Tulisan ini memberitahukan adanya pemahaman suatu ajaran yang berbeda yang tidak banyak diketahui oleh orang. Jika anda tidak sependapat dengan pemahaman yang disampaikan berikut ini - maka jadikanlah ini sebagai penambah pengetahuan Anda saja, bahwa ada kaum lain yang memiliki pemahaman atau pengetahuan yang berbeda.
Pengetahuan atau
ajaran tersebut bersikap realistis, tidak mempercayai mitos penciptaan, seperti
misalnya; alam semesta yang muncul dari telur kosmik, atau semesta yang
diciptakan oleh sosok super seorang pria tua dengan jenggot putihnya yang
panjang. Apabila dikatakan bahwa pribadi super yang maha kuasa, atau ‘perancang
terpandai’ yang menciptakan semesta, maka menimbulkan pertanyaan yang sangat
jelas tentang siapa yang kemudian menciptakan atau ‘merancang’ pribadi super
tersebut? Dan apabila pribadi super tersebut selalu ada, lalu bukankah lebih
dapat dipercayai yang sebaliknya, bahwa semestalah yang selalu ada, dan yang
selalu berubah? Terbentuk lalu hancur, kemudian terbentuk lagi dan hancur
kembali. Tidak dapat diketahui lagi kapan mulai terbentuknya. Karena saking
lamanya. Dapatlah dikatakan bahwa semesta ini tanpa awal dan tanpa akhir –
seperti garis lingkaran yang tidak memiliki titik awal dan titik akhir. Sama
halnya dengan jagad raya ini yang tidak dapat diketahui batas-batasnya. Oleh
karena itu dikatakan tanpa batas. Tidak ada gunanya mengetahui hal-hal
tersebut. Spekulatif. Tidak bermanfaat. Tidak membawa kepada pencerahan.
Ajaran yang
disebut tadi tidak mengajarkan tentang pribadi super maha kuasa dan maha tahu,
dengan alasan apapun mengijinkan ciptaannya sendiri untuk disiksa di neraka
selama-lamanya. Apabila pribadi super maha kuasa tersebut mengetahui sebelumnya
bahwa banyak dari ciptaannya ditakdirkan terbakar di api neraka selama-lamanya,
lalu mengapa masih saja menciptakan begitu banyak penderitaan dan bencana di
dunia ini? Yaitu bencana alam dan kecelakaan yang menimbulkan penderitaan,
berupa bencana banjir, tanah longsor, gunung meletus, tsunami, gempa bumi, kebakaran
hutan yang meluas, kecelakaan-kecelakaan lalu lintas, kecelakaan penerbangan
dan lain-lain. Sulit untuk mempercayai bahwa pribadi super maha tinggi yang
penuh cinta kasih dan pemaaf ternyata juga bersikap pencemburu, pendendam,
tidak adil, tak kenal ampun, sadis, dan menciptakan banyak bencana. Namun
ajaran yang dimaksud dalam tulisan ini memiliki jawabannya. Ajaran tersebut
mengingatkan kita untuk tidak memperhatikan spekulasi-spekulasi seperti pribadi
maha kuasa dan sebagainya. Berhubung spekulasi-spekulasi itu pada akhirnya
seperti dikatakan tadi - tidak bermanfaat. Seperti cerita tentang seseorang
yang terpanah dengan panah beracun, yang tidak ingin mencabut panahnya sebelum
dia mengetahui siapa yang menembakkan panah tersebut, mengapa dia dipanah, dan
racun jenis apa yang ada di panah tersebut. Sangat berbeda halnya dengan
seorang dokter yang paham benar dengan tugasnya yang kemudian mencabut panah
beracun tersebut dan mengobati lukanya demi keselamatan jiwa seseorang - dengan
tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan orang tersebut yang bukan pada waktunya.
Cerita tentang seseorang yang terpanah ini menunjukkan kepada kita cara
membebaskan diri dari penderitaan dan tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan
spekulatif. Oleh sebab itu, pemahaman atas ajaran yang dimaksud dalam tulisan ini
mengingatkan; kita harus lebih memikirkan dan fokus terhadap apa yang penting,
yakni praktek mengindahkan Kesunyataan (Kebenaran) yang tidak spekulatif.
