Translate

Jumat, 25 Mei 2018

Samsara (a)


Samsara adalah belenggu. Belenggu Samsara itu menimpa setiap orang (setiap makhluk). Mengalami Samsara adalah mengalami sakit (gangguan kesehatan, gangguan jasmani), kecewa dan atau tidak ikhlas yang dialami secara berulang-ulang. Benar, bahwa dalam hidup ini, sakit, kecewa dan atau tidak ikhlas itu dialami berulang-ulang (mengalami Samsara). Seseorang atau suatu makhluk, sebelum berhasil merealisasi Nibbana, akan mengalami kehidupan yang berulang-ulang (lahir & mati berulang-ulang di berbagai alam kehidupan yang ada, tergantung dari karma masing-masing). Secara garis besar ada 31 alam kehidupan. Belenggu Samsara adalah mengalami Samsara dalam kehidupan yang berulang-ulang.
Merealisasi Nibbana adalah terlepas dari belenggu Samsara. Tidak akan terlahir kembali sebagai makhluk apapun. Bagi yang mampu berjuang dan mempunyai Parami cukup, Nibbana itu bisa direalisasi dalam kehidupan ini juga (kesuciannya mencapai tingkat Arahat). Parami adalah timbunan karma baik yang dimiliki oleh seseorang dari kehidupan-kehidupan sebelumnya. Merealisasi Nibbana / mencapai tingkat Arahat / mencapai penerangan sempurna / enlightened, sudah pasti telah damai  dengan rasa sakit, tidak lagi merasa kecewa dan atau tidak lagi tidak ikhlas. Merealisasi Nibbana kelihatannya mudah, tapi amat sangat sulit dicapai jika tidak mempunyai Parami yang cukup. Untuk mencapai penerangan sempurna / mencapai tingkat Arahat / enlightened / merealisasi Nibbana perlu berlatih mengembangkan kerelaan, kemoralan & konsentrasi (meditasi) secara tekun & berkesinambungan.

Jumat, 18 Mei 2018

Tuhan.


JIKA TUHAN MAHA ADIL & MAHA PENYAYANG,
         Mengapa ada yang terlahir dengan anggota tubuh lengkap, sementara ada yang terlahir dengan cacat, tanpa  lengan  atau kaki ?
         Mengapa seseorang terberkahi rupa yang menawan dan kecerdasan, sedang yang lain buruk rupa dan dungu ?
         Mengapa ada yang buta, tuli, bisu dan idiot, sedang yang lain tidak ?
         Mengapa seseorang seringkali tanpa bersusah payah, sukses dalam seluruh bidang usahanya, sedangkan yang lain walaupun telah bekerja keras, selalu gagal mewujudkan rencananya?  
         Mengapa seseorang dapat hidup dalam kelimpahan, sedangkan yang lain harus hidup dalam kemelaratan ?

JIKA TUHAN BERKENAN UNTUK MENCOBAI MANUSIA,
         Apakah Tuhan tidak tahu akan hasil akhir dari cobaannya tersebut?

JIKA TUHAN TIDAK AKAN MENCOBAI MANUSIA MELAMPAUI KEMAMPUAN MANUSIA,
         Mengapa ada orang yang bunuh diri karena tidak mampu menanggung beban hidupnya yang dirasa sangat berat ?

JIKA TUHAN MENCIPTAKAN ALAM SEMESTA BESERTA SEGALA ISINYA,
         Apakah Tuhan tidak Maha Sempurna sehingga perlu bekerja, perlu bersibuk-sibuk ria dan suka iseng mengerjai makhluk-makhluk ciptaannya yang harus berjuang bersusah-payah mempertahankan hidupnya ?
         Jika berbicara cipta-mencipta, siapakah yang menciptakan Tuhan ?
         Seharusnya manusia atau makhluk lainnya tidak ada yang masuk neraka atau hidup menderita, karena Tuhan bertanggungjawab atas ciptaannya sendiri.

JIKA TUHAN BISA ADA DENGAN SENDIRINYA, ATAU TANPA AWAL TANPA AKHIR,
         Berarti alam semesta raya yang kasat mata & yang tidak kasat mata ini, yang maha luas tanpa batas ini, yang maha dahsyat ini bisa ada dengan sendirinya dong, melalui proses yang sangat lama nyaris tak terhingga, dan bahkan tanpa awal & tanpa akhir juga.

KONKLUSI :
Keberadaan Tuhan yang diyakini sebagaimana tersebut diatas, sangatlah tidak masuk akal, hanya cocokologi (di cocok-cocokkan) belaka. Karena saking sulitnya memahami apa & bagaimana Tuhan itu, maka sebaiknya manusia jangan terlalu serius memikirkan & mendifinisikan Tuhan, tidak akan bermanfaat & tidak akan beresiko, mereka hanya akan memberhalakan Tuhan belaka. Jika tetap ingin mendefinsikan Tuhan maka katakan saja bahwa : “Tuhan itu adalah fasilitator sehingga semua yang ada ini bisa terwujud, bisa terjadi”. Dengan adanya sebab & kondisi yang mendukung maka munculah akibat. Yang sangat terkait dengan keselamatan hidup manusia & makhluk lain itu adalah berlakunya hukum sebab-akibat, hukum karma atau hukum tabur-tuai. Oleh karena itu manusia hendaknya menyikapi dengan baik & benar berlakunya hukum universal alam semesta tersebut.