Translate

Jumat, 06 Juli 2018

Bayi lahir tidak suci.



Bayi lahir itu tidak suci, tapi sudah punya dosa asal. Bayi (anak kecil) itu tanpa diajari sudah punya naluri untuk menyerang (memukul) pihak lain, jika kenyamanannya terusik. Punya hawa nafsu. Makhluk yang punya hawa nafsu itu berarti tidak suci, punya dosa asal. Dari sini jelas eksis nya hukum karma. Hukum karma itu nyata. Dosa asal, berasal dari kehidupan lampau manusia. Sehingga manusia dilahirkan dalam keadaan yang berbeda-beda. Secara garis besar tergantung dari perilaku buruk (karma buruk) & perilaku baik (karma baik) masa lampau. Karma buruk akan mengakibatkan kelahiran dalam kondisi fisik yang buruk, berparas buruk, bahkan cacat, idiot, lahir dalam keluarga miskin dan lain sebagainya. Karma baik akan mengakibatkan hal yang sebaliknya. Kesimpulannya, manusia tidak hanya hidup satu kali, melainkan berkali-kali, dan akan berakhir ketika sudah menjadi suci, tidak memproduksi dosa baru, mencapai posisi Arahat, mencapai penerangan sempurna (enlightened), merealisasi Nibbana, yang adalah merupakan tujuan akhir semua makhluk hidup.

Kamis, 05 Juli 2018

Dijajah.




Dunia (orang lain / keadaan) tidak baik kepada kita, kita cemberut. Dunia (orang lain / keadaan) baik kepada kita, kita tersenyum. Itu artinya kita tidak merdeka. Tapi dijajah.

Minggu, 01 Juli 2018

Tuhan.



Mengapa Tuhan diam? Karena kalau tidak diam akan ketahuan rahasia dapurnya & turun pamornya, hehehe... Terserah manusia mau bilang apa tentang Tuhan. Tidak ada pengaruhnya. Perlakuan manusia kepada Tuhan tidak beresiko apa-apa, resikonya justru datang dari manusia (orang lain yang merasa dilecehkan, yang membela Tuhan), dan dari alam semesta, jika keadilan, keseimbangan dan kelestarian alam terganggu oleh ulah-ulah manusia.

Yang maha kuasa & maha adil itu ada, buktinya kita tidak bisa memperoleh sesuatu yang kita iginkan secara mudah. Yang maha kuasa itu bukan sesuatu yang personal & banyak maunya.

Ayat-ayat Kitab Suci.


Aku lebih suka menyebut ‘Yang Maha Kuasa’; lebih luas maknanya dibanding ‘Tuhan’ atau ‘Allah’ yang berkonotasi sosok (pribadi) punya mau.
Jika yang tertulis itu banyak tafsirnya, maka gunakanlah tafsir yang paling universal, yang logis, yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku umum, yang sesuai dengan budi pekerti & tatakrama.