Ajaran yang
dimaksud tidak mengancam siapapun dengan hukuman Neraka selama-lamanya. Ancaman
tersebut mungkin saja dibutuhkan di jaman kuno untuk menjaga keberadaban
manusia, dan juga dilakukan bersamaan dengan janji imbalan Surga. Pendekatan
ini juga dilakukan dalam menarik orang-orang untuk bergabung dengan kelompok
keyakinan tertentu, dengan ancaman hukuman yang abadi dan pemberian pahala.
Ajaran dimaksud
tidak menerima konsep tentang pribadi super pencemburu yang menghukumi
ciptaannya sendiri hanya karena mereka memilih keyakinan yang berbeda.
Ketahuilah bahwa secara praktis, yaitu kenyataan yang terjadi di dunia ini,
bahwa semua bangsa yang beradab menghormati dan menjamin kebebasan berpikir dan
praktek agama, seperti yang diabadikan dalam piagam PBB Pasal-18. Dan lebih
jauh lagi penyiksaan itu dilarang oleh semua bangsa yang beradab di muka bumi.
Jadi bagaimana mungkin pribadi tertentu yang sewajarnya, menciptakan kita
semua, bisa jadi kurang beradab? Maka itu, pembawa ajaran yang dimaksud dalam
video ini menemukan ancaman siksaan selama-lamanya di neraka cukup sulit untuk
dipercaya.
Sebagai contoh,
siapakah yang akan mengirimkan atau mengijinkan makhluk lain dibakar dalam api
neraka selama-lamanya? Ambillah korek api biasa. Nyalakan di telapak tangan
anda. Dapatkah anda menahan rasa sakit hanya untuk beberapa detik saja? Dapatkah anda menyalakan korek api tersebut di
telapak tangan seseorang hanya untuk satu menit saja dan mengamati orang itu
berteriak-teriak kesakitan? Dapatkah anda melakukan hal itu pada seseorang
untuk selama-lamanya? Kekejaman tersebut di luar bayangan kita.
Lebih jauh lagi,
jika dalam kuasa - anda yang bisa menghentikan penderitaan yang amat sangat dan
tanpa akhir itu, tidakkah akan anda lakukan? Akankah pribadi sehat dan rasional
tidak melakukannya? Tidak akan pernah ada pembenaran untuk kekejaman yang tak
kenal ampun untuk alasan dan keadaan apapun yang memungkinkan.
Ajaran yang
dimaksud dalam tulisan ini tidak pernah menggunakan ancaman apapun, atau mencoba
untuk memaksa siapapun untuk menerimanya. Ajaran tersebut menerima kebebasan
berpikir, dan mengenali bahwa tidak semua orang dapat menerima yang dibabarkan,
dan orang-orang mengalami kemajuan secara berbeda-beda, dan akan memilih jalur
yang berbeda untuk diri mereka sendiri. Pembawa ajaran ini lebih menyenangi
untuk menjelaskan ajarannya dengan cara yang logis dan masuk akal, dan
mengingingkan orang-orang untuk memahami dan menyadari Kesunyataan (Kebenaran)
yang ada untuk diri mereka sendiri tanpa rasa takut akan hukuman yang bisa
menimpanya. Ajaran dimaksud bukanlah ajaran mengenai ancaman atau imbalan,
melainkan mengenai pengetahuan dan pemahaman. Dalam hal ketuhanan tertulis :
“Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang” yang artinya “Suatu Yang Tidak
Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”. Sehingga dalam
hal ini, Ketuhanan Yang Mahaesa adalah suatu yang tanpa pribadi (Anatta), yang
tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk
apapun. Tetapi dengan adanya yang Mutlak, yang tidak berkondisi (Asamkhata), maka manusia yang berkondisi (Samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran
kehidupan (Samsara) dengan cara bermeditasi.
Sekali lagi,
jika anda tidak sependapat dengan pemahaman yang sudah disampaikan di tulisan ini
- maka jadikanlah ini sebagai penambah pengetahuan Anda saja, bahwa ada kaum
lain yang memiliki pemahaman atau pengetahuan yang berbeda.
Demikianlah tulisan singkat ini. Semoga bermanfaat.