang.
• Jangan percaya kepada sesuatu hanya karena sesuatu itu telah dituliskan ke 

  dalam buku-buku suci.
• Jangan percaya kepada sesuatu hanya karena sesuatu itu diajarkan oleh para 

  guru dan orang-orang tua.
Jika dengan kesadaran, perenungan, akal sehat dan pengalaman sendiri, bahwa sesuatu hal itu memang patut diterima atau dipercayai, mengandung kebenaran, menuju kebahagiaan, maka sudah selayaknya untuk menerima dan hidup berdasarkan hal-hal tersebut.

Sepertinya yang tertulis diatas tidak boleh percaya kepada semuanya, padahal tidak demikian. Kalau kita mau merenung sedikit saja, tulisan diatas tidak ada yang salah. Kita cuma disuruh berpikir lagi, berpikir seribu kali; benar atau salah apa-apa (informasi) yang kita terima melalui panca indera kita. Maksimalkan nalar, pikiran & hati nurani kita, jangan takut kepada siapapun agar nalar & hati nurani kita bisa bekerja dengan baik, bersih & sehat.
Tulisan diatas dapatlah diartikan; silahkan mempercayai apapun yang dikatakan oleh siapapun (apapun) asalkan sudah dipikirkan masak-masak, jangan ditelan begitu saja, sehingga kita bisa tahu (bisa memilah-milah) mana yang sesungguhnya benar (baik) & mana yang sesungguhnya salah (tidak baik); yang merupakan hasil dari penyaringan nalar & perenungan kita, yang mana pada gilirannya nanti kita akan bisa menjadi manusia yang bijak, bajik & arif, tidak serakah, tida
k membeci (kasih, welas asih), tidak salah bertindak baik ucapan maupun perbuatan yang dapat mengganggu kelestarian harmoni kehidupan disekitar kita...